DISCLAIMER: YAMAHA CORPORATION AND CRYPTON FUTURE MEDIA

VOCALOID

SEPASANG KEKASIH YANG KONYOL

BY HIKARI SYARAHMIA

GENRE: HUMOR/ROMANCE

RATING: T

MULTIPAIRING

(LEN X MIKU)

JUMAT, 19 SEPTEMBER 2014

.

.

.

SOUNDTRACK THIS STORY

AI KOTOBA BY HATSUNE MIKU AND KAGAMINE LEN

.

.

.

CHAPTER 1: LEN BAKA!

.

.

.

SEPASANG KEKASIH YANG KONYOL

WARNING: TYPO, AU, HUMOR GARING DAN ANEH. BILA ADA KESALAHAN KETIKAN, TOLONG INGATKAN SAYA!

.

.

.

HAPPY SMILE, HAPPY SMART, HAPPY READING!

.

.

.

"Len-kun, ambilkan kue brownis di rak sebelah sana."

"Ba-baiklah, Miku-chan."

Seorang laki-laki berambut blonde dan bermata aqua yang bernama Kagamine Len, ia segera mengambil satu pack kue brownis yang diminta oleh seorang gadis berambut hijau tosca tersebut – yang berada di dalam rak penyimpanan semua jenis kue.

Setelah itu, ia pun berjalan cepat menghampiri gadis yang bernama Hatsune Miku itu, yang berdiri di dekat seorang pelanggan. Kemudian menyerahkan kue brownis itu kepada Miku.

"Ini kuenya, Miku-chan," seru Len sambil tertawa lebar.

"Ya, terima kasih, Len-kun sayang," ujar Miku tersenyum tipis sambil menoleh ke arah pelanggan dan memberikan kue brownis tersebut kepada pelanggan itu."Ini kue brownisnya, Nee-chan."

"Oh, terima kasih," jawab pelanggan itu sambil tersenyum senang.

Sementara Len yang berdiri di belakang Miku, ia terpana dengan wajah yang memerah padam karena mendengar kalimat ucapan terima kasih dari Miku yang menggunakan kalimat terakhir yaitu "sayang".

'Miku-chan, kata-katamu barusan itu manis sekali,' batin Len dalam hatinya sendiri.

Sang pelanggan yang membawa kue brownis itu segera pergi ke kasir – dimana Kagamine Rin si kakak kembar Len yang nomor ketiga, yang bertugas sebagai kasir. Seorang gadis berambut blonde sebahu dan memakai pita putih yang membentuk seperti telinga kelinci di atas puncak poninya. Ia pun melayani pelanggan yang ingin membayar kue brownis itu.

Lalu Miku pun menoleh ke arah Len yang masih diam berdiri mematung. Tatapannya tak berkedip dan terus fokus menatap Miku dengan lama.

Miku mengerutkan keningnya dan mengibaskan tangan kanannya di depan wajah Len.

"Len-kun, kamu nggak apa-apakan?" tanya Miku heran.

Len pun sadar dari lamunannya.

"Ng, aku nggak apa-apa kok, Miku-chan," jawab Len sambil menggaruk-garuk kepalanya dengan wajah yang masih merona merah.

"Benar?" tanya Miku memiringkan kepalanya sambil menatap dekat wajah Len. Seketika membuat jantung Len berdebar-debar tidak karuan. Ia pun membalikkan badannya. Wajahnya menjadi merah padam.

"Ano, aku harus pergi ke dapur dulu. Ada yang ingin aku ambil nih," seru Len yang kelabakan dan segera berlari pontang-panting ke arah dalam ruang tamu.

Membuat Miku sweatdrop di tempat.

'Kenapa sih anak itu selalu menghindar ketika dekat denganku seperti orang baru mengenal saja? Padahal kami sudah berpacaran selama enam bulan,' gumam Miku dengan raut muka yang kusut.

Miku menghelakan napasnya.

Tiba-tiba...

"Len memang begitu orangnya, Miku-chan. Dia itu sangat pemalu dengan namanya cewek. Jadinya, dia agak takut jika berdekatan dengan seorang cewek. Karena baru pertama kali ini, ia mempunyai pacar yaitu kamu seorang," sahut seorang gadis yang tiba-tiba muncul di belakang Miku. Miku menjadi agak kaget dan menoleh ke belakang.

JREEENG!

Muncullah seorang gadis berambut blonde yang diikat ponytail. Bermata aqua. Dia adalah saudara kembar Len yang nomor dua. Namanya Kagamine Lenka.

Di sampingnya, berdirilah seorang laki-laki berambut hijau tosca yang sama dengan warna rambut Miku. Dia adalah saudara kembar si Miku. Namanya Hatsune Mikuo.

"Lenka-chan, Mikuo-Nii," ucap Miku dengan kedua mata yang berkaca-kaca."Akhirnya kalian datang juga. Aku benar-benar frustasi. HUAAAA...!"

Mendadak Miku menangis histeris. Membuat seisi toko kue yang bernama Four Twin Kagamine Bakery itu, sweatdrop melihatnya. Beruntung tidak ada pelanggan lagi yang datang ke toko tersebut. Hanya tinggal si Miku, Lenka, Mikuo, dan Rin. Jadi, pasti malu kalau pegawai tokonya menangis histeris seperti itu. Pasti urusannya malah kacau.

Mereka semuanya pun kewalahan dan menghampiri si Miku yang menangis seperti anak kecil begitu. Miku menangis tersedu-sedu sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

"Cup... Cup... Cup... Jangan nangis, omouto-ku sayang," hibur Mikuo sambil menepuk halus kepala Miku.

"Len-kun jahat. Aku terus digantung tanpa tali, hiks...," seru Miku tidak jelas sehingga membuat Rin naik pitam mendengarnya.

"APA? MIKU-CHAN MAU DIGANTUNG TANPA TALI OLEH LEN?" jerit Rin dengan wajah merah padam dan melintingkan kedua lengan panjang bajunya."DI MANA ANAK ITU? BIAR AKU BERI PELAJARAN DIA KARENA TELAH MEMBUAT MIKU-CHAN MENANGIS!"

Rin pun berbalik pergi menuju ke dalam ruang tamu. Lenka yang mendengarnya, langsung panik dan meraih tangan Rin yang ingin mencari Len untuk dibabat habis.

"RIN, JANGAN!" teriak Lenka keras.

"LEPASKAN AKU, NEE-CHAN. OTOUTO BUNGSU ITU HARUS DIBERI PELAJARAN!" kata Rin tak kalah kerasnya.

"JANGAN PAKAI KEKERASAN. KASIHAN LEN-CHAN!"

"LEPASKAN AKU, NEE-CHAN!"

"NGGAK MAU!"

"LEPASIN!"

"NGGAK!"

Bersamaan itu, terdengar bunyi bel pintu toko yang terbuka.

KLINING! KLINING! KLINING!

"KAMI DATANG!" seru seorang laki-laki berambut biru yang tertawa lebar sambil mengangkat tangan kanannya. Diikuti oleh seorang laki-laki berambut blonde yang sedang menarik tangan seorang gadis berambut biru laut.

KRIK! KRIK! KRIK!

Terdengar bunyi jangkrik yang menjawab sapaan si laki-laki berambut biru itu.

Dilihatnya, suasana di dalam toko tersebut sunggug gaduh. Dimana Miku yang terus menangis histeris dan Mikuo yang terus menghiburnya. Lalu si Lenka yang sibuk menahan Rin yang terus berusaha untuk melepaskan dirinya.

Ketiga tamu itu sweatdrop di tempat.

"A-apa yang terjadi di sini, Rinto-kun?" tanya gadis berambut biru laut yang diketahui bernama Aoki Lapis itu.

"Aku juga nggak tahu, Aoki-chan," jawab si laki-laki berambut blonde yang diketahui bernama Kagamine Rinto, kakak sulung dari keempat Kagamine kembar yang mempunyai toko kue Four Twin Kagamine Bakery ini.

"Kenapa ricuh seperti ini sih? Rin-chan sayang," kata laki-laki berambut biru yang diketahui bernama Shion Kaito, pacarnya Rin.

Rin pun berhenti bertengkar dengan Lenka. Ia malu seketika dengan wajah memerah padam setelah tahu pacarnya si Kaito datang.

"Haaa, Kai-kun...," sahut Rin berusaha mengembalikan sifat femininnya setelah beberapa menit yang lalu menjadi ganas."Kok kamu nggak beritahu aku kalau mau datang ke sini?"

Kaito pun berjalan menghampiri Rin. Dengan senyuman yang menghangatkan jiwa, Kaito memberikan sebuah buket bunga mawar merah kepada Rin, yang sempat ia sembunyikan di balik belakang tubuhnya.

"Karena aku rindu padamu, makanya aku datang ke sini dan memberikanmu kejutan yang manis seperti ini."

Rin menerima buket bunga mawar merah itu dengan wajah yang merona merah.

"Arigato, Kai-kun."

"Sama-sama, sayang."

Kaito tertawa lebar sambil meraih tangan kiri Rin. Semakin memerahlah muka Rin.

"Aduuuh, romantisnya," seru Mikuo yang tiba-tiba muncul di samping Lenka. Lalu merangkul pundak Lenka.

Lenka pun kaget setengah mati karena bahunya dirangkul oleh Mikuo. Wajah Lenka memerah seketika. Maklum, Mikuo adalah pacarnya.

"Jadi, semuanya sudah berkumpul di sini," kata Rinto tertawa lebar."Waaah, hari ini pasti lebih menyenangkan bila kita membuat kue bersama-sama."

"Ide bagus, Rinto-kun," sahut Aoki sambil merangkul lengan Rinto dengan mesra.

"Iya, kita bisa membuat kue dengan jenis baru. Aku sudah memikirkan banyak macam ide untuk membuat aneka kue yang lain daripada yang lain," ujar Rin bersemangat diikuti anggukan si Kaito.

"AYOOO!" seru mereka semua kecuali Miku yang masih pundung.

Ketiga pasangan itu melupakan Miku yang masih menangis. Mereka sibuk berceloteh sendiri.

Bersamaan itu, muncullah Len dari dalam ruang tamu. Ia kaget melihat Miku yang menangis. Segera saja ia menghampiri pacar tercintanya itu.

"Lho, Miku-chan malah menangis seperti ini sih?" tanya Len heran. Ia hanya berdiri tanpa melakukan apapun untuk menghibur Miku yang sedang gundah gulana.

Miku pun bertambah menangis. Ia merasa Len tidak berusaha untuk melakukan tindakan romantis seperti ketiga pasangan yang terus berbicara dengan akrab. Tanpa sedikitpun menghiburnya. Tanpa mempedulikan sesuatu yang masih belum beres di belakangnya.

Miku menggembungkan kedua pipinya. Ia mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat.

"LEN BAKA!" seru Miku dengan keras dan langsung kabur begitu saja keluar toko.

Len pun kaget setengah mati mendengarnya. Begitu juga ketiga pasangan itu yang mulai sadar kalau ada satu masalah yang belum selesai.

"Lho, Miku-chan malah pergi sih?" kata Len yang melongo bingung sambil menggaruk-garuk kepalanya di bagian belakang.

KIIITS!

Seketika beberapa pasang mata menatap ke arah Len dengan pandangan ingin memakan Len hidup-hidup. Pandangan mata yang menyeramkan berasal dari Rin, Mikuo, Rinto dan Lenka. Kecuali Kaito dan Aoki yang berwajah polos tanpa tahu apapun.

DEG!

Jantung Len berhenti berdetak karena ketakutan yang menjalari tubuhnya. Keringat dingin mengucur. Wajahnya pucat pasi.

"LEN, APA YANG KAU LAKUKAN SEHINGGA MIKU KABUR BEGITU?" tanya Rin dengan wajah yang mengerikan dengan kedua mata yang berkilat-kilat.

"LEN, KENAPA OMOUTO-KU JADI KABUR DARI SINI? KAMU HARUS BERTANGGUNG JAWAB!" kata Mikuo tak kalah seram wajahnya dari Rin.

"Len-chan, kenapa kamu diam saja di situ? Cepat kejar Miku sana," pinta Lenka dengan nada yang lembut tapi wajahnya sudah menggelap seperti hantu.

"Walaupun aku tidak tahu apa-apa tentang apa yang terjadi di sini. Sebagai Nii-chan yang sulung, aku mesti marah nih," seru Rinto dengan wajah yang merah padam dan gaya marah yang lucu."OTOUTO, KAMU APAIN SI MIKU HINGGA IA NANGIS DAN KABUR BEGITU DARI TOKO?!"

Membuat semuanya sweatdrop melihat si Rinto.

"Nii-chan, marahnya sudah terlambat," jawab Len dengan tampang watados.

"Eh?" Rinto pun membulatkan kedua matanya dan langsung mengembalikan tampang cool-nya dengan segera."Ehem, ayo, cepat kejar Miku sana. Ajak dia balik ke sini karena kami akan menunggumu sampai kamu membawa Miku pulang ke sini."

Rinto berbicara dengan wajah yang wibawa. Len menatap sang kakak dengan pandangan yang serius. Lalu ia pun menatap secara bergantian orang-orang yang telah memarahinya barusan itu.

Semuanya tersenyum lebar. Len mengangkat kedua alisnya tinggi-tinggi.

"Ba-baiklah, Nii-chan dan semuanya!" seru Len mantap dengan tertawa lebar.

.

.

.

Miku menundukkan kepalanya. Ia masih menangis meskipun sudah hampir berhenti. Lalu ia menggigit-gigit sebuah batang daun bawang yang sempat ia ambil dari kebun belakang rumahnya. Ia umpamakan batang daun bawang itu adalah Len yang ingin dia makan saking kesalnya.

"Huh, dasar Len baka. Kamu nggak romantis. Kamu egois. Kamu gantungin aku. Kamu buat aku bingung dengan status hubungan kita. Apakah kita ini memang sedang pacaran atau nggak sih?" gerutu Miku kesal setengah mati sambil duduk di teras rumahnya seraya terus menggigit-gigit batang daun bawang.

Dia benar-benar kesal hari ini.

Mengapa tidak kesalnya? Sudah enam bulan, ia berpacaran dengan Len. Tapi, Len tidak menunjukkan tanda-tanda sayangnya kepada Miku. Len selalu menghindar jika Miku datang untuk mendekatinya.

Miku teringat di siang itu, Miku berencana ingin mengajak Len pergi kencan ke Kafe VocaBakery setelah sepulang sekolah. Rencananya itu berhasil. Tapi, apa yang terjadi?

Len malah mengajak Miku ke supermarket untuk berbelanja untuk kebutuhan perlengkapan bahan-bahan kue dan tidak lupa Len membeli seratus stok kardus pisang untuk cemilannya.

Alhasil, mobil kodok yang dikendarai Len, sesak dengan berbagai macam-macam barang belanjaan. Sementara seratus stok kardus pisang yang sudah ia beli, belakangan akan diantar oleh pegawai jasa pengiriman barang milik supermarket tersebut.

.

.

.

FLASHBACK

"Miku-chan, maaf ya kalau rencana kencan kita berdua harus ditunda dulu. Ini gara-gara Rinto-Nii yang memintaku untuk segera berbelanja karena persediaan bahan-bahan untuk membuat kue hampir habis. Apalagi Lenka-Nee juga minta dibelikan seratus stok kardus pisang," ujar Len saat itu.

Ia mengendarai mobil dengan wajah yang kusut.

"Kalau aku tidak menuruti semua perintah mereka. Aku pasti akan mati dicekik Rin-Nee nanti," sambung Len menghelakan napasnya.

Miku yang duduk di sampingnya hanya sweatdrop dengan senyuman yang terpaksa di wajahnya.

"Ah, nggak apa-apa. Lagian memang benar persediaan bahan-bahan kue sudah habis. Aku ngerti kok. Kita bisa kencan lagi jika ada waktu kosong. Iyakan, Len-kun?"

Len melirik ke arah Miku.

"Iya, lain kali kita pergi kencan lagi. Tapi, terima kasih, Miku-chan. Kamu pengertian juga."

"Tentu saja," kata Miku mengangguk dan berusaha untuk tertawa meskipun hatinya agak kecewa.

Len pun tersenyum kecil dan menfokuskan pandangannya kembali untuk melihat ke depan jalan.

Miku mengerling ke arah lain – tepatnya ke arah jendela mobil – dan meneteskan sedikit air mata kecewanya.

'Gagal total,' batin Miku dalam hatinya sendiri.'Padahal aku ingin kencan dengan Len-kun. Hu... Hu... Hu...!'

.

.

.

FLASHBACK OFF

Miku benar-benar kesal. Ia mengigit batang daun bawang itu dengan beringas. Len sudah membuatnya seperti orang yang digantung tanpa tali dan merasa statusnya belum jelas.

"LEN BAKA! LEN JAHAT! LEN NGGAK PINTAR! LEN NGGAK KEREN! LEN NGGAK TAMPAN! LEN SHOTA! POKOKNYA AKU KESAL BANGET SAMA KAMU. KESAL BANGEEEEEEEEET!" seru Miku depresi berat dan berubah menjadi mode on yandere."Andai batang daun bawang ini adalah tulangnya Len. Sudah pasti sudah aku patahkan, terus aku rebus tulangnya hingga matang dan aku makan bulat-bulat sekali telan. HUAHAHAHA!

Miku pun tertawa meringkih dengan kedua mata yang merah menyala. Membuat siapapun akan merinding ketakutan melihatnya.

GLEK!

"Mi-miku, ka-kamu nggak a-apa-apakan? Ka-kamu masih waraskan?" tiba-tiba terdengar suara yang tak asing di telinga Miku. Miku pun menoleh ke asal suara dengan cepat.

Tampak Len yang berdiri di hadapannya dengan wajah yang benar-benar horror.

Miku menatap Len dengan pandangan tajam seperti pandangan seorang yandere yang ingin menerkam mangsanya.

Tentu saja membuat Len menelan ludahnya saking paniknya.

"LEEEEEEEN!" kata Miku meninggi suaranya.

"A-apa, Miku-chan?" tanya Len gugup dengan raut muka yang ketakutan.

Sedetik kemudian, wajah Miku berubah suram. Kedua matanya berkaca-kaca.

"Len-kun, HUWAAAAAAAAAAA," tangis Miku pun kembali meledak.

Membuat Len speechless melihatnya.

"Aduuuh, Miku-chan. Kenapa kamu malah menangis lagi sih?" ucap Len bingung setengah mati.

Wajar ia tidak tahu apa pasalnya membuat Miku menangis seperti ini. Ia sendiri tidak tahu apa kesalahannya sehingga Miku menjadi marah kepadanya.

"Hu... Hu... Hu... Hiks! Hiks! Hiks!" tangis Miku yang tersedu-sedu sambil menundukkan kepalanya. Ia masih duduk di tepi lantai teras rumahnya yang terbuat kayu jati ini.

Len semakin bingung menghadapi sifat kekanak-kanakan Miku ini. Ia menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

Lalu ia memutuskan untuk ikut duduk di samping Miku. Kemudian dengan malu-malu, ia menggerakkan tangan kirinya untuk membelai puncak rambut Miku.

SRET! SRET! SRET!

Tentu saja, Len sangat berdebar-debar melakukan hal ini. Terbukti dari wajahnya memerah rebus. Tapi, ia harus melakukan ini agar Miku tidak menangis lagi.

"Sudah, Miku-chan. Sudah, jangan menangis. Kalau kamu menangis seperti ini, wajahmu jadi makin jelek lho seperti ikan buntal," hibur Len sambil tersenyum kecil sembari terus membelai lembut rambut Miku.

Mendengar perkataan Len tersebut, justru membuat tangis Miku makin kencang dari sebelumnya. Membuat Len kaget mendengarnya dan makin panik melihat Miku menangis histeris seperti ini.

"HUWAAAAAAAAAAAAAAA, LEN-KUN JAHAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAT!" teriak Miku keras menggelegar dan mengguncang tempat itu.

"Miku-chan, kenapa kamu malah menangis tambah kencang sih?" tanya Len berwajah kusut sambil menutup kedua telinganya rapat-rapat.

Miku pun mengangkat wajahnya.

"Dasar baka, kamu mau menghiburku atau menghinaku sih? Masa kamu bilang kalau aku nangis, wajahku makin jelek seperti ikan buntal," sembur Miku marah sambil terus mengalirkan air matanya.

"Memangkan, begitu kenyataannya? Kamu memang jelek seperti ikan buntal kalau sudah menangis," ujar Len polos tanpa dosa.

Membuat Miku merah padam mendengarnya.

BLETAAAAK!

Kepala Len dijitak dengan batang daun bawang yang sedari tadi dipegang oleh Miku.

"BAKA! BAKA! BAKA! LEEEEN BAKAAAAA!" seru Miku benar-benar sangat marah dan segera bangkit berdiri dari duduknya. Ia pergi begitu saja meninggalkan Len yang terbengong-bengong melihatnya.

"MIKU-CHAN, TUNGGU DULU! APA SALAHKU DAN DOSAKU PADAMU?!"

Len malah menyanyi dengan tidak jelas begitu.

Sementara Miku sudah berhenti menangis, ia benar-benar kesal sekali dengan wajah yang sudah sangat merah padam.

Sambil berjalan kaki dengan cepat dan tangan kanan yang masih memegang batang daun bawang, Miku benar-benar frustasi dengan sikap ketidakacuhan Len yang sedikitpun tidak mengerti perasaannya. Ia merasa Len tidak tulus menyayanginya. Terkesan bahwa Len mempermainkan hatinya.

GREP!

Tangan kanan Miku berhasil ditangkap oleh Len. Miku pun menghentikan langkahnya tepat di dekat pagar rumahnya. Lalu menoleh ke arah Len.

Dilihatnya, Len menundukkan kepalanya. Wajahnya tidak kelihatan karena tertutupi oleh poni rambut blonde-nya yang bergoyang-goyang karena ditiup angin sepoi-sepoi.

SRET!

Secara mendadak, Len merendahkan badannya dari Miku. Kaki kanannya menekuk lurus ke depan dan kaki kiri tertekuk menopang di atas tanah. Ia masih menundukkan kepalanya. Tangan kanan Len tersembunyi di belakang tubuhnya. Tangan kirinya masih menggenggam tangan kanan Miku.

Miku pun terpana melihat tingkah Len yang tiba-tiba seperti gaya pangeran ini. Apalagi angin sepoi-sepoi muncul menerpa secara mendadak ke arah mereka berdua di siang bolong ini.

"Miku-chan...," ucap Len dengan nada lembut dan penuh perasaan."Maafkan aku jika aku menyakiti perasaanmu. Apalagi aku selalu menghindar jika kamu mendekati aku. Aku selalu sibuk bekerja di toko dan tidak sempat meluangkan waktu untukmu. Aku yang sering bersikap bodoh dan tidak bisa bersikap dengan apa yang kamu mau. Aku yang tidak tahu harus berkata apa untuk menghibur di kala kamu sedih. Aku yang selalu bodoh ketika kamu menangis. Aku yang telah membuatmu seperti tersisihkan. Aku benar-benar minta maaf jika ada suatu kesalahan pada diriku yang membuatmu kesal karena itu..."

Ucapan Len yang benar-benar tulus dari dalam hatinya. Seketika berhenti di ujung kalimat, secara tiba-tiba Len mengacungkan sebuket bunga mawar putih yang dibungkus dengan plastik dan diikat dengan pita simpul berwarna merah di bawahnya, tepat di depan wajah Miku.

"Terimalah bunga mawar putih ini, sebagai tanda permintaan maafku dan juga tanda aku benar-benar menyayangimu dengan tulus," sambung Len sambil mengangkat wajahnya yang memerah rona.

Miku terpesona dengan kejutan manis dari Len. Sedetik kemudian, wajahnya berbinar-binar dan tertawa lebar pun terukir.

"Te-terima kasih, Len-kun!" sahut Miku dengan wajah yang merona merah sambil menerima hadiah dari Len."Aku memaafkanmu. Aku juga menyayangimu."

Len pun tertawa lebar mendengarnya. Miku menatap Len dengan malu-malu. Ia tertawa lebar juga.

"Syukurlah," gumam Len menghelakan napasnya dan ia pun berdiri kembali.

'Ternyata ajaran Rinto-Nii berhasil juga aku praktekkan. Miku kembali senang ketika kuberi hadiah bunga mawar putih,' batin Len tersenyum senang di dalam hatinya.

"Len-kun," kata Miku sambil mencium sebuket bunga mawar putih itu.

"Apa, Miku-chan?" tanya Len dengan nada yang lembut.

Miku menatap Len dengan serius. Len pun keheranan melihatnya.

Secara cepat, Miku merentangkan kedua tangannya ke arah Len – dengan maksud memeluknya.

Tapi, apa yang terjadi?

Len malah menghindarinya dan memilih kabur. Sehingga Miku kehilangan keseimbangan karena kakinya tersandung batu bata di dekat pagar rumahnya tersebut.

BRUK!

Miku terjatuh dalam posisi tengkurap dengan sukses. Si Len pun malah menertawainya.

"HA... HA... HA! MIKU-CHAN JATUH!" seru Len tertawa ngakak sambil memegangi perutnya yang terasa sakit.

"Aduuuh, sakit!" keluh Miku memegangi dahi dan hidungnya yang memar akibat jatuh tadi. Diliriknya si laki-laki berambut blonde yang tak jauh darinya.

Len masih tertawa dengan riangnya.

Menggembunglah kedua pipi Miku. Wajahnya merah padam.

SYUUUT! BUUUUUK!

Wajah Len pun sukses dihantam oleh sebuket bunga mawar putih tersebut. Miku melemparnya dengan kesal. Kini ia berdiri dengan kedua tangan yang mengepal erat.

Suasana romantis yang sangat indah barusan berubah menjadi MALAPETAKA!

Si Miku kembali ngambek. Kali ini ia benar-benar kesal setengah hidup.?!

"LEEEEEEEEEEEEEEEEN, BAKAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!" teriak Miku yang paling panjang dan langsung lari meninggalkan Len yang mematung.

PLUK!

Suara dramatis yang berasal dari sebuket bunga mawar putih yang telah jatuh ke tanah. Bunganya pun rontok dan berceceran kemana-mana karena diterbangkan angin.

Tanda dimulainya pembujukan dari awal!

"MIKU-CHAAAAAN, MAAFKAN AKUUUUUU!" jerit Len yang langsung mengejar Miku dengan perasaan yang amat bersalah.

.

.

.

BERSAMBUNG

.

.

.

Halo, jumpa lagi dengan saya, Hikari Syarahmia yang selalu ingin menghibur anda semua.

Lanjutan atau sekuel dari KATAKAN CINTA DENGAN KUE. Cerita ini saya buat lebih lucu dari sebelumnya dan cerita ini akan menjadi cerita berseri.

Dalam cerita ini ada empat pair yaitu Len x Miku, Mikuo x Lenka, Kaito x Rin, dan Rinto x Aoki. Jadinya, saya mendapat ide untuk membuat cerita yang berbeda dari setiap pairing. Yang pastinya akan lucu ceritanya.

Jadi, bagaimana menurut kalian tentang cerita ini?

Inilah cerita vocaloid saya yang ketiga. Khusus teman saya yang bernama YumiHarizuki dan semua teman dunia maya di FFN ini.

Arigato, sudah membaca dan mereview... Maaf ya kalau ada kesalahan pada cerita ini.

Salam Hikari Syarahmia.