Ohayou! Konichiwa! Konbawa!
.
Silahkan lewati A/N bagi yang menganggap ke-childish-an Light merisaukan.
Fict ini ada karena rasa err-apa yah? Keheranan Light pada 'itu' ehem-ehem, yang menggila, saking gilanya semua chara dan pairing diseret-seret. Haaaah… Sabar dah sabar. Mereka bilang semua yang bukan 'itu' ehem-ehem, adalah kayak maling teriak maling. Yeaah, 'agungkanlah' terus 'Putri' Anda, toh dia tetep tokoh dua dimensi.
Light gak benci ehem-ehem, sekedar tidak suka karena pandangan awam yang mengikuti perkembang cerita Naruto, Anime, Manga. Haaah~ tapi para 'itu'nya loohh yang bikin Light anti-ehemehem dan gak suka sama kalian yang menghina balik kami-yang notabene kadang mencoba menjelaskan secara netral.
I will survive~ Dozo, Minna-sama!
Pairing:
Sasuke X Naruto
(Jangan ketipu ama awal fict yaaaah! XD)
Rate:
T, untuk keamanan~ jangan minta yang enggak-enggak! *deathglare someone*
Disclaimer:
Mbah Maskito*PLAAK*_Masashi Kishomoto Sensei_ , mohon maaaf yang teramat sangat...
Warning:
Canon verse, out of character, to Readers who hate Sasuke, Naruto and boys love, please leave this page by pressing the back button!
Italic: Flashback
~0o**o0~: batas flashback
.
Have a nice read! ^__~
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
.
Hari ini hujan. Rinai hujan yang jatuh menimpa aliran sungai beraliran deras menimbulkan cipakan kecil di riak air. Tapi terdengar datar bagi yang mendengar dengan tatapan menerawang.
Sama seperti hari di mana si Pemuda egois meninggalkan dia.
Di pinggiran sungai berhiaskan hijaunya rerumputan yang basah akan tetes-tetes air hujan, dia berdiri di sana. Merasakan ratusan tetes air dingin dari langit di atas sana menerpanya. Tidak bergerak, hanya berdiri dalam diam, memandang kosong ke arah hutan di sebelah selatan.
Memisahkan diri dari pion-pionnya, dari incaran kakek jahatnya, bukan tanpa maksud.
Hati kecilnya berbisik, untuk menunggu seseorang…
Di air terjun ini.
A Naruto fanfiction, special fict to SasuNaru Valentine's Day,
Break My Heart
By: Light-Sapphire-Chan
Seorang pemuda melangkah pelan dengan tatapan mata nyalang, berjalan mengikuti kemana kaki yang membawanya. Sementara pikiran dan hatinya masih sangat terkejut, tidak percaya dan masih merasa apa yang dialaminya tadi mustahil… Tapi semua benar terjadi.
Tetap berjalan dalam gelapnya hutan, hijau gelapnya seolah mendelik tak bersahabat, memusuhinya, membencinya. Dihiraukannya titik-titik air hujan yang menerpa di sela-sela dedaunan dan ranting-ranting.
Pertengkaran dengan sahabat dan tatapan sedih gurunya, menari-nari dengan jelas di pelupuk mata, tetap jelas sekalipun matanya berat dan buram karena air hujan yang bercampur dengan air mata.
~0o**o0~
"Kita bertiga sahabat, Sakura! Kenapa kau tega ingin membunuh Sasuke? Kenapa bisa sampai mempunyai niatan seperti itu?!"
Mata biru itu bersinar dengan amarah dan rasa kecewa menguak di balik keceriaan yang biasa ia tampilkan.
"…benar apa yang dikatakan mereka semua, Bodoh. Sasuke bukan sahabatku... Teman saja tidak."
Jawab sang lawan bicara, menunduk tak berani menatap matanya, membiarkan mata hijaunya tertutupi rambut merah mudanya.
"Kau mencintainya! Mencintai Sasuke Uchiha! Mengapa kau bisa melakukan ini, Sakura?!"
Sakit untuk mengatakannya.
"Itu karena, aku tidak ingin Sasuke dihinggapi dengan dosa, diberatkan karena Uchiha! Dimanfaatkan oleh Madara! Aku tidak ingin dia semakin mati rasa! Tidak ingin dia kesepian!!!"
Jerit sang gadis yang kini berani menatapnya, mata birunya beradu tatap dengan mata sang gadis yang berkaca-kaca.
"…"
"Bagian mananya yang salah, Naruto?! Mana yang salah?! Aku hanya ingin menolong Sasuke, daripada ia terus membuat kejahatan seperti ini, lebih baik ia mati! Supaya ia tidak lagi menderita! Mungkin dia yang biasa membunuh, kalau kini dibunuh, bisa tersenyum… Jadi, Naruto, APA YANG SALAH?!"
Tangis sang gadis pecah, isakan kecil mewarnai setiap kata yang keluar dari bibirnya.
"JELAS KAU SALAH, SAKURA!"
Jawaban kencang dari Naruto telak membuat Sakura mengangkat kepalanya, berniat meruntuhkan kekeraskepalaan Naruto, andai saja Naruto tidak melanjutkan lagi katanya dalam intesitas yang mengurung niatnya dan membungkamnya.
"Kalau kau memang mencintainya, seharusnya kau menolongnya! MENOLONGNYA DARI KESALAHAN YANG IA PERBUAT! Bukan seperti ini caranya! SALAH! Kalau kau tidak ingin dia berada dan pergi ke kegelapan, buat Sasuke sadar dari kesalahannya! Bukanmembunuhnya! Kalau seperti itu tidak akan menyelesaikan masalah!!!"
Sentak pemuda itu kencang, kedua bahu Sakura terjatuh lemas…
"Kalau kau tidak ingin Sasuke diberatkan oleh Uchiha, buat Sasuke melupakan segala tentang Uchiha karena ada kamu!"
Ucap Naruto sambil mengacak kesal rambutnya, di setiap katanya teralir kekecewaan, kemarahan dan sedih.
"Kalau kau tidak ingin ia dimanfaatkan oleh Madara, seharusnya kau menjauhkan Sasuke dari Madara! Buat Sasuke merasakan bahwa Konoha adalah tanah kelahirannya! Keluarganya! Tak akan ada yang memanfaatkannya di Konohagakure!"
Kepala yang mempunyai mahkota merah muda dengan helaian halus itu kini tertunduk, air mata sudah membasahi seluruh wajahnya.
"Kalau kau tidak ingin Sasuke mati rasa seperti sekarang, kau harus membuat Sasuke memakai hatinya untuk melakukan setiap tindakan berarti! Bukan karena dia membunuh lantas jadi kau membunuhnya…"
Naruto sedikit melembut, tak urung merasa bersalah membuat sahabatnya menangis seperti ini.
"Kalau kau memang benar ingin membuat Sasuke tidak menderita, kesepian dan bisa tersenyum, seharusnya kau membuatnya merasakan kehadiranmu, kesetiaanmu dan keberadaanmu di sampingnya hingga bisa membuatnya tersenyum!"
Dan senyum sedih Naruto menghilang sempurna. "...Hingga ia merasa dihargai dan tulus dicintai tanpa belas kasihan."
Hening mengisi kesunyian yang sedaritadi hanya terisi oleh teriakan frustasi Naruto dan isakan Sakura serta tatapan sedih dari sang guru. Tempat latihan mereka yang biasanya meriah dengan kehadiran bunyi dentangan kunai bertemu shuriken, adu jurus, suara-suara pertengkaran, kini terasa suram…
Kala Sakura jujur di hadapan Naruto dan Kakashi ingin membunuh Sasuke dengan kedua tangannya sendiri.
Naruto membalikkan badannya, satu langkah gontai memulai pemuda berkulit tan ini untuk berjalan dalam lemas tanda kemarahan dan kekecewaan. Ketika suara di balik masker yang berkata itu membuatnya berdiri diam.
"Kemana kau akan pergi, Naruto? Kau tidak akan lari dari Konoha kan?"
"Tidak akan, Guru Kakashi. Aku… Hanya ingin menangkan diri, tidak usah khawatir."
Setelah Naruto berlari dan sosoknya menghilang di balik rimbunnya pepohonan, Kakashi berjalan mendekati Sakura yang terduduk dengan air mata yang tak kunjung berhenti mengalir. Kakashi menekuk satu lutunya sebagai tumpuan, berjongkok mendekati Sakura.
"Sssstt… Jangan menangis lagi, Sakura."
Tepukan dan elusan hangat di bahunya membuat kepala Sakura terangkat, menatap tempat di mana Naruto meninggalkan mereka.
"A-aku sa-salah yah, Guru?"
Kakashi tersenyum miris di balik maskernya.
"Kata-kata Naruto memang benar Sakura, niatmu memang baik, hanya caramu yang salah… Mungkin ada baiknya kau mengikuti apa yang Naruto katakan dan lakukan."
Sakura merasa guru yang biasanya jenaka itu kini menjadi bijak pada saatnya.
"A-apa y-yang Naruto lakukan?"
"Apa yang ia katakan. Tidakkah kau sadar, Sakura? Setiap kata yang terucap dari Naruto adalah perbuatan yang ia lakukan sendiri selama ini…"
Kini elusan itu naik, berubah menjadi mengelus lembut dan pelan kepalanya, memberikan rasa nyaman yang mengusir kesedihan dan aman yang menyingkirkan ketakutan.
Sakura mengangguk sambil menghapus air matanya dengan kedua tangan. Lalu mencoba tersenyum…
"Sasuke pasti akan berkata aku bodoh," Sakura menatap langit, awan hitam bergelung menutupi birunya langit.
"Aku juga yakin itu."
"Eh, guru! Ada yang aneh!"
"Apa yang aneh? Jangan kau bilang ada yang aneh denganku…!"
"Bukan! Tapi dengan Naruto! Apa Naruto… Mempunyai perasaan yang sama denganku?"
Kakashi tertawa di balik maskernya. Satu orang telah sadar.
"Mungkin, tapi ia tidak bisa mengatakannya sepertimu, jadi ia melakukannya dengan tindakan yang pastinya dianggap Sasuke adalah gangguan dari Naruto."
Sakura tersenyum sedih, air matanya yang tadi tertahan, kini berjatuhan kembali.
"Aku tak akan menang… Mendapatkan hati Sasuke."
~0o**o0~
"…tidak mungkin Sakura akan melakukannya, ini pasti bohong…"
Kata-kata itu terus terlantun dari bibir tipisnya, matanya menatap nyalang, rupanya ia sudah berhasil menembus desaknya pepohonan di hutan. Tapi kakinya masih melangkah, pemuda yang memiliki tiga garis halus di masing-masing pipinya ini yang tidak lagi tertutupi pepohonan, langsung basah terkena air hujan.
Tidak ada seinchi pun dari tubuhnya yang tidak basah karena air hujan di atas sana.
Mendengar helaan napas pendek, Naruto mencoba memfokuskan pandangannya. Bukan dia pelaku suara itu. Dan waspada mulai terbangun di diri Naruto, bukan apa-apa, ia cuma tidak ingin mati konyol karena kebodohannya.
Satu kedipan mata.
Satu gosokan pada mata.
Satu tepukan frustasi pada kening.
Satu acakan rambut kesal.
Dan napas yang tertahan.
Naruto terus menutup dan membuka matanya, sosok yang berpose cool di hadapannya nampak bergeming. Yang Naruto lihat hanyalah punggung dan tali tambang berwarna ungu.
'Salah lihat tidak sih?' tanya Naruto dalam hati.
Setelah memastikan semua aman dengan satu helaan napas panjang tanda lega, kini Naruto mulai tersenyum, campur aduk. Sedih, benci, marah, senang. Rasanya tidak ada kata-kata yang secara pas menggambarkannya.
Setiap langkah dari Naruto yang bercipak menjejak di tanah basah, terisi dengan keheningan, semakin dekat, kedua lengan Naruto terangkat.
Bau mint merasuki hidungnya, menenangkan. Naruto memejamkan mata, dan membiarkan kedua lengannya menyelinap di antara kedua lengan berkulit putih yang terlihat kontras dengan kulitnya sendiri. Memeluknya erat.
Naruto yang memang tingginya belum menyamai pemuda di hadapannya yang memiliki rambut tajam tertarik gravitasi, membiarkan kepalanya bersandar nyaman pada bahu yang terbalut kimono itu.
Naruto memeluk orang di hadapannya dari belakang, bisa Naruto rasakan, orang itu tersentak kaget.
Naruto memiringkan kepalanya ke arah kanan, bau mint itu semakin merasuk ke hidungnya, matanya yang setengah terpejam menatap pada air terjun. Bibir tipisnya yang menyunggingkan seulas senyum, berbisik lirih.
Apa yang Naruto lakukan, tidak dipikirkannya masak-masak.
Tapi ditindakkannya dengan refleks, bukan apa-apa, ini semua hanya karena hatinya sudah teramat sesak. Dan tidak akan kuat kalau hanya sekedar menatap dan bertemu Sasuke.
"Sasuke… Teme."
Naruto tersenyum, ia menunggu detik-detik si pemuda menghempaskannya dan memulai pertarungan antara hidup dan mati. Selama itu semua belum terjadi, biarkan ia menikmati memeluk dan merasakan hangatnya pemuda ini dulu.
.
To be continued
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
CUT! CUT! *Light in gaje mode on*
Aaaaaaahhh… gaje saia. Light nyimpangin chapter berapa nih yah? Mwahahaha~ banyak tuh! Makasih buat My Lovely Sista yang udah ngasih tahu keganjilan "tingkah" Naruto! Emang bener yah, cara-ehem maaf-ngebunuh Sasuke tuh emang salah… Yang paling T-O-P hanya Naruto!
Menyelamatkan Sasuke dari jurang kenistaan! How romantic~ *dikemplang* so sweet~ *digeplak* walaupun Naruto gak pernah ngomong sesuatu. Eh tunggu! Naruto kan coba memahami Sasuke... Mengerti dan Sasuke, sampai frustasi sendirian di apartemennya! Aaahh...
Rumus warna:
Walaupun Light bukan pelukis, atau yang suka menggambar dll, tapi...
KATA SIAPA BIRU DAN KUNING TIDAK COCOK, TIDAK SERASI DAN TIDAK BISA BERSATUUUU?! *mencak-mencak* biru campur kuning sama dengan hijau, hijau yang menghasilkan keteduhan dan kesejukan saat bernaung di bawahnya.
Kalaupun ada yang coba ngejek dengan bilang hijau lunut, itu artinya SasuNaruSasu dan pair-pair shou-ai lainnya seperti lumut di hati para Fujoshi dan Fudanshi! *plaaak*
Dan Light akan terus menebarkan, meneriakkan, "GO GREEN!!!"
And Yours?! Wiss monggo, lanjut ke chapter berikutnya!
Terima kasih atas waktunya untuk menyempatkan membaca. Kritik dan sarannya ditunggu!
Best regards,
Light-Sapphire-Chan
