Naruto © Masashi Kishimoto
Warning : Gaje, abal, typo, OOC, alur cepat (maybe) etc.
Don't like don't read
*NaruHina*
Angin malam berhembus memberi kesejukkan, angin musim semi memang selalu berbeda dengan angin musim lainnya. Angin musim semi selalu berhembus membawa kebahagiaan, Hinata baru saja menutup sambungan teleponnya dengan seseorang di ujung sana yang selalu membuat hatinya berdebar. Dan kini sukses tak bisa memejamkan mata akibat ulah kekasih nya yang mengucapkan.
"Aku rindu pada mu"
Ya ampun suara yang mengalun indah itu bagai heroin yang akan menjadi candu, Hinata sekarang sedang tersenyum sendiri menatap layar ponselnya, bolehkah Hinata menganggap dirinya wanita paling beruntung karena memiliki kekasih yang emhh so sweet—menurut Hinata loh.
Namikaze Naruto pria berdarah jepang dan prancis, pria yang kini berstatus menjadi kekasihnya semenjak satu tahun lalu telah merubah hidup Hinata yang biasanya abu-abu menjadi lebih berwarna.
Suara Naruto yang selalu terdengar merajuk jika sedang merindukannya itulah yang membuat Hinata selalu berdebar, padahal setiap hari mereka selalu bertemu, dan setiap hari pula pasti ada saja tingkah Naruto yang membuat wajah Hinata merona.
Ponsel Hinata bergetar, satu pesan masuk.
From : Naruto-kun,
Cepat tidur, jangan terus merona seperti itu. Jika kau terus merona seperti itu aku mungkin tidak akan tahan untuk tak mengunjungi mu sekarang juga meski Katana ayah mu yang menjadi taruhannya.
Hinata semakin merona, sepertinya Naruto benar-benar tahu bagaimana keadaan Hinata sekarang, bahkan jari Hinata terlalu bergetar hanya untuk mengetik pesan Okay, baiklah, atau sejenisnya yang menyatakan persetujuan. Hinata terlalu sibuk menetralisr degup jantungnya.
Hinata terlalu gugup dan berdebar, ia terlalu sibuk memikirkan kata yang tepat untuk membalas pesan Naruto, dan berakhir dengan amethyst-nya yang terpejam karena rasa ngantuk telah menjemputnya.
.
.
.
.
Pagi hari di apartment Naruto tidak berbeda jauh dengan pagi sebelumnya, hanya saja senyum dari pemuda berkulit tan itu terus menghiasi wajahnya. Pasalnya ia baru saja pulang dari Jerman dan semalam ia menelpon kekasihnya—Hyuuga Hinata, ia benar-benar merindukan kekasihnya, perasaan bahagia membuncah dan menebar ke setiap sel nya, membuat ia begitu bersemangat mengawali hari.
Naruto memakai setelan kemeja dan jas dari the executive, mobil Ferari nya terparkir apik di depan parkiran khusus yang di sediakan kantor, General Manager, itulah posisi pria berusia 26 tahun itu. Bekerja di perusahaan ayah-nya tak lantas membuat ia langsung naik pangkat menjadi Presdir
Naruto bergegas masuk kedalam kantor, ia bukannya pergi ke ruangannya tapi malah bergegas ke ruangan ayah-nya yang menjabat sebagai presdir. Sepanjang perjalanan Naruto terus bersenandung kecil, terlihat jelas raut kebahagiaan yang terpajang di wajahnya,
Dan disinilah Naruto. Di ruangan Ayah-nya, dan di sebelah ruangan ayah-nya ada salah satu ruangan yang biasa Naruto kunjungi, dan ruangan itu takkan pernah bosan untuk Naruto kunjungi, Hyuuga Hinata sekretaris Presdir, tanpa mengetuk pintu terlebih dulu Naruto menerobos masuk,kareana ia yakin Hinata pasti sudah berada di ruangannya mengingat sekarang sudah pukul sembilan pagi.
Dan benar saja Hinata sedang terfokus pada layar komputernya sampai-sampai ia tak menyadari Naruto yang kini tengah melangkah pelan ke arahnya.
"Selamat pagi, Hinata-chan." Naruto dengan jail meniup pelan telinga Hinata, tidak tahukah Naruto apa yang tadi ia lakukan mengantarkan sensasi geli dan me—ah Hinata terlalu mesum di pagi hari.
"Naruto-kun, sejak kapan kau di sini?." Wajah Hinata sudah merona, Naruto tersenyum karena sukses membuat kekasihnya merona di pagi hari, dengan santainya ia duduk di atas meja kerja Hinata.
"Untuk mu yang selalu membuat ku merindukan mu," Naruto menyerahkan setangkai bunga mawar, hei jangan berani-beraninya mengatakan Naruto pelit karena hanya memberi satu tangkai bunga saja, kenapa tida satu buket saja. Ini karena menurut Hinata setangkai bunga lebih romantis dibanding sebuket bunga, awalnya Naruto kebingungan, tapi mendengar kenapa buang setangkai lebih romantis di banding sebuket bunga versi Hinata hanya membuat Naruto terkikik geli.
Menurut Hinata sebuket bunga terlalu banyak berisi bunga, bunga itu pasti lebih dari satu tangkai, kemungkinan jika Naruto berrtemu gadis cantik selain Hinata ia munngkin akan mengambil setangkai bunga lalu memerikan pada gadis itu sebagai pujian, dan Hinata tidak mau itu. Ia hanya ingin Naruto memberi bunga hanya padanya walau hanya satu tangkai, dan Naruto suka denga alasan itu, bukankah Hiinata terdengar seperti possessive. Dan yang penting perasaanya bukan tahu kah kalian pepatah itu didapat dari Neji sang sepupu, sepertinya sekarang yang patut dicurigai adalah Neji yang akan memberikan bunga pada setiap gadis cantik.
"Terimakasih." Hinata tersenyum manis dan mampu membuat Naruto semakin inngin menrkam gadis di depannya.
"Hei itu tidak gratis, Naruto menyeringai mendapati mulut Hinata kini membulat karena tak mengerti, Naruto memberi isyarat agar Hinata mendekat ke arahnnya, dan Naruto langsung mencondongkan tubuhnya agar bisa menempelkan bibirnya di bibir Hinata
Cup
"Ini untuk bunga yang ku bawa"
Cup
"Ini untuk membayar rasa rindu ku"
Cup
"Ini karena kau tak membalas pesanku semalam."
Dan mulai lah pagi hari Hinata dengan si rubah mesum, sementara Namikaze Minato hanya mematung tak percaya melihat anaknya yang tengah memonopoli sekretarisnya, meyaksikan kelakuan mesum anaknya di pagi hari dan ia hanya bisa mengurut pelan dahinya.
::::::::::::::::::::
Okay ini adalah drable benar atau tidak? Ceritanya ini hanya sebuah fic yang akan menceritakan kehidupan sehari-hari sepasang kekasih. Naruto dan Hinata,tidak ada konflik yang aneh dan berarti. Mungkin hanya ada yang manis-manis (?) #abaikan
Ini murni ide saya lohhh, tanpa campur tangan siapapun. Tiba-tiba saja ingin membuat NaruHina yang manis tanpa beban (?) dan semoga kalian menyukainya.
See U
By
Daisy
