post ff di sini boleh kan ya? Yaudah langsung aja deh..

Title : Destiny

Genre : Fantasy, Romance, Hurt, Supernatural

Cast : Donghae, Kibum, Leeteuk, Kyuhyun, Heechul, dll

Kehidupan setiap makhluk saling berdampingan di dunia.
Manusia dan makhluk lainnya menempati posisinya masing-masing di dunia yang kejam ini. Setiap yang lahir akan menggantikan yang mati. Kau tidak dapat menentukan kelahiran ataupun menolak kematian. Kau tidak dapat menolak takdir yang telah ditetapkan padamu. Andai takdir itu dapat diminta, mungkin setiap makhluk akan meminta memiliki takdir yang indah menjadi makhluk sempurna yang tak memiliki kekurangan apapun. Apakah takdir itu begitu kejam bagi sebagian makhluk ?
Aku akan menjawab YA.

"Sayang.. kau harus bisa menjaga dirimu baik-baik. Ibu akan selalu ada untuk melindungimu." Seorang ibu mengusap lembut rambut anak lelaki semata wayangnya dengan penuh kasih sayang.

"Ya ibu.. hae janji! Hae akan buat ayah dan ibu bahagia." Anak 10 tahun itu berkata dengan tersenyum memperlihatkan wajah imutnya membuat sang ibu semakin gemas pada anaknya.

"Anak pintar." Puji ibunya memeluk anak lelakinya itu.

"Aa.. siapa anak pintar dan tampan ini hem ?"

"Aku Donghae.. Lee Donghae anak ayah. Hihi.." Donghae menjawabnya dengan tersenyum sangat manis. Ayahnya ikut tertawa memegang kedua bahu anaknya.

"Haha.. kau benar-benar anak ayah. Kalau ayah sudah tua nanti, kau yang harus menjaga keluarga ini, kau mengerti anak pintar? Mungkin suatu saat kau akan membutuhkan ini, pakailah." Ayah Donghae menyerahkan sebuah kalung dengan bandul berbentuk lingkaran kepada anaknya. Mereka berdua berjalan menuju rumah mereka.

"Um.. aku mengerti! Hae akan menjaga semuanya." Ucap donghae mantap membuat ayahnya tersenyum bangga memiliki anak baik dan penurut seperti Donghae.

oOo

Jlebb.

"Aaaarrgh… cepat la.. ri hae !" Donghae meringkuk ketakutan di sudut ruangan melihat kejadian mengerikan di hadapannya. Ibu Donghae sudah terkapar tak berdaya di lantai dengan bersimbah darah. Dan dihadapan Donghae ayahnya tengah diserang oleh seseorang yang mengenakan topeng dan apa itu? Sayap? Tidak mungkin. Makhluk yang masih Donghae anggap manusia itu membawa sebuah pisau ditangannya yang telah melukai perut ayah Donghae. Sayup-sayup Donghae mendengar suara makhluk itu memaksa ayahnya mengatakan sesuatu. Dia tidak tahu apa itu. Donghae masih bersembunyi di bawah meja di sudut ruangan. Dia mendengar ayahnya menyuruhnya berlari. Donghae berusaha berdiri dan pergi secepatnya dari tempat itu. Tapi Donghae benar-benar ketakutan membuatnya sulit untuk sekedar menggerakkan anggota tubuhnya. Dia gemetar dan keringat dingin sudah membanjiri tubuhnya. "AAArrrggh…"

Bruugh.

Donghae menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri kedua orang tua yang sangat disayanginya dibunuh dengan sangat kejam. Makhluk itu seolah tak berperasaan. Donghae ingin marah pada mereka namun dia sungguh ketakutan. Dia melihat satu dari mereka dengan percikan darah di wajahnya yang tak tertutupi topeng mendekat ke arahnya. Donghae semakin menunduk berusaha bersembunyi. Makhluk itu semakin dekat dan Donghae harus segera pergi dari tempat itu. Dengan sekuat tenaga dia berlari keluar dari rumahnya. Beberapa dari mereka terlihat mengejarnya. Dia terus berlari di malam yang dingin itu. Donghae benar-benar takut makhluk itu menangkapnya dan membunuhnya. Jalanan malam ini sungguh sepi karena ini sudah lewat tengah malam. Tetapi Donghae tidak peduli apapun, dia harus terus berlari walaupun kakinya akan patah. Air matanya terus saja mengalir. Dia melihat sebuah cahaya menyilaukan di depannya.

"Suamiku ada anak di depan!" Seorang lelaki yang sedang mengemudi mobilnya segera menginjak rem saat melihat seorang anak melintas di jalanan.

Ckiiiiiiiitt….

Braakk.

"Dokter.. tolong anak ini !" Dokter dan suster yang berjaga malam segera menolong seorang pasien yang tertabrak. Dokter memeriksa dan mengobati luka-lukanya. Beberapa balutan perban terpasang di kaki, tangan, dan kepala pasien itu.

"Bagaimana keadaannya dokter?" Tanya seorang wanita yang tadi mengantarkan pasien itu ke rumah sakit. Suaminya ikut berdiri mendekat pada dokter.

"Beruntung kalian segera membawanya kemari, kalau terlambat sedikit saja nyawa anak itu tidak dapat tertolong." Dokter itu menjelaskan.

"Aah.. apa kalian orang tua pasien?" Tanya dokter dengan sopan. "bukan.. kami tadi tak sengaja menabraknya. Anak itu tiba-tiba muncul di hadapan kami."

"Oh.. ada hal yang ingin ku bicarakan tentang kondisi pasien. Mari ikut ke ruanganku."

"Baik dokter." Suami istri itu mengikuti dokter menuju ruangannya.

"Begini.. anak itu mengalami syock dan trauma. Mungkin seperti kejadian yang membuatnya terpukul ditambah dengan kecelakaan ini."

"Apakah berbahaya dok?"

"Tidak.. hanya saja… kita harus melihat kondisinya setelah sadar nanti."

"Uugh.." donghae merasakan sekujur tubuhnya terasa sakit. Perlahan ia membuka matanya. 'Dimana ini?' Donghae berusaha untuk mendudukkan dirinya. Seseorang menghampirinya.

"Aah.. kau sudah sadar? Berbaringlah.. jangan memaksakan diri. Aku akan memanggil dokter." Wanita itu terlihat keluar ruangan. Donghae tidak mengenalnya. Tapi dia tahu dimana dia berada sekarang, rumah sakit. Donghae mencoba mengingat-ingat kenapa dia bisa berada di sini tetapi dia sama sekali tidak mengingat apapun.

"Secara fisik dia dapat pulih segera, tapi… secara psikis.. ini akan sedikit sulit. Anak ini mengalami trauma yang hebat sehingga memori ingatannya ada yang dilupakannya." Ucap dokter.

"Aku mengerti dokter." Wanita bernama Hyerin mengucapkan terima kasih pada dokter. Wanita itu menghampiri Donghae.

"Aah.. siapa namamu nak? Aku Hyerin." Donghae diam tak menjawabnya. Wanita itu mengusap rambut Donghae dengan lembut.

"Tenanglah sekarang kau bersama kami, kau aman. Lebih baik kau istirahat lagi." Entah kenapa Donghae merasa percaya pada wanita di hadapannya itu. Perlahan Donghae mulai tidur dan memejamkan matanya.

oOo

Di sebuah bukit yang tertutupi hutan lebat, sebuah kastil megah berdiri dengan kokohnya seolah ingin membuktikan keberadaanya yang telah beratus-ratus tahun. Kastil dengan corak Eropa yang sangat kental dan beraura gelap tampak tak berpenghuni. Pagar setinggi 4 meter yang mengelilinginya menambah kesan bahwa tak ada seorangpun yang boleh menginjakkan kakinya di tempat ini.

"Apa kau bilang? Gagal? GAGAL HAH?" Seorang lelaki dengan pakaian serba hitamnya memandang marah pada beberapa orang di hadapannya. Sayap hitamnya sudah terkepak lebar menunjukkan kekuatannya. Lelaki itu dengan gerakan cepatnya mencengkram kerah seorang empusa di depannya.

"Maafkan kami Tuan, kami siap menerima hukuman dari Anda."

"Kau pikir setelah aku menghukum kalian, dia akan datang padaku?!" Lelaki itu semakin geram. "Lebih baik kalian cepat cari keberadaannya sebelum semuanya terlambat! PERGIII!"

"Baik Tuan."

oOo

"Donghae.. mulai sekarang kau akan tinggal bersama kami di rumah ini. Dan anggaplah kami seperti orang tua mu. Dan yang di foto itu dia adalah Kibum anak kami, dia 4 tahun lebih tua darimu. Eomma yakin kalian akan menjadi teman yang baik nanti. Mulailah hidup barumu bersama kami. Kami akan melindungimu." Hyerin tersenyum hangat kepada Donghae. Donghae yang berniat menjalani hidup barunya menampilkan seulas senyum di wajah manisnya.

"Terima kasih eomma. Tapi dimana kibum hyung?"

"Dia menghilang dan tidak pernah kembali sejak saat itu, hiks... sekarang ada kau, eomma tak akan kesepian lagi." Terlihat gurat kesediahan di wajah wanita cantik yang tengah memeluk donghae.

"Tenanglah eomma.. eomma punya Hae sekarang." Anak manis itu mencoba menghibur eomma angkatnya walaupun sebenarnya ia penasaran kemana Kibum pergi.

oOo

6 tahun kemudian…

Sebuah rumah yang terlihat seperti sebuah penginapan yang asri dengan model bangunan Jepang yang kentara di tengah-tengah bangunan bergaya Eropa. Tempat tinggal yang mungkin diinginkan banyak orang untuk mendapatkan ketenangan dengan suasana lingkungan yang sejuk. Dua orang lelaki tengah mengobrol dengan tegang di sana.

"Kau pikir ini semua hanya kebetulan?" Lelaki yang memiliki wajah cantik memulai argumennya.

"Entahlah.. aku rasa takdir yang mempertemukan mereka Heechul." Leeteuk hanya menggelengkan kepalanya, bingung. Dia merasa akan terjadi hal yang buruk pada… entahlah dia juga tidak tahu siapa itu.

"Apa kau merasakan sesuatu?" Heechul memandang curiga pada lawan bicaranya yang tampak gelisah.

"Tidak, aku tak menyembunyikan apapun darimu. Kau tahu, kau yang menyimpan buku itu." Leeteuk balik menatap Heechul degan berani.

"Ya.. ya..insting malaikatmu kan biasanya kuat. Eh.. dimana Kibum? Aku belum melihatnya hari ini."

"Dia sedang berlatih mengendalikan kekuatannya bersama Kangin. Kau tak perlu khawatir, dia bukan anak kecil lagi sekarang. Dia harus mampu mengendalikan kekuatannya." Leeteuk mengambil sebuah buku yang tergeletak di hadapannya lalu membacanya, mengusir rasa bosan yang menghinggapinya.

"Hmm.. dewasa.. dewasa.. dewasa ya. MWO? DEWASA? Berapa umurnya sekarang?" Heechul tampak panik seketika setelah mengingat sesuatu.

"Eeemm.. 20 kan? Ada apa chullie? Kenapa kau panik seperti itu?"

"Tunggu.. tunggu.." Heechul tampak mengucapkan kata-kata dan cahaya merah muncul dari kedua telapak tangannya. Berangsur cahaya pekat itu menghilang diikuti sebuah buku tua tebal yang berada di tangan Heechul. Leeteuk tak begitu menghiraukannya karena dia sudah tahu buku apa itu dan setiap kali ia ingin membacanya, Heechul pasti melarangnya.

"20 tahun.. 20 tahun.. aah ini dia! Takdir telah menentukan sang Louch bertemu dengan Sang Neigeux. Hanya Sang Louch, belahan jiwa yang hilang yang dapat membantu Sang Neigeux." Leeteuk dengan serius menyimak apa yang dikatakan Heechul. Heechul dengan teliti membaca setiap huruf yang tertera dalam buku tua itu.

"Louch? Siapa dia? Apa hanya keterangan itu saja yang ada di buku tua itu?"

"Di sini hanya tertulis itu saja. Kau tahu kan kalau buku ini hanya memberikan petunjuk pada waktunya? Kita tidak bisa melihat masa depan." Heechul segera menghilangkan buku yang ada di tangannya.

"Kalau begitu kita harus menemukan Louch secepatnya sebelum Sang Cheval bertindak."

"Kau benar, tapi aku ingin Kibum yang menemukannya sendiri."

oOo

Malam yang sunyi senyap merupakan situasi yang sangat tepat bagi para empusa untuk mencari mangsa. Mereka akan menghisap darah para lelaki untuk meningkatkan kekuatannya. Sayap hitam legam mereka akan terbentang lebar saat mengejar mangsanya dan menghisap darahnya. Mereka sejenis vampire yang hanya akan menghisap darah para lelaki. John merutuki dirinya yang terlalu asyik mengobrol dengan teman-temannya setelah pulang sekolah hingga melupakan waktu yang bergulir menampakkan sang rembulan. Ia berjalan cepat menuju rumahnya. Ditengoknya jalanan yang dilewatinya sungguh sepi. Ia memasuki lorong jalan dengan berlari, dirasakannya aura mencekam disekitarnya. John memegang tengkuknya perlahan merasa bulu kuduknya merinding saat sekelebat bayangan hitam melintas di atas kepalanya. Ia mempercepat langkah kakinya berharap segera sampai ke rumahnya. Sreet. Sekelebat bayangan menerjangnya dan memojokkannya di dinding lorong. Nafas John tercekat mendapati sesosok makhluk bersayap tengah memenjarakannya. Makhluk itu mengendus dan mencium setiap bagian wajah dan leher John. Tubuh John melemas melihat makhluk dihadapannya, suaranya enggan untuk dikeluarkannya hanya untuk berteriak. Dan dengan sekali hentakan, sebuah benda tajam menancap di leher John dan meninggalkan jeritan kesakitan yang menyedihkan.

To be continued...

Mungkin ada yang sudah pernah baca ni ff? Kalau belum silahkan dibaca~

Tanggapan positif/negatif diucapkan terima kasih.. Salam!

Terima kasih sudah membaca. Silahkan datang kembali! eh?