10 .00 AM 4 SUMMER AT THE BEACH

Dahsyatnya angin laut tidak menghalangi tekad seorang gadis berkepang dengan panjang yang mencapai pinggangnya datang ke dermaga. Tak lupa beberapa kerabat mengikutinya dari belakang.

Tidak lama kemudian, sebuah kapal berlabuh di dermaga kecil milik Mineral Town. Senyum sang gadis makin lebar. Serbuan beberapa orang keluar dari kapal ferry mungil itu. Senyum gadis itu makin lebar saat sesosok remaja laki-laki yang menjinjing sebuah tas besar keluar dari kapal dan berjalan mendekatinya.

"…May?"

"…Stu?"


HARVEST MOON© NATSUME

TEN YEARS FORWARD©FAZEA-BLACKSMITH'AOZUKIN
WARNING: Gaje, abal, typo tidak jamin, OOC (Err—karena disini Stu dan May sudah dewasa, pastilah sikapnya berubah dari sikap polos-polos anak kecilnya), istilah Jepang membahana, DON'T LIKE? DON'T READ.


"…Bercanda, ah."

"Siapa yang bercanda, hei! Ini aku, 'Stu'!" katanya dengan nada agak keras.

"Pfff..fufufu…iya..iya! Selamat datang kembali, Stu!" tawa May, disusul dengan tawa Stu yang sudah bersuara berat.

.

.

_flashback_

"Stu… Benar-benar mau pergi, ya?" tangis seorang gadis mungil, dihadapan bocah laki-laki sebayanya yang menangis pula.

"Hik….iya.."

"…Berapa lama?" tanya May lagi.

"Kata nenek, sekitar sepuluh tahun," jawabnya. Mendengarnya, May terdiam seribu bahasa. Harus ditinggal satu-satunya sahabat sepermainan pindah ke kota besar- menurut rumor, Prancis, untuk menjejal pendidikan selama sepuluh tahun. Siapa yang takkan menangis.

"Aku pasti kembali," tukas Stu, yang mana membuat arus air mata May berhenti sementara.

"…Janji?"

"Janji."

Ombak lautan saat itu menjadi saksi bisu saling digenggamnya kelingking dua insan polos itu.

_end of flashback_

Dan kini, ia kembali.

"Wah…aku benar-benar kangen dengan kota ini!" Stu menghirup udara kota sekuat-kuatnya.

"Sepuluh tahun sih ya…," sahut May yang berada di sebelahnya, menjinjing satu dari 2 tas besar yang dibawa Stu saat turun dari kapal.

"Ah," Stu menghentikan langkahnya, "May, ayo kita ke gereja!"

"Bu-buat apa? Lebih baik kita bereskan saja barang-barangmu ini! Lagipula Elli-sama sudah menunggu di rumah!" kata May seraya menunjuk ke rumah lama Stu yang tidak terlalu jauh jaraknya dari lokasi mereka berdiri.

"Sudahlah, ayo!" perjaka muda itu menarik tangan May dan membawanya paksa ke gereja penuh kenangan mereka berdua semasa kecil.

'Sikapnya tidak berubah..' batin May, 'Tetap saja sembarangan dan semberono,' Meski agak terganggu dengan dua sikap itu, May tetap tersenyum kecil.

10.15 AM 4 SUMMER AT THE CRUCH

"Carte~r?" panggil Stu saat dibukanya pintu gereja. Namun yang menjawabnya malah kesunyian.

"Sedang pergi barangkali," kata May. Sayangnya tidak dipedulikan oleh temannya yang malah berlari ke tengah gereja.

"Benar-benar…aku sudah lupa dengan aroma ruangan ini.." katanya pelan. May tersenyum simpul.

"Siapa suruh pergi sepuluh tahun!" ia pun menjitak Stu yang bernostalgia-ria,"Memangnya kau belajar apa sih di sana?"

"Banyak, sih. Tapi paman akan memasukanku ke sekolah kedokteran…"

May tertegun,"Kau bilang 'akan'? Berarti…kau akan pergi lagi?"

"Err—entahlah. Ia hanya membolehkanku kembali kemari setelah 3 hari.."

"Itu artinya kau akan pergi lagi, DASAR BODOH!" May kembali menjitak Stu, "…Sudahlah, tak apa juga kau kembali..toh, aku sudah melihat wajahmu lagi."

Ternyata menjejal pendidikan di kota Prancis selama sepuluh tahun tak selamanya membuahkan hasil.

Gara-gara tadi, sebuah memori muncul di kepala Stu, "May…ingat kita pernah bermain sebuah 'pernikahan'?"

May mencoba mengingatnya, "Ah, ingat-ingat! Hahaha, kalau diingat memalukan sekali, ya!" tawanya sambil mengibaskan tangannya, lalu menangkat sedikit rok panjangnya dan membungkuk sedikit.

"Senang bertemu denganmu, pangeran," katanya, mencoba menirukan kata-katanya sendiri sewaktu memainkan permainan ini.

Stu tertawa, lalu bangun dari posisi duduknya dan membungkuk, "Sebuah kehormatan, tuan putri."

"Pfff… Pangeran, aku mencintaimu.." kata May, sambil menahan tawa.

"Fufufu…" Stu juga menahan tawa sambil merogoh saku celananya, lalu mengambil 'duduk' yang biasa dipergunakan untuk acara lamaran, "Then, marry me."

Kini tawa bahak May tak dapat ditahan," Bwahahaha! EPIC! Konyol, ah! Dasar, Stu!" namun sedikit pun tidak terdengar suara dari Stu. May menghentikan tawanya, heran.

"…Stu?" mata May bertemu dengan mata temannya itu. Warnanya abu-abu bercampur dengan hitam yang klasik. Kalau dilihat, wajahnya kini berubah, lebih dewasa, serius, dan…tampan. Rambut 'mangkok' nya pun sudah samar-samar terlihat.

Mendadak wajah May memerah.

Terlebih setelah ia melihat apa yang di tujukan Stu padanya sekarang. Sebuah blue feather.

"….Stu—" kata May pelan. Sang lelaki sendiri diam tanpa kata.

"—DASAR GENIT…!"

PLAAK

Tamparan keras mendarat di pelipis dan pipi Stu dalam arti candaan. Membuatnya terjungkal dan jatuh terseret.

"Siapa yang awalnya mulai duluan, hah?" geretak Stu, meraba pipinya yang merah, "Tamparanmu keras banget… petani perempuan itu ternyata mengerikan, ya.."

"Ha-habis… Sampai ada blue feather segala… Kau dapat dari mana, hah?"

"Dari paman di kota.. Katanya sih, ini harus diberikan kepada gadis yang paling kusukai…" jawabnya, merapikan bulu-bulu biru yang kusut seraya memperhatikan May.

Sekali lagi, wajah May memerah.

"AH! Aku lupa memberi makan sapi-sapiku! Maaf Stu, tapi aku tidak bisa mengantarmu ke rumah! D-Daaah!" dara kecil itu berlari keluar gereja.

Stu memperhatikan punggung May yang terus menjauh dengan heran. Tak lama, ekspresi wajahnya menjadi kecewa.

.

.

07.00 PM 4 SUMMER AT YODEL RANCH

"Ini aneh banget," May memeluk erat anjing tuanya, Hanna.

'Aku dan Stu teman masa kecil kan? Nggak ada yang salah kan?' May terus memeluk erat anjingnya, sehingga tak sadar kalau Hanna sudah sekarat. May kemudian menengok pada sebuah bingkai foto tua diantara buku-buku yang berdebu.

'Andai kakek masih ada disini..,' ya, kakek May alias Barley..tak luput nenek Stu, Ellen telah tutup usia 6 tahun lalu. Hanya dua senior di kota ini yang masih bugar, Thomas dan Saibara.

TOK TOK

Pintu kayu agak lapuk diketuk dari luar. Sergap, May membukakan pintu untuknya.

Kreeek

"Ya, sia—" May terkejut, "—Stu? Ada apa kemari?"

Remaja satu itu memalingkan wajahnya yang malu-malu, "Err, aku tadi habis mengunjungi Jack-sama. Kebetulan lewat sini…jadi.."

May kembali bermuka memerah. Sehingga keheningan tak terhindarkan. Sampai akhirnya, May berani angkat bicara, "A-Ayo masuk, Stu. Malam begini pasti dingin,kan?"

"….Sebenarnya, malam ini agak panas," kata Stu seraya menyeka keringat yang meluncur dari keningnya, "Mungkin karena musim panas."

May buru-buru melangkah ke belakang punggung Stu dan mendorongnya masuk rumah tanpa bicara satu patah kata pun—karena malu, mungkin.

BLAM

Sementara sang tamu yang datang tak diundang duduk di sofa sambil mengelus pelan Hanna, May sibuk membuat suguhan untuk Stu di dapur mungil yang satu paket dengan peternakan dan seisinya warisan kakeknya.

"Nggak berubah sama sekali, ya.." ucap Stu.

"Apanya?" tukas May, dengan memegang secangkir kopi manis di tangan kirinya, lalu memberikannya pada Stu.

"Rumahmu. Dulu aku sering sekali bermain kesini.. Hana-chan juga sekarang sebesar ini. Rasanya menyesal aku melewatkan perkembangan kota ini selama 10 tahun.. Rasanya..seperti dilupakan, ya," kata Stu pelan, May memandanginya sedih.

"Stuart, mau 10 tahun, 20 tahun, 30 tahun, 100 tahun sekalipun. Sekali warga kota ini, tetaplah warga kota ini," kata May, "Lagipula kau sendiri juga tidak menghendakinya kan? Kau dipaksa pergi oleh pamanmu…"

"Ya. Aku tahu."

Keheningan kembali menjajah rumah kecil May. Tak satu pun dari mereka yang tidak berani memulai pembicaraan (bahkan untuk May yang cerewet sekalipun) tanpa alasan yang jelas.

Secara mendadak, wajah Stu merah padam sendiri. Ditambah dengan kucuran keringat yang makin deras. Terus disembunyikannya dengan terus-terusan meneguk kopi yang disuguhkan May.

"…J-Je..t'aime.."

"Hah?" May menoleh pada Stu yang semula melihat anjingnya, "Kau bilang apa, Stu?" Namun yang May dapat hanya wajah Stu yang semerah tomat.

"Se—Selamat malam, May!" Stu serdadu berlari keluar peternakan.

May mengikutinya sampai pintu, wajahnya ditekuk, "Ada apa dengan dia..?"

TO BE CONTINUED

A/N: Aih, udah berapa abad saya nggak aktif di fandom ini ==a –lebeh- Dateng-dateng bawa fanfic gajebo… DX Gomenasai, minna~ Entah kapan bisa update IYFBYM...*diganyang yang nungguin* Minta reviewnya, sodara? :)