Taiga-kun

Chapter 1 - Kebenaran

By ShintaroChou

Cast:

-Kuroko no Basuke Charasters as themselves

-Reader/OC as Chou Camui

Disclaimer: Kuroko no Basuke © Tadatoshi Fujimaki.

Warning: Typos bertebaran.


Kemarin aku memotong rambut hitam panjangku menjadi sebahu dan juga mewarnainya merah marun.

Hari ini adalah hari yang sangat besar bagiku dan Taiga-kun, aku ingin terlihat berbeda di matanya.

Aku langsung menjadi pusat perhatian teman-temanku saat memasuki kelas.

"WAAA! Chou-chan! Kau memotong rambutmu!"

"Sayang sekali, padahal aku selalu ingin punya rambut panjang sepertimu."

"Tapi dengan rambut seperti itu Chou-chan menjadi sangat imuttttttt."

"Sudah-sudah, kalian membuatku malu."

"Tapi sungguh! Chou-chan benar-benar seperti boneka."

Hhe..he..he.. Maka semua uang yang kuhabiskan di salon kemarin tidak sia-sia.

Aku menoleh ke arah meja Taiga-kun. Ah, dia belum datang. Apa dia masih di jalan?

Aku mengeluarkan handphoneku. Saat aku aku mulai mengetik pesan, orang yang kutunggu-tunggu muncul dari pintu.

"Taiga-kun," dengan penuh semangat aku beranjak dari tempat dudukku dan mengampiri pacar tersayangku. "Selamat pagi."

"Selamat pagi," Taiga-kun menaruh tasnya di meja lalu berbalik padaku. "Whoa kau terlihat sangat berbeda."

"Menurutmu seperti itu? Aku hanya potong rambut saja." Kataku saat Taiga-kun mengambil duduk.

"Kenapa begitu tiba-tiba?"

Kenapa begitu tiba-tiba? Senyumku pun memudar karena kalimat tersebut.

"Ini tidak begitu tiba-tiba. Hari ini adalah enam bulan anniversary hubungan kita, tentu saja aku ingin terlihat berbeda untuk Taiga-kun. Sepertinya kau tidak ingat tentang hari ini," aku tersenyum pahit. "Kan?"

"Kagami-kun kau payah." Kata Kuroko yang duduk di belakang Taiga-kun.

"Kuroko kau diam saja!" Kagami menghembuskan napas lesu dan menatapku. "Kau benar.. aku memang tidak ingat, dan aku minta maaf."

"Tidak apa-apa." Aku berbalik dan berjalan kembali ke mejaku.

RING DING DONG! Bel tanda masuk berbunyi.

Tidak lama setelah itu Kugou-sensei memasuki kelas. Pelajaran pertama adalah sejarah internasional. Aku tidak bisa fokus pada apapun karena Taiga-kun.

Sejujurnya aku tidak terlalu marah karena Taiga-kun melupakan anniversary kami. Dia memang pelupa. Dia bahkan tidak ingat setengah dari nama teman-teman sekelasnya sendiri. Yang menggangguku adalah aku tersadar akan keraguanku.

Enam bulan bersama: Kami tidak pernah bertengkar, bahkan Taiga-kun tidak pernah cemburu ketika aku dekat dengan anak laki-laki lainnya. Kami tidak pernah benar-benar pergi berkencan, aku mengerti Taiga-kun bukan tipe romantis tapi setidaknya dia kan bisa membawaku makan malam sekaliiiiiiiii saja. Kami tidak pernah melakukan kontak fisik apapun selain berpegangan tangan. Dia memelukku sekali sih, di pertandingan final Winter Cup setelah Seirin berhasil mengalahkan Rakuzan. Tapi apa-apaan? Itu sama sekali tidak cukup. Dan Taiga-kun besar di Amerika, jadi bukankah seharusnya dia sangat agresif dalam hal-hal seperti itu?!

Apa ini karena aku tidak cukup baik untuknya?

Ya, payudara dan pantatku mungkin tidak sebesar milik Nicky Minaj.

Tapi seharusnya ukuran tidak menjadi masalah dalam cinta.

Berpikir seperti ini menyakitkan sekali. Mungkin Taiga-kun tidak benar-benar menyukaiku.


Di jam istirahat aku meminta Taiga-kun untuk ikut denganku ke atap sekolah.

"Chou, terima kasih untuk makanan siangnya."

Taiga-kun duduk bersila dan mulai memakan bekal bento spesial berbentuk hati yang kubuatkan untuknya.

Taiga-kun berhasil menempatkan senyum di wajah senduku. Aku suka melihatnya makan. Taiga-ku makan seperti bayi raksaka, lucu sekali.

Aku berjalan ke besi penyangga. "Taiga-kun ini adalah tempat pertama di mana aku jatuh cinta padamu."

"Hah?"

"Waktu itu aku di bawah sana bersama seluruh murid lainnya bersiap untuk mengikuti apel pagi. Tiba-tiba perhatian kami teralihkan oleh suara teriakan seseorang dari arah atas, kami mengangkat kepala kami untuk melihat, dan ada kau.. begitu gila berdiri di besi penyangga ini, mengatakan bahwa kau akan menjadi yang terbaik di Jepang." Aku menatap lurus, menerawang jauh ke belakang.

"Aku sudah membuktikannya, tim basket sekolah kita memenangkan Winter Cup tahun ini." Kata Taiga-kun sambil terus mengunyah.

Semua yang membuatmu bahagia membuatku bahagia juga, dan aku sangat bangga padamu.

Aku berbalik dan menatap Taiga-kun di bawahku. "Taiga-kun apa kau benar-benar mencintaiku?"

Angin berhembus kencang menerpa rambutku.

Taiga-kun menghentikan makannya. "Apa kau bertanya seperti itu karena aku melupakan anniversary kita? Aku benar-benar minta ma.."

"Aku sama sekali tidak marah," aku memotongnya. "Aku hanya ingin tahu. Apa ada yang salah dari itu?"

Taiga-kun meminum air di botol lalu berdiri. "Tentu saja aku mencintaimu."

"Mendengar itu membuatku bahagia, sungguh. Sayangnya aku tidak bisa membohongi diri sendiri bahwa aku tidak mempercayai hal itu."

"Ke-kenapa?" Taiga-kun bertanya, tampak sangat bingung.

"Entahlah, mungkin karena kita tidak pernah bertindak seperti pasangan pada umumnya."

"Chou.." Pandangan mata Taiga-kun berubah dari bingung ke prihatin.

Aku tertawa pahit. "Lupakan!" Kataku, berpura-pura kuat. Hatiku hancur. Langkah berikutnya adalah putus, kan?

Tuhan.. Ku belai lengan kiri Taiga-kun. Sepertinya aku jatuh cinta terlalu dalam pada orang ini. Akan sangat berat untukku kalau hubungan kami memang harus berakhir.

"Aku bersyukur memilikimu di sisiku."

Taiga-kun membuyarkan lamunan pendekku. "Apa?"

"Ini benar-benar hal yang memalukan untuk diucapkan," Ia menarik napas agak panjang sebelum melanjutkan. "Kau menyatakan cinta padaku dengan cara yang sangat lucu,"

Wajahku memerah karena mengingat momen itu. Aku memang menyatakan cinta padanya dengan cara konyol: "Kagami-san. Aku menyukaimu. Terimalah perasaanku, aku bisa memasak dengan baik."

Duh satu-satunya hal yang ku tahu tentang Taiga-kun saat itu adalah dia benar-benar suka makan, karena itu aku spontan mengatakan aku baik dalam memasak.

"Pertamanya aku memang hanya asal mengatakan IYA untuk makanan gratis,"

"Menyebalkan!" Kataku sambil menonjok canda dada Taiga-kun. Kami berbagi senyum untuk sesaat.

"Dan menurutku gadis ini juga cantik. Aku pasti rugi kalau menolaknya. Itulah yang kupikirkan waktu itu.. Seiring waktu pemikiranku tentangmu berubah, kau menunjukkan kasih sayangmu padaku setiap hari, aku menikmati setiap detik yang kita habiskan bersama. Lalu aku menyadari, aku benar-benar menyukaimu."

Taiga-kun.. Sisi mu yang satu ini. Ini adalah kali pertama aku melihatnya.

"Apa ini benar-benar dirimu? Atau kau adalah arwah murid yang konon bunuh diri loncat dari atap ini karena ditolak cintanya?" Aku menyipitkan mataku, menatap curiga Taiga-kun.

"Jangan menggolokku," Kata Taiga-kun dengan raut wajah kesal. "Aku tahu semua yang baru kukatakan sangat memalukan."

Syukurlah ternyata benar-benar Taiga-kun. Aku tersenyum dan memeluk tubuh besarnya. "Sama sekali tidak memalukan. Aku sangat senang bisa mengetahui perasaan Taiga-kun padaku."

Taiga-kun menempatkan tangannya di bahuku. Aku tahu dia tersenyum.

Kami berdua kembali duduk untuk meneruskan makan. Aku memaksa keras untuk menyuapi Taiga-kun. Sangat sangat sangat sangattttttttt lucu ketika ia membuka mulut dan mengunyah makanan-nya.

"Um, Taiga-kun.. Aku mengerti kau adalah seorang pacar buruk yang tidak cemburu atau mengajak pacarnya jalan. Tapi tetap saja, kenapa kau tidak pernah menyentuhku?"

"Cih," Taiga-kun membuang muka. "Terang-terangan sekali mengatakan aku adalah pacar yang buruk."

Aku mendekatkan wajahku ke wajahnya. "Jangan mengalihkan pembicaraan."

"Aku tidak mengalihkan pembicaraan, lagian juga memangnya harus ya?" Taiga-kun memasang wajah merasa terganggu khasnya. "Ketika kau memberitahuku bahwa aku adalah pacar pertamamu aku hanya melihatmu sebagai gadis lugu. Dan kau benar-benar memang gadis yang baik, itu sebabnya meskipun sangat ingin aku memilih untuk tidak menyentuhmu.. Setidaknya sampai aku sendiri merasa pantas untuk mendapatkan itu."

"Taiga-kun.." Aku membuat Taiga-kun kaget dengan duduk di atas pangkuannya.

"Cchou.. Apa yang kau lakukan?!"

"Aku tidak selugu yang kau kira."


See you next update!