Disclaimer: Kishimoto pwns Naruto and the characters.

Buat readers yang belum baca prequel BLOOD MOON, mungkin bakalan merasa aneh – maksudnya disana-sini bakalan ada yang berpatok pada fic tsb. Silahkan baca dulu yang itu, tapi gak juga ga masalah. Karena saya bakalan memasukkan beberapa hint dari prequelnya disini. Silahkan enjoy, dan R&R-nya, ya :)

Warning: AU. Rating.


BLOOD MOON

The Gate

Chapter 1: The Werewolf

Burgermurder, 7.35 pagi.

"Silahkan tuan, teh chrysant anda," ujar si pelayan, menatakkan segelas teh pada meja mini di taman sebuah kediaman yang mewah. Pelayan wanita tersebut mengenakan satu set pakaian pelayan, dengan rok rumbai selutut, dan apron yang terpasang rapih dari abdomen sampai perbatasan paha dan lututnya. Mata beningnya memancarkan sorotan lembut yang sanggup menghangatkan hati setiap pria.

"...Aa, terima kasih Hinata," balas si pria, menyadari kedatangan si pelayan. Pria tersebut menyeruput nikmat segelas teh hangat pagi hari itu dan kembali meletakkannya diatas meja. Dia kemudian menatap si pelayan, langsung ke matanya. "Kemana Benjamin, Hinata? Tidak biasanya kau yang menyiapkan teh pagiku,"

Hinata, si pelayan mengangguk. "Sir Benjamin pagi buta tadi baru saja berangkat menuju negara bagian Uni Soviet, Raindeer. Seperti yang tuan besar titahkan padanya – untuk melaksanakan kerja sama bilateral dengan negara besar tersebut secepat mungkin." Ia menjelaskan dengan gaya bak menteri politik luar negeri suatu negara – Hinata melaksanakan tugasnya seperti ini – dan, sangat memuaskan, pikir Sasuke sang Count.

Sasuke memejamkan matanya, dan membalas anggukan si pelayan. "Belakangan aku menjadi sedikit pikun, Hinata," paparnya, dengan senyuman simpul menjalin bibirnya.

Hinata tersenyum kecil. "Ucapan anda seperti orang tua saja, tuan,"

Sasuke menggumamkan tawa untuk pelayannya.

Nama pria ini Sasuke. Count Sasuke Bismark ke-XVII. Dia adalah pewaris dari harta megah Count Bismark—klan terkaya dan termakmur se-antero Eropa kuno.

Murderburger adalah desa dan sebuah bukit kecil tempat dimana istana warisan milik pendahulunya berada—yang kini menjadi milik dirinya seorang. Sebagai pewaris Count, dia diwajibkan meneruskan amanah pendahulu-pendahulunya – untuk terus menjadikan Count Bismark sebagai klan yang paling disegani di seluruh pelosok dunia.

Hampir 3/8 kekayaan yang dimiliki dunia adalah milik Count Bismark. Kekuasaan dan kejayaan—orang-orang tunduk, dan para pemerintah korup yang bersujud sembah padanya, seperti anjing dan tikus jalanan – Sasuke menyukai itu. Hal tersebut sudah seperti sarapan dan penghibur hari-harinya.

"Tampaknya kau begitu gembira hari ini...ada apa?"

Wajah wanita itu merona, merah padam. "Tidak – tidak, tidak ada apa-apa tuan besar, sungguh!"

"Kau pembohong terburuk yang pernah kutemui, Hinata," sambut Sasuke, menyunggingkan senyuman panjang pada Hinata.

"...Maaf, tuan. Iya, saya sedang senang, karena ibunda saya melahirkan putri ketiganya pagi ini," jawabnya, penuh dengan ekspresi bahagia, malu, dan kerendahan diri.

Sasuke berdiri dari duduknya. Dia berjalan kearah Hinata menemani pagi harinya yang cerah ini. Benar-benar pagi yang indah, suhu yang pas, burung-burung yang menari-nari diatas mereka, dan suasana yang begitu tenang dari pusat desa – menyegarkan pikiran Sasuke. "Kau ingin menemui ibundamu, Hinata?" tanyanya.

"Emm, ti – tidak, maksudku aku tidak..."

"Kau hanya mesti bilang, bagaimanapun juga beliau adalah ibu kandungmu – yang juga melahirkan adik keduamu..."

Hinata tahu, semenjak insiden 'Ura-Sasuke' beberapa pekan yang lalu, majikannya ini mengalami sedikit perubahan yang mengarah kearah positif. Membuat Hinata semakin bisa berinteraksi dua pihak dengan Sasuke – dan ia menyukainya. Terlebih lagi...

"Tidak. Saya sudah anda kontrak hidup-kan...semenjak kejatuhan klan kami. Jadi selama anda tidak menyuruh saya, saya tidak punya hak untuk memohon." jawabnya cukup mantap, menurut Sasuke.

Sasuke kembali mengeluarkan senyuman tipisnya yang dingin.

"...Kau memang seseorang yang..." ujarnya terputus, terkesan malas melanjutkan. "Ck. Aku paling malas melakukan penyanjungan seperti itu."

Sasuke memajukan wajahnya menuju Hinata. Menempelkan bibir beraroma Chrysanthemum-nya pada bibir lembut milik Hinata.

Hinata menyambutnya balik.

Selang beberapa saat stelah bibir mereka berpisah, Sasuke melanjutkan kata-katanya. "Sekarang, aku baru berpikir, betapa beruntungnya diriku memilikimu disini."

-o0o-

Bismark Castle, Burgermurder, 3.15 dini hari.

Malam kunjung melarut. Awan-awan tipis di langit malam, terbang melintas dengan perlahan, sepelan kura-kura yang nampak begitu menikmati hidupnya. Bulan berwarna kuning emas, memberikan pesona gothic lebih pada kastil tua yang masih sangat kokoh untuk selama tujuh turunan lagi ini.

Ditengah sunyinya malam ini, terdengar derapan suara kaki. Berlari – tidak, ini lebih cepat dari cara berlari manusia biasa. Sosoknya mengendap-endap dibawah bayangan bulan, berusaha tak terlihat – atau bahkan tak terasa oleh siapapun.

Sosok pria dewasanya yang nampak begitu muskular, melompati pagar raksasa kediaman Bismark dengan sangat mudah. Dia menjalar ditepian dinding rumah, dan merasakan dinginnya malam hari. Melihat mendapatkan celah, pria itu memanjat dinding menuju lantai lebih atas dengan ringan tanpa kesulitan berarti.

Dia mendapatkan kamar Hinata di lantai dua bangunan utama. Mengeluarkan beberapa perkakas tajam, dia mulai melubangi jendela kamar. Kakinya menapak tanpa suara didalam kamar Hinata, dan melanjutkan tapakan kakinya karah Hinata berbaring tidur.

"Hinata...Hinata..." bisik pria itu. "Oi, Hinata...bangun..."

Hinata bergulat dengan dirinya sendiri untuk sesaat, setelah itu langsung memfokuskan pandangan pada seseorang yang mengenakan pakaian serba hitam didepannya.

"...Eh...siapa?" Hinata menyadari orang tersebut tak dapat dikenalinya. Karena mengenakan penutup wajah, yang hanya memperlihatkan kedua mata. Hinata hanya bisa melihat sepasang mata yang tampak seperti mata hewan buas – mata ebony yang tajam dan menawan dengan daya tariknya tersendiri.

Hinata berniat berteriak, tapi pria itu dengan segera membuka penutup kepala dan wajahnya. "Tunggu, tunggu! Ini aku..." lanjutnya menampakkan wajah tampan dengan bercak merah segitiga pada kedua pipi, dan tersenyum dengan beberapa taring yang tajam ditunjukkannya. Taring yang sepertinya terasah secara rutin.

"Ki-Kiba...!"

Pria tersebut tersenyum lepas. Hinata segera beranjak dari kasurnya dan langsung memagut pria asing tersebut. "Sudah lama sekali, Kiba, sudah lama sekali,"

"Hehehe, syukurlah kau baik-baik saja, Hinata," ujar pria bernama kiba tersebut. "Aku khawatir kau kenapa-kenapa disini."

Hinata melepas pagutannya, dan menggeleng. "Aku baik-baik saja, Kiba. Lihat." ia melebarkan tangannya kebawah, seolah menyuruh Kiba secara tak langsung memperhatikannya.

Kiba mengangguk. "Ayo pergi dari sini!"

"Eh? A-ada apa? Dan ngomong-ngomong kau masuk dari mana?"

"Itu tidak penting. Kita harus segera pergi dari sini sebelum Count gila itu tahu kau sudah tidak ada."

Disaat yang sama, Sasuke yang masih terjaga saat ini sedang menuju ke kamarnya kembali. Hal seperti ini biasa terjadi pada Sasuke yang memiliki sindrom tak dapat tidur cepat. Dia pada biasanya dapat terlelap pada pukul dua dini hari. Tapi hari ini, sudah pukul setengah empat, rasa kantuknya tak juga kunjung datang.

Tiba-tiba Sasuke seperti mendengar ada suara ribut-ribut. Tapi, siapa, siapa yang membuat onar di pagi gelap seperti ini. Dari kamar Hinata? Tanyanya penasaran.

Kiba menarik tangan Hinata, namun si gadis menahan tarikkan tersebut. "Aku...aku takut tidak bisa pergi dari sini, Kiba. Aku tidak bisa, itu perjanjiannya..."

"Argh, Hinata, persetan dengan perjanjian itu! Kau hanya dimanfaatkan!"

"Tidak...tidak begitu, bukan begitu, Kiba. Lagipula tuan Sasuke orang yang..."

Kata-kata penjelasan Hinata terhenti, saat pintu kamarnya terbuka atau...dibuka seseorang.

"Hinata, itu kau?" tanya suara dari arah pintu.

Sasuke melihat satu sosok berdiri didepan Hinata. Sosok pria tegap itu terhalang oleh bayangan dari bulan dibelakangnya.

"Hinata!" Sasuke berlari menuju Hinata dengan cepat. Dia berpikir kalau pria tersebut adalah perampok.s

"Cih!" desis Kiba. Dia mengangkut tubuh Hinata dan langsung melompat dari lantai dua kediaman.

"Brengsek!" kutuk Sasuke, melihat pria itu membawa Hinata di kedua tangannya.

Sasuke segera berlari keluar kamar, dan menekan beberapa tombol di sepanjang dinding tempatnya melintas.

Diluar, Kiba mendapatkan beberapa kesulitan yang membuat laju larinya terhenti. Penghalang laser bersinar merah menghalanginya. Sistem pertahanan istana ini benar-benar menyulitkan, pikir Kiba. "Keparat!"

"Ki-Kiba, to-tolong turunkan aku...aku,"

"Kau tidak ingin kembali Hinata? Kau tidak ingin bertemu keluargamu lagi? Adik keduamu yang baru lahir tadi pagi?" bentak Kiba, merasa geram pada situasi saat ini.

"Aku mau...tapi,"

"Karena itu diam, dan biarkan aku berpikir!"

"Tidak akan kubiarkan kau membawa lari Hinata, penculik tengik!" sebuah suara membuat Kiba menoleh kebelakang.

Kiba tersenyum meledek. "Heh, lihat, siapa penculik yang sebenarnya, lintah darat? Kau! Kau yang menculik Hinata dari kami!"

Sasuke mengernyit. "Kami?"

"Ya! Dia temanku sedari kecil! Tapi kau menghancurkan klan-nya, dan merenggutnya menjauh dari keluarganya!" bentak Kiba memberang. Tampak taring-taring giginya semakin menajam. "Siapa yang penculik sekarang, ha!"

Sasuke terengah-engah napasnya. Hinata tahu bahwa Sasuke mengejarnya menuruni tangga berputar yang melelahkan di aula besar didalam itu. "Hinata..."

Hinata sempat ragu-ragu pertama, tapi, "...To-tolong turunkan aku Kiba..."

"Tidak Hinata, tidak!"

"Tolong...Kiba..."

Kiba semakin panas. Tidak mungkin dia menurunkan Hinata, tapi dia mengenali Hinata dengan sangat baik. Ia – Hinata, bersungguh-sungguh. "...Tidak hanya menculiknya, kau juga mencuci otaknya!"

Kiba menurunkan Hinata dan membimbingnya kebelakang dirinya lebih jauh. "Kau akan kubawa pulang, Hinata..." taring Kiba semakin meruncing, dan mulai timbul bulu-bulu kecoklatan yang kasar dari sekujur tubuhnya.

Hinata menelan napasnya. "Ki-Kiba, jangan...tidak, oh..."

"Aku akan membunuhmu, keparat!"

Kiba berubah wujud. Sosoknya yang nampak seumuran dengan Sasuke, kini telah ber-transformasi menjadi serigala muskular, yang berdiri dengan kedua kakinya. Baju hitamnya robek, diakibatkan otot yang begitu besar.

Dia melolongkan raungan tinggi ke bulan.

Werewolf. Panggilan untuk seorang hybrid – manusia dan serigala.

|To be Continued|


Shimacrow H.