Disclaimer : Naruto dkk milik Masashi Kishimoto seorang. Aku hanya meminjam beberapa diantara mereka.
Rated : Teenage
Character : Sasuke,Ino, Shikamaru and more
Warning : This story is just my imagination. Jika ada kesamaan cerita dan latar belakang anggap saja hanya kebetulan semata. Terdapat beberapa nama penyakit dan definisi tentang kedokteran. Typo every where.
My first fanfiction. Enjoy it….
Chapter 1
'Sebenarnya aku sangat malas memulai hari ini. Bukan hanya malas tapi karena aku bisa menebak akhir dari hari ini. Selalu saja begitu. Terlalu jenuh bahkan walau hanya memikirkannya. '
" INO! YAMANAKA INO! BANGUUN! Ini hari pertama kau disekolah barumu! Kesan apa yang ingin kau berikan untuk teman-temanmu jika dihari pertama kau sudah terlambat!"
Makhluk yang bernama Ino masih sibuk mengucek-ngucek mata nya mencoba mengumpulkan nyawanya yang sejak tadi malam berkeliaran entah kemana. Beberapa kali ia menguap lalu merenggangkan badannya dan kembali mengucek matanya lagi. Mungkin beberapa orang akan mengganggap hal itu lucu apa lagi ia sedang mengenakan piyama yang didadanya terdapat seekor beruang besar yang sedang tersenyum. Tapi kurasa kenyataan selalu berbeda dengan harapan.
"YAAAA! SIAPA KAU?!" ia terlonjak kaget dari tempat tidurnya. Rambut acak-acakan, bekas maskara berkeliaran dimana-mana. Makhluk apa yang sekarang ini dilihatnya? Ia mencoba meyakinkan dirinya bahwa yang ia lihat dari pantulan cemin didepannya bukanlah dirinya. Sesaat kemudian ia tersadar ia lupa membersihkan wajahnya dari riasan pesta semalam. Ia memutar bola matanya melihat kea rah jam.
"Oh tidak. Kurasa aku akan terlambat hari ini."
"Apa kau masih berniat untuk bersekolah hah?!" suara wanita dari beberapa waktu yang lalu masih meramaikan rumah itu. "Aku tidak akan mencarikanmu sekolah yang baru lagi jika kau hanya bermain-main dengan..…."
"Ibu aku pergi dulu. Bye." Ia mencium pipi wanita yang dipanggil ibu itu lalu berlalu pergi dengan sepotong sandwich yang masih ada didalam mulutnya.
"Hey! Dasar anak nakal kau harus mengunyah makananmu dengan baik dulu sebelum pergi!" apa tak lagi anak yang dipanggil nakal itu sudah berlari jauh sambil melambaikan tangannya. Didalam hati wanita ini berdoa agar anak itu tidak terlambat untuk kali ini.
"Dasar ibu selalu saja menghawatirkan orang lain sedangkan semestinya ia lebih menghawatirkan dirinya yang seorang janda tua." Mendengar sebutan janda tua ia sedikit tertawa geli membayangkan bagaimana sebutan itu terdengar sedikit mengejek ibunya yang sudah tua namun masih memilih untuk sendiri. Ya benar, baginya wanita itu bukan hanya seorang janda tua namun juga janda terhebat yang pernah ia temui. Sebentar lagi menginjak usia 50 tahun namun bagaikan umur bukan penghalang segala sesuatunya ia terus menjalani hidupnya. Wanita itu telah terlatih dengan hidup sendirian selama 10 tahun bekerja sebagai tulang punggung, mengurusi rumah tangga dan juga membesarkan seorang putri semata wayangnya yang sedikit berbeda dari kebanyakan gadis seumurannya. Yah, ia sedikit berbeda…..
" Hey apa kau tau dimana kelas 2-3? Aku masih anak baru disini. Kurasa aku akan senang jika kau mungkin bisa mengatarkanku, kau tahu mungkin aku sedikit terlambat hari ini."
Tidak terdegar apa-apa.
Tidak ada respon ataupun suara. Ino memang hanya berbicara dari punggung lelaki ini namun ia yakin pria itu bisa mendengarnya.
"Aku tidak tahu." Setelah beberapa detik akhirnya pria itu mengeluarkan suara lalu berlalu pergi setelah menghembuskan asap terakhir dari mulutnya.
"Hey kau merokok?!"
Ino yakin sekolah ini melarang keras tentang siswa yang menggunakan obat-obatan atau bahkan merokok dilingkungan sekolah. Namun pria tadi jelas-jelas baru saja menyelesaikan hisapan terakhir dari batang rokoknya. Sekolah yang benar-benar aneh pikirnya. Tapi beberapa detik kemudian ia tersadar. Ia tidak seharusnya masih berdiri disini mengomentari pria yang tadi, ia harus mencari kelas barunya segera.
Setelah bertanya-tanya kebeberapa cleaning service dan sekawannya ia akhirnya menemukan kelas barunya. Namun bukan memilih masuk ia malah berdiri didepan pintu sambil berkomat-kamit membaca doa penyelamat kepada Tuhan. Mendengar suara seorang guru sedang menjelaskan pelajaran dari dalam ia sangat yakin pelajaran telah dimulai dari tadi. Sambil berpikir alasan apa saja yang akan ia katakan ia mulai mendekati pintu ingin membukanya dan berhadapan dengan gurunya sesegera mungkin.
Belum sampai tangannya menyentuh gagang pintu tersebut seseorang yang entah dari mana telah membukanya. Membuat keadaan kelas yang awalnya ricuh menjadi diam.
"Maaf aku telat. Kalian tidak perlu menghiraukanku."
Semua pandangan seisi kelas sekarang tertuju pada pria yang sekarang ini telah memunggungi Ino. Sebentar, Ino yakin ia mengenal punggung orang ini. Pundak yang lebar, tinggi yang proposional, rambut hitam dan hey bukankah dia pria yang tadi menghiraukannya ? Dan apa ? Ini kelasnya dan tadi baru saja dia mengatakan tidak mengetahui kelas 2-3 ?! Ingin rasanya Ino menjambak rambut laki-laki didepannya ini bagaimana tidak ia membuatnya harus bertanya kesana kemari menyita waktunya yang memang sangat sedikit. Atau apa ia laporkan saja pelanggaran yang dilakukan pria ini sebagai wujud salah satu balas dendamnya. Senyuman jahat sedikir terukir dibibirnya
"Kau lagi Sasuke. Kuharap kau tidak akan mengganggu proses belajar temanmu lagi. Dan kau…" lelaki tua itu memperbaiki kacamatanya "apa kau salah masuk kelas?" pertanyaan tersebut membuyarkan lamunan Ino .
"A-aah tidak sensei aku murid pindahan yang menghadap kemarin. Ma-maaf aku terlambat aku sedikit kesusahan mencari kelasnya." Ino beberapa kali membungkuk sambil menatap sinis kearah pria yang telah kita ketahui bernama Sasuke.
"Baiklah, karena kau terlambat bersama donator terbanyak sekolah ini kali ini aku akan meloloskanmu. Akan tidak baik jika aku menghukummu sementara aku tidak menghukum pria ini."
"Terima kasih sensei, terima kasih!"
Dewi fortuna saat ini telah berada bersamanya. Atau mungkin kali ini doanya didengar Tuhan? Ia berjanji dalam dirinya ini akan menjadi hari terakhirnya terlambat dari sekolah. Ia duduk dibangku kosong paling belakang. Suasana hatinya saat ini sedang baik namun melihat punggung pria itu 'lagi' dari belakang mengingatkan ia pada kejadian tadi pagi yang menyebalkan. Ada dua hal yang sekarang ia tahu dari pria itu. Pertama, namanya Sasuke dan yang kedua, ia salah satu siswa yang penting disekolah ini. Mungkin tanpanya saat ini ia tidak akan duduk nyaman dibangkunya melainkan mengerjakan hukuman. Apa dia harus berterima kasih padanya? Mungkin lain kali.
" Hei nak. Kau belum memperkenalkan dirimu. Naik lah kedepan sini"
Untuk yang kedua kalinya guru itu kali ini membuyarkan lamunannya lagi. Tunggu sebentar, apa dia tidak salah dengar? Bukannya ia kemarin sudah menghadap ke pihak sekolah agar men-skip bagian seperti ini. Sesaat air yang entah dari mana memenuhi dahinya. Keringat bercucuran deras dari lehernya menuju punggunggnya membasahi baju seragamnya saat ini. Hal yang paling ia hindari. Ia rasa kepala sekolah tidak memberitahu guru ini.
"Setelah terlambat apa kau ingin menunda proses pembelajaran lagi nak?"
"Ah ti-tidak sensei"
Ino berjalan kedepan. Ia rasa kali ini keringatnya benar-benar telah membasahi seluruh tubuhnya.
Saat ini ia telah berada pesis didepan kelas. Ia merasa semua manusia itu menatapnya seperti ingin menerjangnya. Badannya sedikit bergetar. Ia mulai membuka mulutnya. Hendak mengeluarkan sebuah kata yang telah dari tadi ia persiapkan didalam otaknya.
'Ayo Ino kali ini kau pasti bisa. Kau hanya perlu mengucapkan namamu.' Gumamnya.
Ia mulai mengangkat senyumnya membuat bibirnya terbuka hendak mengucapkan kata 'Hai' namun tiba tiba pundaknya bergetar. Lebih kencang dari sebelumnya. Otot mukanya tiba-tiba saling bertaut. Semakin lama semakin tak terkendali. Mulutnya ikut bergerak bergumam sesuatu yang tidak jelas. Bibirnya kesana-kemari mengikuti arah gerakan otot mukanya yang juga semakin tak terkendali. Keringat bercucuran dari pelipisnya.
'Jangan sekarang. Kumohon.'
Ino menutup mulutnya. Mencoba berusaha mengontrol gerakan wajahnya yang juga semakin membuat mulutnya bergumam hal yang tidak jelas. Seluruh kelas memperhatikannya bingung. Ia panik. Ia kemudian berlari keluar meninggalkan semua orang yang melihat heran padanya. Ia berlari sambil berusaha menghapus air matanya. Ia benci hal ini. Ia benci penyakitnya. Penyakit yang selama ini ia sembunyikan.
"Tourette Syndrome"
A/N : Ah finally~ aku akhirnya menyelesaikan chapter satu fic pertamaku. Rasanya lebih lega dari orang yang baru saja keluar dari WC kkk. Mungkin readers masih banyak yang bingung tentang cerita ini. Tokoh-tokoh utamanya juga masih banyak yang belum muncul. Jadi kuharap tetap terus ikuti kelanjutan cerita 'The Syndrome' yah ^^
Hayoo tebak siapa yang mengetahui tentang penyakit Ino di akhir cerita ini. Hakhak mari kita nantikan bersama-sama.
Terima kasih sudah membaca chapter ini, teman-teman!
Sampai jumpa di chapter berikutnya!
DEWLEN
