"SUGAR DADDY"

Kris Wu & Huang Zitao

Warning:

This is Yaoi fict...

With mature content..

If you don't like the pairing, you can close this page...

You've been warned baby...

.

.

.

Sugar Daddy

.

.

.

.

"Zitao! Antarkan pesanan ke meja nomor empat!"

"Baik bos!"

Seorang pemuda dengan surai jelaga bergesas mengusap teelapaknya yang basah dengan serbet bersih. Meraih sebuah nampan dengan segelas Americano dan dua buah Croissant hangat kemudian melangkah cepat kearah sebuah meja yang terletak di sebelah jendela kaca besar yang menampilkan suasana jalan.

Meletakkan cangkir berisi cairan pekat itu diatas permukaan meja disusul piring berisi gulungan tepung matang.

"Silahkan menikmati pesanan anda Tuan.." ujarnya manis seraya membungkuk hormat.

Pemuda cantik ini baru saja akan melangkah untuk kembali meneruskan pekerjaannya, namun seketika gerakan kedua tungkainya terhenti kala lengannya ditahan oleh seseorang. Membuatnya menoleh dan mendapati si pemesanlah yangg melakukannya.

"Apakah Tuan ingin memesan lagi?" tanyanya sopan.

Pria dengan setelan jas hitam dan surai yang mulai berhias uban tipis itu mengangguk pelan. Menatap dalam kedua manik sepekat malam milik Zitao, kemudian belarih pada setiap inci wajahnya. Seakan memindai sesuatu dan membuat si cantik merasa risih.

"Bagaimana.. Jika aku memesanmu saja untuk menemaniku pulang malam ini.. Mungkin kita bisa bersenang-senang dan kujamin kau akan mendapatkan tip yang cukup besar dariku.."

Berujar dengan nada santai dan membawa punggung tangan Zitao untuk menyapa bibir kasarnya. Pria itu pun tersenyum. Membuat Zitao menggeram rendah seraya mengepalkan jemarinya yang bebas.

"Bagaimana.. Cantik?"

"Jauhkan tanganmu dariku bajingaaaan!"

Buagh!

"Astaga Zitao?!"

"Dasar sialan! Mata keranjang! Tidak tahu maluuuu!"

Bugh! Bugh! Bugh!

"Zitao hentikan! Dia itu pelanggan!"

Pemuda cantik ini terus memukulkan nampannya pada tubuh tambun si pria mapan itu. Memakinya tanpa perduli dengan banyak pasang mata yang menatapnya.

"Aku tidak perduli pada laki-laki kurang ajar ini!"

"Stop! Berhenti memukuliku!"

"Panggil Manajer Choi sekarang!"

"Pisahkan mereka berdua!"

Prang!

Buagh!

Klentang!

"HUANG ZI TAOOOOOO! HENTIKAN PERBUATANMU DAN IKUT AKU KE RUANGANKU!"

Bentakan keras itu membuat Zitao mau tak mau menurutinya. Menghentikan aksi anarkisnya dan membola kala melihat kekacauan yang dibuatnya.

Sepasang onyxnya kemudian beralih pada pria tinggi yang berdiri tak jauh darinya. Menatapnya tajam seolah hendak menerkamnya.

"B..bos-"

"Ke ruanganku Huang.."

"Tapi-"

"Now..."

Dan ucapan terakhir bernada berbahaya yang terlontar dari bibir pria tampan bermarga Choi itu pun berhasil membuat si cantik Huang bungkam. Mengangguk pasrah kemudian berjalan cepat menuju ruangan sang manajer yangg terletak di bagian belakang cafe.

"Bersihkan segala kekacauan ini dan obati pelanggan kita.. Jangan biarkan ia pulang atau kalian berada dalam masalah.."

.

.

.

"Apa yang ada di dalam otakmu itu hah?! Dia itu pelanggan Huang Zi Tao! Kau tentu sudah hafal kan motto cafe ini?!"

Pria Choi ini berujar dengan nada frustasi. Tak percaya dengan apa yang baru saja dilakukan oleh pegawai cantiknya.

"Tapi dia yang memulai semuanya bos! Dia menahan lenganku.. Meminta hal yang menjatuhkan harga diriku kemudian mengecup punggung tanganku dengan mesum! Dia menghinaku bos!"

"Tapi kau bisa menolaknya dengan baik kan Tao?! Tidak dengan memukul wajahnya.. Juga tubuhnya dengan nampan yang kau pegang itu!"

"Kau harus mengontrol emosimu Huang.. Sudah berapa banyak pelanggan pria yang kaupukul? Aku tidak mencemaskan cafeku.. Yang kucemaskan adalah sikapmu!"

Zitao terdiam. Meremat ujung kemejanya seraya menggigit bibir bawahnya pelan. Kedua netra kelamnya telah berlapis air mata yang siap membasahi kedua pipinya.

"Minta maaf padanya.."

Zitao mendongakan kepalanya. Menatap si tampan yang berujar sarkas seraya bersedekap menatapnya. Tajam dan tak ingin dibantah.

"Tapi Siwon-hyung-"

"Minta maaf padanya atau kau akan kehilangan satu-satunya pekerjaanmu Huang.."

Zitao menghela nafasnya pelan. Jemarinya terkepal kuat hingga buku-buku jarinya memutih. Jauh dalam lubuk hatinya, ia tak sudi meminta maaf dari pria brengsek itu. Bahkan untuk melihat wajah mesumnya pun ia tak mau.

Namun apa daya. Jika ia kehilangan pekerjaannya, tamat sudah riwayatnya. Ia akan diusir dari flat kecilnya dan luntang-lantung di jalan. Ia juga tidak akan bisa membayar biaya sekolahnya yang sudah diujung jalan dan usahanya selama ini akan berakhir sia-sia.

Tidak! Ia tidak mau berakhir menjadi gelandangan!

"Baiklah.. Aku.. Akan meminta maaf padanya.." ucap Zitao lirih. "Tapi hyung harus berjanji padaku untuk tidak memecatku.. Kumohooon.."

Siwon mengangguk. Berdiri dari duduknya kemudian menghampiri Zitao dan mengusap surai kelamnya penuh sayang.

"Itu baru adikku.."

.

.

.

"Aku minta maaf.."

Pemuda cantik ini berujar pelan. Nyaris berbisik dan menolak menatap wajah memar dihadapannya. Membuat pria tambun yang duduk angkuh dihadapannya menyeringai. Berdecak melihat kelakuan Zitao.

"Apa begitu caramu meminta maaf? Angkuh sekali.. Kau pikir dirimu itu siapa heh?"

"Zitao lakukan dengan benar.." bisik Siwon seraya sedikit menyikut tubuh pemuda di sebelahnya.

Pemuda Huang ini menghela nafasnya diam-diam. Mengangkat wajahnya dan menatap Tuan Jang dengan pandangan memelas, kemudian membungkukkan tubuhnya.

"Aku sungguh menyesal Tuan.. Maafkan segala kesalahan yang telah kuperbuat padamu.."

Puk! Puk! Puk!

"Lihat... Aku benar-benar tak habis pikir padamu Tuuan Choi.. Kenapa kau bisa mempekerjakan pemuda ini di cafe mahalmu.. Aku bahkan yakin jika kehidupan yang dijalani pegawaimu ini sungguh menyedihkan.." ujar Tuan Jang seraya menepuk kepala Zitao kasar. Tak perduli dengan Siwon yang membola melihatnya.

"Dia bahkan tidak bisa mengontrol emosinya dan langsing memukul orang yang bahkan tidak ia kenal.. Padahal aku hanya menggodanya... Tak berniat serius pada bocah sepertinya.."

Jemari Zitao terkepal kuat. Sebisa mungkin memendam segala kekesalannya. Dan bertahan hingga pria brengsek dihadapannya berhenti bertingkah.

"Lain kali, suruh orangtuamu untuk menggajarkan tata krama dan pengendalian emosi.. Aku khawatir kau akan hidup susah dengan sikapmu yang urakan.. Anak jaman sekarang, hanya bisa membuat malu dan bersikap seenak-"

Tap!

Gerakan kasar pria tambun itu terhenti seketika. Seiring dengan jemari Zitao yang menahan lengannya.

Pemuda cantik itu tersenyum dengan amat sangat manis, kemudian mengalihkan pandangannya pada Siwon yang terdiam seraya menggeleng pelan padanya.

"Setelah ini, aku akan keluar bos.. Dan kau tenang saja.. Aku tidak akan pernah bekerja lagi di cafemu ini.."

Buagh!

"Aaarrgggghhhhhhhh!"

Sebuah tinjuan kuat dilayangkan Zitao pada wajah pria itu. Membuat si mesum menjerit kesakitan dan tumbang ke lantai dengan memegangi hidungnya yang berdarah.

"AKU KELUAR!"

Zitao tak perduli. Presetan dengan pekerjaan atau nasibnya nanti. Ia paling pantang dihina dan ia takkan pernah membiarkan seorangpun menghina dirinya. Apalagi keluarganya.

Dengan senyuman manis, Zitao melangkah menuju ruang ganti. Membuka lokernya dan menyambar semua barang-barangnya. Tak perduli dengan pandangan heran rekan-rekannya.

Kedua tungkai jenjang pemuda cantik ini melangkah cepat. Menyambar segelas bubble tea dingin yang hendak dibawa untuk pelanggan kemudian menatap bosnya yang sibuk menangani si mesum.

Menyeringai cantik kemudian memberikan jari tengahnya tepat di wajah tampan pria itu.

"Fuck you.."

Dan pemuda itu pun melenggang pergi. Dengan tawa cantik yang mengalun dari belah bibir kucingnya.

.

.

.

Brugh!

"Tuan Wu? Selamat datang..."

Sapaan lembut itu membuat seorang pria dengan surai keperakannya menoleh. Tersenyum tipis kala mendapati seorang wanita tua yang menghampirinya dengan segelas Chamomile Tea pada nampan yang dibawanya.

"Ah.. Bibi Kim.. Bibi belum pulang?"

Wanita tua yang masih tampak cantik itu menggeleng pelan. Tersenyum hangat seraya meraih jas pria Wu itu.

"Bagaimana aku bisa pulang jika kau saja baru sampai selarut ini.. Tidak biasanya.."

Pria tampan ini menghela nafasnya pelan. Meraih Chamomile Tea miliknya kemudian menegak liquid hijau bening itu perlahan. Meletakkannya kembali kemudian menatap Bibi Kim dengan raut lelahnya.

"Ada sedikit masalah dikantor Bi.. Aku terpaksa tinggal karena klienku kali ini sedikit susah untuk ditangani..."

Bibi Kim tersenyum. Menepuk pelan surai pria Wu itu lembut. Membuat sang patung hidup itu memejamkan kedua darkchoconya.

"Kau harus sedikit memberikan perhatian pada tubuh dan jiwamu itu Kris.. Aku yakin kau bisa mati muda jika terus bekerja seperti robot seperti ini.. Bersenang-senanglah sedikit.. Atau carilah seseorang yang dapat menjadi temanmu.. Kekasih mungkin.."

Kris tersenyum. Meraih jemari bibi Kim yang hendak menghentikan aktivitas mengusap kepalanya dan kembali menempatkannya pada puncak surainya.

"Aku tidak tahu caranya bersenang-senang bibi Kim.. Lagipula, untuk yang kedua, aku sudah merasa cukup dengan kehadiran bibi dan Rourou disini.." ujarnya acuh.

Bibi Kim menghentikan usapannya. Jemarinya turun mengusap pipi tirus Kris yang kini menatapnya.

"Sebenarnya.. Ada yang harus kusampaikan padamu Kris.."

Pandangan wanita tua yang tiba-tiba redup itu membuat alis tebal Kris bertautan. Ia bisa merasakan nyeri samar pada hatinya. Meraih jemari bibi Kimnya dan mengecupnya lembut.

"Aku harus berhenti bekerja dirumahmu Kris.. Anak laki-lakiku akan menikah lusa dan mengajakku tinggal bersamanya di Jeju.."

Kris menghela nafasnya pelan. Kedua netranya telah siap meneteskan kristal bening untuk membasahi pipinya, namun sebisa mungkin ia menahan semuanya. Menatap wajah teduh bibi Kim seraya tersenyum.

"Kapan bibi akan berangkat? Aku akan mengantarkan bibi ke bandara.."

Bibi Kim menangis dalam diam. Tiga puluh dua tahun ia menghabiskan waktunya bersama pria berparas dewa ini. Merawatnya sejak lahir dan menjadi sosok yang bahkan menggantikan posisi orangtua kandung dari si tampan.

"Apa kau marah padaku Kris?"

Kris menggeleng pelan. Air mata yang telah ia bendung menetes membasahi pipi tirusnya. Kembali mengecup pela jemari keriput bibi Kim.

"Aku hanya sedih.. Ibuku akan pergi meninggalkan aku.."

Wanita tua ini menarik tubuh Kris kedalam pelukannya. Membiarkan CEO muda itu menangis seperti anak kecil. Meruntuhkan segala kesan dingin dan arogan yang sejak dulu melekat pada dirinya.

"Hey.. Kau bisa mengunjungi bibi kapanpun kau mau.. Jangan menangis seperti itu.. Kau sudah tiga puluh dua Kris.. Bukan lagi bocah atau remaja pubertas.. Bisa hancur sudah reputasimu jika ada yang melihatmu seperti ini.."

Kris tersenyum. Melepaskan pelukan bibi Kim kemudian mengangguk mengerti. Biar bagaimanapun, wanita tua ini memiliki keluarga. Ia tidak dapat bersikap egois.

"Aku mengerti bi.. Aku akan pesankan tiket untuk keluarga bibi.. Izinkan aku melakukan sesuatu untukmu... Hmm?"

Bibi Kim terkekeh. Mengusap surai jelaga Kris lembut kemudian mengangguk.

"Tentu saja anakku.. Tentu saja.."

.

.

.

Pemuda cantik ini melangkah pelan. Memasuki sebuah ruangan dan duduk di sebuah kursi dengan kasar kemudian merebahkan kepalanya di atas permukaan meja. Tak menghiraukan tatapan dua orang pemuda yang ditujukan untuknya.

"Tao-er.. Kau kenapa?"

"Apa kau sakit?"

Zitao mengangkat kepalanya cepat. Menggenggam masing-masing satu dari jemari dua pemuda beda warna surai itu. Menggenggamnya seraya menatap mereka dengan tajam.

"Wonshik-ie.. Yoongi-ah.. Bisakah.. Kalian bunuh aku sekarang?"

"Mwoya?!"

Kedua pemuda itu memekik kencang. Yang bersurai merah jambu terlihat melongo dan yang bersurai dark blue menampar pipinya sendiri kuat.

"Tao.. Kurasa kau harus ke ruang kesehatan.. Mau kutemani? Ahh.. Atau kau ingin kubawakan minuman hangat?"

Plak!

Wonshik menampar pipinya lagi. Kali ini lebih kuat seraya menatap Yoongi yang mengusap dahi Zitao. Mengumpat tentang tingkah ajaib sahabat bersurai pinknya itu.

"Aku tidak sakit Yoongi-ya.. Aku.. Hanya tidak tahu bagaimana harus menghadapi kehidupanku setelah aku keluar dari cafe milik Siwon-hyung tiga hari lalu.."

"Kau keluar dari cafe milik Siwon-hyung?!"

"Iya.. Aku lelah mengalah.. Ada seorang pria tua menggodaku dan mengajakku tidur bersamanya dengan iming-iming bayaran... Aku memukulnya dan aku pula yang disuruh minta maaf padanya! Aku kesal! Saat aku minta maaf, pria itu menepuk-nepuk kepalaku dan menghinaku! Jadi kutinju saja lagi wajahnya! Aku benar-benar marah jika ingat kejadian itu la-"

Cups

Ucapan sepanjang kereta api milik Zitao terhenti seketika kala Wonshik mengecup bibirnya cepat. Hendak memukul kepala biru itu namun urung kala melihat tatapan Yoongi untuknya.

"Kau terlalu ribut dengan ocehanmu Tao.. Jangan memukulnya.." ujar pemuda cantik bersurai pink itu datar.

"Sekarang kau sudah tak lagi memiliki pekerjaan.. Bagaimana caramu menjalani hidupmu kedepan huh? Apa kau tidak ingat tagihan uang bulanan dan ujian hah?!"

"Belum lagi sewa flat dan makanmu!"

Zitao mengerang frustasi. Hampir menangis kala mendengar ocehan kedua sahabat jiwanya. Bukannya diberi solusi malah diomeli.

"Maka dari itu.. Bunuh saja aku.. Aku tidak punya muka untuk pulang ke Qingdao.. Nenek dan kakekku akan mati jika tahu cucunya hanya melakukan hal sia-sia berkedok beasiswa selama hampir tiga tahun di Korea.."

Hening menyelimuti mereka. Dengan Zitao yang telah terisak pelan, serta Wonshik dan Yoongi yang terlihat berpikir keras.

Brak!

"Aku tahu solusinya!"

Gerakan Yoongi yang tiba-tiba menggebrak meja membuat Zitao dan Wonshik terlonjak. Menatap horor makhluk manis bersurai pink yang terlihat menyeringai itu.

"Kau sebatang kara disini dan tidak punya sanak saudara kan Tao?"

"I..ya.."

"Kau juga mengatakan pada kakek dan nenekmu kalau seluruh biaya hidupmu selama bersekolah di Korea ditanggung oleh pihak yayasan.. Benar kan?"

"T..tentu saja.."

"Kalau begitu.. Aku akan mencarikanmu seseorang yang akan membiayaimu!"

"Apa?!"

Baik Wonshik dan Zitao memekik tak percaya dengan ucapan Yoongi. Mana ada orang yang akan membiayai hidup seseorang di zaman seperti ini?!

"Memangnya ada?" tanya Zitao ragu.

Yoongi tersenyum. Menggerakkan jemarinya seolah meminta kedua sahabatnya untuk mendekat padanya. Menyeringai, kemudian membisikkan sesuatu.

.

.

.

"Sugar Daddy?! Are you fucking kidding me?!"

Kris mengumpat kuat. Menatap pria dingin dihadapannya dengan pandangan tak percaya.

"Jung Taekwoon kau pasti bercanda.." desisnya kesal.

"Apa wajahku terlihat bercanda Wu? Come on.. You've been thirty two this year and you scared to do somethin like that?"

"You're joking Wu... You are.."

Kris mengacak surai peraknya frustasi. Masih tak percaya dengan ucapan sahabat patungnya. Bagaimana bisa percaya? Raut pria Jung yang seusianya itu datar bak papan -yang sebenarnya mirip dengan miliknya- namun ucapannya bagaikan bom atom.

Kris bukannya tidak tahu apa yang dimaksud dengan Sugar Daddy. Sugar Daddy berarti ia akan memiliki seorang anak yang berusia belasan tahun lebih muda darinya. Memanggilnya dengan sebutan "Daddy" dan menghabiskan uangnya.

Dan sebagai gantinya, ia boleh melakukan apapun pada anak itu. Mengajaknya berkencan, tinggal bersama, bahkan melakukan sex sepuasnya.

Intinya, Sugar Daddy adalah hubungan simbiosis mutualisme antara si "anak" dengan sang "daddy".

"Aku tidak bisa Jung... Terlalu beresiko.. Kau tahu aku sedang jadi incaran media.. Memang tidak sepopuler aktor atau selebriti lainnya, namun reputasi Wu Empire? Aku tidak mau berakhir dengan kehancuran dan harus mengurus masalah dari babyku nanti.. Tidak.. Terima kasih.."

Taekwoon tersenyum. Agak mengerikan mengingat CEO Jung Coorporation itu jarang melakukannya. Namun Kris mengerti, setiap hal gila bernada datar yang terlontar dari bibir tipis vampir hidup itu adalah hal paling brilian dan masuk akal di dunia.

"Cukup pilih baby dengan gender yang sama denganmu Wu.. Aku rasa manhole yang berada diantara bongkahan butt kenyal cocok untuk penismu.."

Nah, kan? Jung Taekwoon memang tidak bisa diremehkan. Seharusnya ia menjadi public speaking atau setidaknya sales marketing. Caranya merayu dan membujuk patut diacungi ibu jari.

"Dengar Wu.. Hanya tinggal memilih seorang pemuda manis, memanjakannya, dan minta dimanjakan olehnya... Kau bisa membuat kontrak dengannya kemudian meninggalkannya jika merasa bosan.. Mudah bukan?"

Pria Jung bersurai brunette itu tersenyum. Menunjukkan layar Ipadnya yang menampilkan sebuah halaman pendaftaran sebuah situs.

"GET YOUR SUGAR DADDY"

Dengan nama akun Dragon_Wu dan fotonya yang terpampang pada situs itu.

Kris menghela nafasnya pelan. Meraih Americano miliknya kemudian menyesapnya cepat. Mendengus kala mendengar kekehan sahabatnya.

"Jika hal buruk terjadi, kau adalah satu-satunya orang yang akan kuburu dan kujadikan patung di mansionku.."

Taekwoon tersenyum. Mengangguk paham seraya ikut menyesap Latte miliknya.

"Kupastikan kau akan senang dengan kegiatan barumu ini Wu..."

.

.

.

"Nah.. Sekarang pikirkan nama yang cocok untukmu.." ujar Yoongi pada Zitao yang duduk dihadapannya.

Tiga sekawan ini kini tengah berada di flat kecil milik Zitao. Dengan laptop yang menampilkan sebuah situs bernama "GET YOUR SUGAR DADDY" dan form pendaftaran akun baru.

"Bagaimana kalau Peach? Cocok untukmu Tao.." ujar Wonshik seraya menyantap keripik kentang yang ada.

"Apakah tidak terlalu feminin? Terdengar seperti aku adalah seorang pemuda gemulai.." protes Zitao pelan. Beringsut duduk di sebelah kanan Yoongi. Mengapit pemuda pendek itu bersama Wonshik.

"Tidak.. Nama yang diberikan Wonshik-ie terdengar manis.. Kutambahkan panda agar banyak yang tertarik padamu.."

Jemari lentik Yoongi mulai menari diatas keyboard. Mengetik dan mengisi form profile untuk Zitao.

Tak lama, muncul beberapa notifikasi permintaan dan ajakan untuk menjadi Sugar Baby dari beberapa akun pria mapan yang terdaftar pada situs itu. Membuat Yoongi menyeringai puas.

"Pilihlah salah satu dari delapan pria ini.. Ikuti saja kata hatimu.."

Zitao mengangguk samar. Menelan salivanya gugup kala melihat deretan nama yang terpampang pada layar laptopnya.

Namun hanya ada satu nama yang benar-benar menarik perhatiannya. Memancingnya untuk mengklik tautan akun itu untuk membuka profile si Daddy yang cukup misterius.

Hanya foto seorang pria dengan setelan jas berwarna hitam yang tengah memandang langit dari tepian kaca besar ruang kantornya. Wajahnya bahkan tak terlihat karena pria itu membelakangi kamera.

Namun entah mengapa, Zitao justru menerima permintaan yang dikirimkan pria itu. Mengetik sebuah pesan untuk calon Daddy barunya dan mengirimkannya.

Singkat, padat, dan jelas.

"Four Seasons cafe... Besok.. Jam sembilan pagi.. Jangan terlambat..."

Klik

Pesan itu sukses terkirim. Membuat Yoongi dan Wonshik tersenyum dan berhighfive ria.

"Apa kalian yakin kalau dia akan merawat aku dan menjadi ayah yang baik untukku?"

Zitao hanya terlalu polos. Begitu percaya dengan ucapan Yoongi dan Wonshik. Salah mengartikan setiap kalimat yang dijelaskan oleh dua pemuda itu.

"Tentu saja Zi.. Kau hanya perlu menuruti semua perintahnya.. Menjauhi larangannya.. Dan menaati peraturannya.."

"Kami yakin hidupmu akan jauh lebih baik Zi... Percaya pada kami.. Hmm?"

Zitao mengangguk. Memeluk kedua sahabatnya erat dan dibalas usapan lembut oleh dua pemuda itu.

"Aku menyayangi kalian.. Sungguh.."

"Kami pun menyayangimu Zitao.."

"Benar-benar menyayangimu.."

.

.

.

Pagi mulai datang. Ditandai dengan sinar mentari yang berlomba memasuki tirai jendela. Mengusik ketenangan si tampan bersurai perak yang masih asyik bergelung dalam balutan selimutnya.

"Nghhh.."

Kris mulai membuka kedua matanya. Mengerang pelan, kemudian bangkit dan duduk bersandar pada headboard ranjang.

Jemari panjangnya meraih ponsel pintarnya yang tergeletak diatas nakas. Membuka panel penguncinya dan mengecek perkembangan sahamnya.

Namun kala hendak mengakhiri kegiatan itu, Kris teringat akan sesuatu.

"Four Seasons Cafe... Tomorrow at 9 a.m... Long sleeves putih dan jeans biru..."

Kembali membuka aplikasi "GET YOUR SUGAR DADDY" dan mengecek pesan masuk yang ada pada akunnya.

Kris pun menghela nafasnya pelan. Jemarinya mulai menari diatas panel keyboard ponselnya. Mengetik sebuah pesan yang cukup singkat.

"Aku akan sedikit terlambat..."

Dan setelahnya Kris pun mulai melangkah ke kamar mandinya. Bersiap untuk pertemuan pertamanya dengan seorang pemuda yang akan menjadi "Baby"nya.

.

.

.

Zitao merengut. Mengetuk-ngetukkan jemari lentiknya pada permukaan meja. Merutuki Yoongi dan Wonshik yang menipunya.

Ia sudah duduk selama hampir satu jam untuk menunggu pria yang kata dua manusia idiot itu akan menjadi "Daddy"nya. Dan yang ia dapatkan sekarang adalah strawberry chesse cake yang telah tandas dan bubble tea yang tinggal seperempat gelas

"Gara-gara dua makhluk menyebalkan itu, aku terpaksa membayar makanan mahal ini! Aku kan sedang berhemat! Aku bersumpah akan mencincang halus tubuh mereka saat bertemu nanti... Lihat sa-"

Grepp

Zitao terlonjak kaget saat seseorang menarik lengannya dengan tiba-tiba. Membuatnya membola kala mendapati sosok seorang pria berambut perak yang menatapnya dalam.

"Ayo ikut denganku... Kita cari tempat yang lebih nyaman..." ujarnya dengan suara berat yang mampu membuat Zitao merinding.

Pemuda panda ini menyusuri wajah tampan dihadapannya. Mengumpat tentang bagaimana sebuah pahatan indah patung Dewa dapat hidup dan jadi nyata, kemudian beralih pada pakaian pria itu.

"Kemeja putih... Ah.. Dia Sugar Daddyku!"

Ctak! Ctak!

Zitao mengerjap kala si tampan menjentikkan jari di depan wajahnya. Membuatnya mengangguk pelan kemudian meraih tas punggungnya.

Pria tampan itu mengeluarkan uang dari dompetnya. Meletakkannya diatas meja kemudian kembali menggenggam jemari Zitao dan membawa pemuda cantik itu berjalan keluar cafe, menuju sebuah audi hitam mengkilap yang terparkir manis di pinggir jalan.

"K..kita mau kemana.. T..uan?"

Pria tampan bersurai perak itu tersenyum. Membukakan pintu bagi Zitao kemudian beringsut masuk dan duduk di kursi pengemudi.

"Kita pergi ke tempat yang lebih menyenangkan dibanding cafe itu.."

Zitao beringsut takut. Memepetkan dirinya ke pintu mobil seraya menatap si tampan dengan horor.

"Hahaha.. Wajahmu menggemaskan.." kekehnya pelan saraya memasangkan seatbelt untuk Zitao. Menatap sepasang blackpearl pemuda cantik itu kemudian mengusap surai kelamnya gemas.

"Kita pergi ke taman bermain..."

.

.

.

Zitao terus memekik senang kala melihat berbagai wahana yang ada. Membiarkan jemarinya tetap berada dalam genggaman si tampan yang minim ekspresi di sebelahnya.

Seumur-umur ia hidup di Korea, baru kali ini ia mengunjungi Lotte World yang nyatanya hanya menjadi impiannya saja. Memiliki seorang Daddy memang menyenangkan.

"Jadi.. Siapa namamu?" tanya si surai perak perlahan. Menatap wajah Zitao sekilas.

"Tao.. Namaku Huang Zi Tao.."

"Kau Chinesse.. Aku kira kau orang Korea.."

"Kenapa bisa seperti itu? Padahal aku memakai nama Panda untuk jati diriku.. PeachyPanda93.."

Seketika, pria itu menghentikan langkahnya. Menolehkan kepalanya dan menatap horor pemuda cantik yang tersenyum seraya bergumam pelan disebelahnya.

Dengan terburu ia merogoh ponselnya. Membuka aplikasi Sugar Daddynya dan menerima sebuah pesan masuk pada akunnya.

"Aku benci menunggu! Batalkan saja pertemuan ini!"

Long Sleeves dan jeans biru.

Plak!

Suara tepukan padaa kening itu terdengar nyaring. Membuat Zitao menoleh dan mengernyit kala melihat si pria tampan yang terlihat frustasi.

"Ada apa Tuan.. Kau.. Baik-baik saja?"

Pria itu mengela nafasnya pelan. Menunjukkan layar ponselnya di depan wajah Zitao. Membuat si cantik membola.

"J..jadi.. Salah orang?!" pekiknya tak percaya.

"Aku minta maaf.. Aku tidak memperhatikanmu.. Bahkan tidak menyadari kalau kau memakai jeans hitam.. Apakah.. Kau ingin kuantar menemui Sugar Daddymu?"

"A..ah.. Namaku Kris omong-omong... Kris Wu.."

Zitao terdiam. Memikirkan banyak hal di otaknya. Sejujurnya, sejak pertama kali melihat pria tampan bermarga Wu itu, ia sudah merasa cocok. Apalagi, ia begitu sopan dan benar-benar memperlakukannya seperti seorang anak.

Dengan cepat ia meraih ponsel pintarnya dari dalam sakunya. Mengetikkan pesan pada sebuah akun yang membuatnya kesal selama satu jam terakhir.

"To PhoneixYeol: Maaf aku menolak ajakanmu.. Kau tahu, aku paling benci menunggu.. Dan terima kasih atas keterlambatanmu.."

Menunjukkan layar ponsel itu pada Kris dihadapannya. Tersenyum manis seraya menunjukkan deretan gigi mungilnya yang menggemaskan.

"Kupanggil Daddy Kris.. Boleh?"

Kris tersenyum. Mengacak surai kelam Zitao gemas seraya menstabilkan debaran jantungnya kala panggilan itu menyapa indera pendengarannya.

"Tentu baby.. Just call me Daddy okay?"

"Umm!"

.

.

.

.

To Be Continue

.

.

.

.

Bukannya lanjutin yg lama malah update cerita baru...

Abis sayang idenya..

Kalo reviewnya bagus aku lanjutin cepet..

Save The Prince dan Gege Wo Ai Ni masih dalam proses ya...

Kittennya juga...

Jadi, mohon bersabar untuk tiga ff itu...

Love ya!