My eyes
Disclaimer: Kamichama Karin and Kamichama Karin chu! Belong to: Koge Donbo. But this story belongs to me.
Rated: T (maybe)
Genre: Drama; Hurt/comfort ;Tragedy dan genre lainnya *digebuki massa*
Character: Karin; Kazune; Himeka ;Rika; Miyon; Yuuki; Kirika and other character (bila memungkinkan)
Pairing: Kazune X Karin; Miyon X Yuuki slight Yuuki X Karin.
Warning: OOC (mungkin); miss-typo; alur kecepatan; Karin POV (sebagian dan mungkin saja full of karin POV);dll.
Summary:
Aku tahu aku bukanlah gadis yang sempurna. Aku tidak secantik Rika Karasuma. Aku hanyalah seorang gadis buta yang selalu menyusahkanmu. Tapi, mengapa kau memilih diriku? (Summary gaje dan tak sesuai dengan alur cerita, tapi begitulah intinya)
Karin POV
"Kau siapa?"
"Aku adalah-"
KRIIINGGG-!
Suara alarm berbunyi yang membuatku harus terbangun dari mimpi indahku. Padahal, aku ingin sekali mengetahui siapa pemuda itu.
Sesekali aku menghela nafas berat. Selalu sama. Itulah yang terucap olehku.
"Ohayou, Karin-chan." Terdengar suara merdu dari sosok gadis yang sangat kukenal.
"Ohayou, Miyon-chan." Jawabku.
"Ayo, kita pergi ke sekolah!" Ajak Miyon.
Aku menghela nafas berat. Aku ingin sekali berkata 'aku tidak ingin pergi ke sekolah,' namun niat itu harus kuurungkan karena aku tahu sekali bahwa jika sekali aku tidak hadir, maka aku tidak akan mendapat ilmu.
"Ayo, Karin-chan," Miyon mengulurkan tangannya padaku. Akupun membalas uluran tangannya dan dia menuntunku untuk pergi ke kamar mandi.
Mengapa aku harus hidup seperti ini? Kami-sama, aku tidak ingin menyusahkan sahabatku ini.
"Nee, Karin-chan, kita sudah sampai di kamar mandi. Aku akan menyediakan pakaianmu dulu," Ucap Miyon lalu pergi meninggalkanku.
Akupun masuk ke dalam kamar mandi dan melakukan ritual setiap pagi. Namun, air asin ini terus keluar dari mataku. Aku bisa membayangkan apa yang akan terjadi setelah aku sampai di sekolah nanti.
Kini aku telah selesai melakukan ritual yang dilakukan setiap orang di pagi hari. Sekarang, aku harus meraba - raba setiap tembok menuju kamarku. Mengapa?
Ya, inilah aku. Si gadis buta yang selalu menyusahkan orang. Ibuku telah meninggal di waktu melahirkanku sedangkan ayahku, dia pergi entah kemana. Dan sekarang aku tinggal bersama sepupuku, Yii Miyon.
Akupun sampai di kamarku dan memakai baju yang telah disiapkan oleh Miyon-chan tadi.
Air asin kembali keluar ketika aku mengingat tentang keluargaku. Kaasan, kenapa kau meninggalkan aku sendiri disini? Apakah kau tahu, aku membutuhkan belaian kasih sayangmu.
Kaasan, izinkan aku untuk bersamamu. Aku ingin di sisimu. Aku tidak tahan untuk hidup di dunia ini.
Namun, disisi lain aku tahu bahwa aku sedang diuji oleh Kami-sama setangguh apa diriku. Dan aku yakin, kami-sama pasti sedang mempersiapkan hadiah untukku.
"Karin-chan, apakah kau sudah siap?" Terdengar suara Miyon dari luar.
"Ia, sebentar!" Sahutku. Akupun segera memakai pakaianku lalu meraba ke arah pipiku agar tidak basah.
Miyonpun masuk ke dalam kamarku. Aku mendengar derap langkahnya menuju meja rias. Ia menyisir rambutku dan meletakkan bando di atasnya.
"Nee, Karin-chan, kau habis menangis?" Tanya Miyon. Sepertinya ia melihat mataku yang sembab.
"Iie, Miyon-chan," Jawabku.
"Hontou? Lihatlah, matamu sembab. Kau pasti habis menangis," Ucapan Miyon tepat sasaran.
"Ehehehehe, daijobu." Jawabku ambigu.
Aku hanya bisa mendengar helaan nafas panjang dari Miyon.
"Karin-chan,ayo kita pergi ke sekolah!" Ajak Miyon lalu menarik tanganku dan kami pergi ke sekolah bersama.
.
.
SKIP TIME
Akupun sampai di kelasku. Kenapa aku hanya bilang kelasku? Karena aku dan Miyon berbeda kelas. Dia di kelas 10-B sedangkan aku di kelas 10-A.
Akupun membuka pintu kelasku.
"Oha-"
Ucapanku terputus ketika merasakan ada air yang jatuh tepat di atas kepalaku. Dan aku bisa mendengar tawaan dari teman sekelasku.
"Hahahaha,"
"Hei, Hanazono! Kalau mau mandi jangan disini! Pakai air bekas mengepel lagi. Hahahaha," Ucap Kujyou Himeka.
"Diakan orang miskin, makanya dia mandi di sini, ya kan Hanazono?" Ucap Rika Karasuma.
Aku mengepalkan tanganku. Air asin telah terbendung di mataku. Aku berusaha untuk menahan air asin namun tidak bisa.
"Hahahaha. Dasar cengeng,"
Aku hanya bisa menangis mendengar caci makian dari teman-temanku.
"Apa yang kalian lakukan pada Hanazono-san!" Terdengar suara wanita dari belakangku. Aku tahu itu. Pasti Kirika-sensei.
"Ti-tidak ada sensei, ya kan Hanazono-san," Terdengar suara Kujyou Himeka yang mengalun lembut di telingaku namun sangat membahayakan -menurutku-.
"Jawab dengan jujur!" Kirika-sensei membentak kami. Aku hanya bisa tertunduk mendengar hal itu.
Satu kelas mulai terdiam. Sedangkan aku, aku hanya menunduk dalam dan menangis dalam diam.
"Kesalahan kalian tidak dapat ditolerir lagi! Saya sudah tidak tahan lagi! Baiklah, ini adalah keputusan terakhir saya," Ucap Kirika-sensei ambigu.
Entah mengapa aku merasa tidak ingin mendengar kelanjutan ucapan Kirika-sensei.
"Kalian semua akan saya keluarkan dari sekolah ini," Ucap Kirika-sensei.
JDARRR~!
Aku terkejut mendengar kelanjutannya. Aku merasa sangat senang dengan keputusan ini. Namun disisi lain, aku merasa sangat sedih karena jika mereka dikeluarkan, mereka akan sekolah dimana?
"Sensei, onegai! Jangan keluarkan kami! Kami berjanji tidak akan mengerjai Hanazono-sanlagi!" Ucap Rika.
"Ia, sensei! Kami berjanji akan selalu baik pada Hanazono-san!" Ucap Himeka.
"Saya tidak mau tahu! Mau tidak mau kalian harus dikeluarkan! Perilaku kalian sudah kelewatan!" Ucap Kirika-sensei.
Semua orang terdiam mendengar ucapan Kirika-sensei. Aku hanya bisa terisak.
"Sensei, jangan, hiks, jangan keluarkan mereka, hiks," Ucapku sambil terisak.
"Onegai, sensei, jika mereka dikeluarkan, mereka akan sekolah dimana?" Ucapku.
"Tapi, Hanazono-san, mereka sudah kelewatan! Untuk apa mereka disini jika perilaku mereka seperti itu! Itu hanya akan membuat nama sekolah tercemar! Dan kalau mereka dikeluarkan dan mereka sekolah dimana itu urusan mereka! Mereka harus mempertanggung jawabkan perbuatan mereka!" Ucap Kirika-sensei.
"Tapi sensei, berilah mereka kesempatan sekali lagi, Onegai-shimasu," Ucapku.
"Ia, sensei! Kami berjanji!" Ucap Rika.
Aku mendengar helaan nafas dari Kirika-sensei. "Baiklah, mereka tidak akan saya keluarkan dari sini, namun jika mereka kembali berulah, saya tidak akan segan-segan mengeluarkan mereka!" Ucap Kirika-sensei sambil menekankan kalimat terakhirnya.
Sontak seisi kelas bersorak kesenangan. Aku yang mendengar hal itu tersenyum kecil.
"Hanazono-san, lebih baik ambil baju ganti yang ada di ruangan saya," Ucap Kirika-sensei padaku.
"De-demo-"
"Daripada kau basah kuyup begitu, lebih baik pakai baju yang ada diruangan saya itu." Ucap Kirika-sensei.
"Ha-Haik," Akupun segera ke ruangan Kirika-sensei dan mengambil baju yang ada di meja. Kemudian ke kamar kecil dan memakai pakaian itu
Aku tersenyum kecil ketika memakai pakaian itu. Ukuran pakaian itu pas di ukuran tubuhku. Akupun segera pergi ke kelas.
"Nee, Karin-chan, kau kenapa?" Terdengar sebuah suara dari belakangku. Ah! Pasti itu Yuuki-kun. Akupun membalikkan badanku.
"Daijobu, Yuuki-kun. Hehehe," Ucapku.
"Hontou? Kau dikerjain mereka lagi, kan?" Tanya Yuuki-kun.
"Iie," Jawabku bohong.
Kudengar Yuuki-kunmenghela nafas berat mendengar ucapanku.
"Jangan kau kira aku tidak tahu," Ucap Yuuki-kun.
Aku hanya bisa meneguk ludah kasar dan tersenyum miris.
"Maaf, Yuuki-kun, biarlah ini menjadi urusanku, sekali lagi hontou ni gomen-nasai," Ucapku.
"Daijobu, aku tahu kau kuat, Karin-chan! Namun, jika aku melihat kau menangis lagi, aku tidak akan segan - segan menghajar mereka!" Ucap Yuuki-kun.
Aku hanya tertawa kekeh mendengar ucapan Yuuki-kun.
"Tenang saja, ne." Ucapku sambil tersenyum.
Akupun sampai di depan kelas.
"Arigatou, Yuuki-kun," Ucapku sambil ber-ojigi.
"Douita, jaa!" Ucap Yuuki-kun.
"Jaa!" Akupun memasuki kelasku.
"Hanazono-san,silahkan duduk di bangkumu," Ucap Kirika-sensei.
"Haik," Akupun melangkah ke arah bangku yang akan ku tempati.
Akupun duduk di bangku milikku dan mengambil buku pelajaran yang ada di dalamnya.
Akupun membuka halaman yang diperintahkan oleh sensei.
SKIP TIME (ketika sudah selesai belajar)..
Akupun menyimpan buku itu ke dalam tas, namun, tiba - tiba ada sesuatu yang mengambil bukuku.
"Nee, kembalikan bukuku," Lirihku. Aku benar-benar tidak sanggup untuk tidak menangis.
"Aku sudah menyimpannya di dalam tasmu," Terdengar sebuah suara di samping kananku. Jantungku berdegup kencang karena mendengar suara itu. Aku mulai salah tingkah.
"A-anoo, go-gomen-nasai," Ucapku.
"Daijobu, ettoo, namamu siapa?" Tanya pemuda yang di sampingku ini.
"Nama saya Hanazono Karin, salam kenal," Ucapku. "Dan maaf karena aku menuduhmu sembarangan,"
"Daijobu. Namaku Kujyou Kazune. Salam kenal juga," Jawab orang yang di sampingku.
"So-souka, ettoo, sepertinya anda murid baru disini. Anda berasal dari mana?" Tanyaku basa - basi.
"Saya berasal dari Tokyo High School." Jawab pemuda itu.
"Souka," Aku tersenyum kecil.
.
.
.
Skip time (waktu istirahat)...
Akupun mengambil tongkatku dan melangkah untuk meninggalkan kelas. Aku berjalan menuju kelas Miyon.
Aku bisa mendengar dengan jelas mereka menertawakanku. Aku yang mendengar itu hanya bisa tersenyum miris.
Jika mereka menjadi aku, apa yang akan mereka lakukan?
Akupun sampai di depan kelas Miyon.
"Nee, Miyon-chan!Kau dipanggil sama sepupumu yang buta itu!" Aku yang mendengar itu hanya bisa terdiam.
"Ami-chan! Jangan sebut Karin-chan seperti itu!" Miyon-chan, kenapa kau terus membelaku?
"Hei, Yii-san, apa kau tidak bosan dengan si buta itu!" Terdengar sebuah suara gemulai yang tak lain adalah Kujyou Himeka.
"Tutup mulut kalian atau kalian akan ku adukan pada sensei!" Seru Miyon.
"Lapor saja, nona Yii! Aku yakin, suatu saat kau pasti akan bosan berteman dengan si buta kesayanganmu itu!" Aku hanya bisa menahan tangis ketika mendengar suara Rika.
"Oh,ia. Satu lagi, ya! Hanazono, jangan kau pikir kami semua berterima kasih padamu! Kami tidak sudi untuk meminta maaf padamu! Cih!" Terdengar suara Himeka berucap tajam padaku.
Aku hanya bisa tersenyum pilu mendengar itu.
"Kau keterlaluan, Himeka!" Terdengar suara baritone yang familiar di telingaku.
"Jika bukan karena Hanazono-san, kau sudah dikeluarkan oleh Kirika-sensei!"
"Kazune-kun, kenapa kau lebih membela si gadis buta itu daripada aku yang ber-notabene sepupumu!" Seru Himeka.
"Karena kau yang salah, Himeka," Jawab pemuda yang ku kenal bernama Kazune.
"Aku? Cih! Aku yang salah? Yang benar saja?!"
"Dia itu gadis buta! Tidak seharusnya dia disini!"
Ucapan Himeka itu terus terngiang di kepalaku. Aku mulai merasakan air asin sudah mengalir di pipiku.
"Yang buta itu kau, bukan Karin. Yang tidak seharusnya disini itu kau!" Ucap Kazune yang terus membelaku.
"Saya mohon. Kalian jangan menghina Karin-chan lagi, dia tidak mempunyai kesalahan apapun! Saya mohon pada kalian!" Terdengar suara Miyon-chan. Tersirat dari nada bicaranya bahwa dia sangat marah pada mereka.
Aku terus menangis. Jujur, aku tak sanggup lagi untuk menahannya lagi. Akupun berjalan cepat ke arah lain. Tiba - tiba terdengar suara dari belakangku.
"Hanazono-san!" Seru suara baritone dari belakangku.
"A-ada apa, Kujyou-san?" Tanyaku.
Tiba-tiba, tangannya menggamit telapak tanganku. Nyaman sekali. Telapak tangannya hangat dan besar. Telapak tangan itu, entah mengapa aku merasa telapak tangan itu akan selalu melindungiku. Iapun menarik tanganku dan membawaku berjalan.
Aku hanya bisa terperangah. Tak bisa melakukan apapun kecuali menyamakan langkahku dengan langkahnya.
Namun, tiba-tiba langkahnya terhenti yang seketika membuat langkahku terhenti.
"Hanazono-san, duduklah disini," Akupun mengikuti perintahnya. Ia menuntunku untuk duduk dibawah. Aku merasa duduk di tanah.
"Maafkan Himeka." Terdengar ucapan dari Kazune.
Aku heran. Kenapa dia melakukan hal ini?
"Ucapan mereka jangan dimasukkan ke dalam hati. Biarlah mereka berucap seperti itu." Ucap Kazune.
"Aku sudah memaafkan mereka," Ucapku sambil tersenyum. Tersenyum perih.
Tiba - tiba, ada sebuah jemari yang merayap di pipiku.
"Jangan menangis lagi," Ucap Kazune.
Aku merasa terhanyut ketika Kazune berucap seperti itu.
Aku hanya bisa mengangguk pelan.
"Kujyou-"
"Panggil saja aku Kazune, dan aku akan memanggilmu Karin,"
Pipiku serasa memanas mendengar ucapan pemuda ini. Dan suara ini benar - benar sangat mirip dengannya.
"Ha-haik," Ucapku.
"Nee, Karin. Hmm. Aku boleh bertanya?" Tanya Kazune padaku.
"Hm? Silahkan saja," Ucapku.
"Bisakah kita berteman?" Tanya Kazune padaku. Dari nadanya, aku dapat menangkap bahwa dia tidak main-main dengan ucapannya.
"Hontou? Tapi aku,kan hanya-"
"Onegai. Aku ingin sekali berteman denganmu,"Ucap Kazune. "Aku tidak peduli bagaimana keadaanmu!"
Aku hanya bisa menunduk- menahan air asin yang hendak keluar dari pelupuk mata.
"apa kau yakin mau berteman denganku, sedangkan aku hanyalah seorang gadis buta. Aku hanya bisa menyusahkanmu, Kazune-kun," Ucapku.
"Tidak, kau tidak menyusahkanku." Ucap Kazune padaku.
Perlahan air asin ini terus mengalir.
"Aku tidak menginginkanmu menangis, Karin. Jangan menangis lagi," Ucap Kazune.
Akupun menyeka air mataku lalu mengangguk pelan. "Arigatou," lirihku.
Suasanapun menjadi hening. Tiba - tiba, aku mendengar suara lenguhan dari Kazune. Akupun membuka suara.
"Ughh,"
"Doushite no? Daijobu?" Tanyaku.
"Da-daijobu," Ucapnya.
"Hontou? Kurasa sebaiknya kau istirahat saja di UKS." Saranku.
"Tidak. Aku disini saja," Ucap Kazune.
Aku menghela nafas berat. Entah mengapa, aku merasa ada sesuatu yang buruk menimpa Kazune.
"Emhh.. Karin," panggil Kazune.
"Haik, ada apa?" Tanyaku.
"Ayo kita ke kelas!" Ajak Kazune lalu menarik tanganku ke dalam kelas.
.
.
.
Continue or delete?
A.N:
Hai, minna-san.. Hana is coming back! Tehehe..
Ettoo, menurut kalian cemana dengan cerita ini? Anehkah? Gajekah? Gomen.. T.T
Kazune: belum kelar satu malah buat yang lain.. -_-"
Hana: suka – suka aku dong! XP #plak! (Readers: Dasar author tak bertanggung jawab)
Kazune: -_-" dasar!
Kalau misalnya kalian minta update kilat, gomen-ne, Hana tidak bisa.. Tehehehe... Hontou ni gomen-nasai...
No bacot again.
Mind to review?
