Summary : Ino senang luar biasa ketika berhasil mendapat peran utama di drama sekolah 'Romeoto to Julietto'. Tapi seketika Ino terdiam. Kok? SaixIno
Disclaimer : Iya, ngaku. Naruto punya saya… -direbus Mas ashi-
Warning : Aneh, geje, aneh, geje, aneh, geje, jayus, OOC, dan yang lainnya. Soalnya saya bikin ini penpik di sela-sela segala kegiatan UTS menyebalkan itu.
Tulisan yang pake italic berarti suara hati yaaa…
"A…ano…-"
"BWAHAHAHA!!!! Lucu banget!! Terus, terus? Gimana lagi? Eh lanjutin dong! Gimana, gimana?"
"Anoo...-"
"KYAAAA~!!!!! Beneran deh, dia keren banget!"
"A...-"
"Masa' iya? Sekeren apa sih?"
"...a-"
"Haaaa????! Gilaaa! Seru banget tuh!"
.
.
Hinata menatap lemas teman-temannya yang tak menggubris dirinya sama sekali. Menatap mereka yang malah sibuk dengan obrolannya masing-masing. Hinata yang berdiri sejak 1 jam yang lalu mulai merasa tubuhnya membatu. Dari tadi pengen ngomong, dipotooooooong mulu! Motongnya bukan pake pisau lagi, tapi pake golok sekaligus. Sadis kan?
Huh… Hinata beranjak dari depan kelas dan mendudukkan diri di kursinya dengan kesal. Kenapa sih, pada nggak mau dengerin dia bicara?? Ini berita penting yang harus dia kasih tau pada semuanya! Tapi nggak ada yang mau dengerin, ya udah! Bodo amat!
Hinata masih menggerundel sendiri ketika sosok berambut panjang cokelat indah berdiri di depan kelas dan berteriak cukup-ehm, sangat kencang.
"SHITTTT UPPPP!!!!! Eh??! Itu mah, olahraga! SHUTTTT UPPPPP!!!" teriak sesosok berambut indah nan halus itu. Hinata langsung tersenyum penuh kekaguman pada kakak sepupunya itu.
Akhirnya oh, akhirnyaaaa… Ada yang ngebelain Hinata juga!
Anak-anak lain yang mendengar teriakan supersonik Neji itu langsung terdiam. Seketika kelas yang tadinya rame kayak pasar uler, langsung hening kayak kuburan. Mereka semua dengan serentak menoleh ke asal suara tersebut.
"Kenapa, Nene? Gangguin aja lo!" sebuah suara cempreng tau-tau memecah keheningan. Suara dari sesosok makluk berambut hitam panjang tergerai indah, daster putih, kulit pucat, dan bagian belakang punggungnya bolong.
Eh? Enggak ding, itu mah Sundel Bolong namanya! Bukan, bukan itu maksudnya! Mari kita repeat bersama-sama…
Starting repeat…
"Kenapa, Nene-chan? Gangguin aja lo!" sebuah suara cempreng tau-tau memecah keheningan. Suara dari sesosok makluk berambut kuning ngejreng, mata biru jernih, kulit rada gosong, dan bagian leher bajunya bolong. (ya eyalahhh…kalo enggak, mana bisa masuk tuh leher?)
Neji hanya terdiam mendengar suara cempreng tak mengenakkan itu. Dia diam mendengar si rambut duren itu mengatakan namanya 'Nene'. Terlebih saat repeat, itu orang nambahin namanya jadi 'Nene-chan'. Neji mengepalkan tangannya kesal, tapi ia tetap berusaha bersabar.
'Orang sabar banyak penggemar…' ucapnya berulang-ulang sebagai mantra. Dan itu berhasil, dia kembali tenang dan kembali bisa berpose kul.
Si rambut duren yang bernama Naruto itu kembali angkat bicara ketika melihat Neji tak bereaksi. "Ada apa NENE-CHAAAAN??? Kalo enggak mau ngomong, kita mau lanjutin ngobrol lagi nih! Iya kan temen-temen?" Serunya menekankan kata Nene-chan sambil tolah-toleh kanan kiri cari pendukung.
Anak-anak lain yang semuanya bawel dan suka ngegosip itu berteriak mendukung apa yang baru saja dikatakan Naruto. Membuat Naruto merasa menang.
Sementara itu, gigi Neji bergemelutuk menahan amarah. Dan ketika amarah itu sudah sampai ke kepala, maka amarah itu tak bisa turun dan dikontrol lagi.
Neji menghela nafas kesal. "JYUUKEN!!!"
Dan seketika orang bernama Naruto itu hanya tinggal kenangan. Sekarang saatnya dia dikubur di dalam tanah. Bersatu dengan berbagai macam material bumi yang tersusun oleh banyaknya makhluk hidup micro yang tak terlihat.
Dan akhirnya berakhirlah perjuangan si rambut kuning ini dalam jalan kehidupannya.
....
....
.... (ditendang Naruto)
Ehm, yang tadi hanya bohong ding....
Naruto yang sudah terkena jyuuken maut Neji pun langsung tepar dengan sebelumnya didahului adegan kejang-kejang kayak orang ayan. Itu membuat anggota PMR dengan sigap membawanya ke UKS.
Tapi malangnya nasib Naruto, nggak ada yang mikirin keadaan dia selanjutnya. Sekarang mereka semua fokus ke Neji. Penasaran apa yang ingin diomongin si rambut indah ini sampe tereak-tereak segala.
"Jadi? Ada apa, Neji-kun?" tanya Tenten akhirnya. Neji menatapnya dengan tatapan tunggu-dulu-kek-gue-lupa-apa-yang-mau-gue-omongin.
Neji akhirnya ingat juga apa yang mau dibicarakannya setelah terlihat ada lampu menyala di dekat kepalanya.
"Ehm, gini… dari tadi Hinata pengen ngomong, kalian nggak ada yang ngegubris dia sama sekali. Makanya itu gue tereak dengan maksud ngediemin kalian. Nah, sekarang silahkan Hinata, mau ngomong apa? Sepertinya penting?" tutur Neji sambil menunjuk Hinata. Anak-anak sekelas langsung beralih dari Neji ke Hinata dan menatapnya dengan tatapan mau-ngomong-apa?
Tapi Hinata yang ditatapi begitu justru jadi grogi. Dia menunduk dalam dengan poni yang dibuatnya agar menutup wajah.
Neji menghela nafas lalu mendekat ke arah Hinata dan mencoleknya. "Udah, sono cepetan ngomong!" ucap Neji gemas dengan kelakuan Hinata yang tak berubah-ubah. Hinata mendongak pelan pada Neji dengan muka masih memerah. Ia menatap kakak sepupunya itu sebentar lalu mengangguk pasrah.
Neji akhirnya duduk kembali di tempatnya. Menunggu apa yang ingin dibicarakan oleh gadis pemalu bermata lavender itu. Anak-anak sekelas juga kini diam membisu menunggu kata-kata Hinata.
5 menit…
10 menit…
20 menit…
30 menit…
40 menit…
45 menit…
50 menit…
56 menit 55 detik 54 mikrodetik…
Hinata tetap terdiam di bangkunya dan tak mengatakan apa-apa. Anak-anak menatapnya dengan tatapan membunuh. Neji pun kali ini sudah tak sabar.
Maka dengan satu sentakan, Neji menyeret Hinata dan melemparnya ke depan kelas. "Cepat Hinata! Keburu abis jam pelajaran kosong ini!" ucapnya tak berbelas kasihan.
Hinata memegang pinggangnya yang sepertinya remuk sehabis dilempar Neji tadi kemudian mulai bicara. "Be..begini…auw…! Ka…Kakashi-sen auw! Sensei…me… menyuruh kita untuk mengisi a…acara festival… auw! Sekolah bu-bulan auw! Depan…," ucapnya penuh dengan kata 'auw'.
Hening.
Anak-anak sekelas hanya menatapnya kebingungan. Kata-kata Hinata tadi sama sekali tak bisa mereka tangkap, saking banyaknya selipan kata 'auw'.
"Auw…!!!" lagi-lagi Hinata meng-auw. Tapi kini sambil menatap Neji garang. "Ne…Neji-niisan…., auw. Tolong aku, auw. Sekarang juga, auw." Ucapnya dengan tampang mirip Sadako. Ia lalu ngesot-ngesot mendekat ke arah Neji yang ketakutan setengah mampus.
Neji, dengan tampang sweatdropped-nya mengangguk mengiyakan lalu cepat-cepat membantu Hinata duduk di kursinya kembali.
Hinata menatapnya penuh amarah, "Karena kau telah membuatku, auw. Selalu ngomong auw, auw. Maka kau harus membacakan surat ini, auw. Gantikan aku, auw! Dan, ohya! Bawa aku ke UKS, auw."
Lagi-lagi dengan sweatdropped Neji mengangguk mengiyakan. Secepat kilat dia langsung membawa Hinata ke UKS.
A/N : Ternyata Hinata dan Naruto memang jodoh ya…
"Jadi… pada Festival Sekolah bulan depan, kita mau mengadakan apa?" tanya Neji pada anak-anak sekelas setelah membacakan surat pemberitahuan dari Hinata itu.
Kiba mengacungkan jarinya semangat. Neji menunjuknya untuk berbicara.
"Mm… bagaimana kalau kita mengadakan 'Kontes Kegantengan Anjing'? Bagus sekali kan? Akamaru juga bisa ikut nanti." Ungkap bocah anjing itu menjelaskan.
Neji langsung memasang tampang 'cabe dehh…' dan segera menunjuk Shino yang sedang mengacung meski dengan perasaan nggak enak. Sudah dapat dipastikan bukan, kalo ide dari Shino tentu sama buruknya dengan yang diungkapkan Kiba.
Atau malah lebih buruk.
"Bagaimana kalau kita adakan acara penyuluhan 'Bagaimana Cara Mengembangbiakkan Serangga-Serangga Hama'? Dengan begitu, para penghobi serangga dapat menyalurkan bakatnya dengan memberikan penyuluhan. Dan yang mendengarkan akan mendapatkan ilmu tentang bagaimana mengembangbiakkan serangga hama dengan baik. Usul bagus kan?"
Neji langsung menyesal telah bertanya lalu dengan sesegera mungkin ia memasang tampang ada-yang-mau-usul-lagi?
Sai mengacung lalu berkata, "Pameran Lukisan saja."
Sakura ikutan mengacung, "Rumah Hantu! Pasti seruu!!!" katanya dengan semangat penuh.
Ino segera menimpali dengan ketus, "Bilang aja seru waktu elo bisa meluk-meluk Sasuke pas ada setan yang nongol!"
Sakura menoleh ke arahnya kesal. "SHANNAROOOO~!!!!!! Jangan membocorkan aib orang, Inooo-genduuuttt~!!!!" dan terjadilah perkelahian sesama gadis yang tak pantas untuk diamati. Sasuke yang tadi disebut-sebut oleh Ino, hanya melirik sedikit dari ekor matanya. Tidak tertarik sama sekali.
Lee kemudian mengacung, "Bagaimana kalau kita membuka toko kecil-kecilan? Dengan begitu, kelas kita akan mendapatkan keuntungan juga." Ucapnya kali ini waras. Neji tersenyum-senyum setuju dengan pendapat teman se-klubnya di klub memanah itu. Bangga juga dia, dengan apa yang diutarakan temannya.
"Ya, bagus juga… Kalau begitu apa yang akan kita jual disana?" tanyanya pada Lee.
Lee tersenyum aneh. Mungkin merasa senang karena Neji hanya merespon usulannya saja. "Tentu saja kita akan berjualan SUIT HIJAU seperti yang kupakai ini!!! SUIT ini akan meningkatkan semangat masa mudamu, yoo!!!" lanjutnya ternyata nggak waras.
Tenten langsung menimpuknya dengan blender yang entah didapat darimana. "Pikiranmu jangan suit hijau terus! Sesekali suit kuning bagus juga kan?" ucap Tenten asal. Tapi itu dianggap serius oleh Lee.
Si rambut mangkok itu tersenyum lebar hingga senyumnya mampu melewati batas kenormalan senyum manusia. "IYA!!! AKU SETUJU DENGAN TENTEN! Bagaimana kalau selain jual suit hijau, kita juga jualan suit kuning? Suit pink dan suit warna lainnya juga boleh!"
Dan seketika itu juga, Tenten menginjak Lee sekuat tenaga hingga badannya gepeng seperti rempeyek.
"Bagaimana kalau kita mengadakan lomba gulat saja, Neji-kun?" kata Tenten semangat. Ia memang menyukai kekerasan rupanya.
Neji melengos mendengar usulan gadis tomboi bercepol itu.
"Bisa-bisa semua yang ikut, jadi rempeyek seperti Lee saat melawanmu, Tenten!" serunya kejam. Tenten langsung terdiam seraya menunduk dalam. "Yang lain!! Yang waras! Kalo enggak, semua akan ku-jyuuken!" ancam Neji yang mulai hilang kesabaran.
"Mm… aku punya usul!" teriak Ino di tengah-tengah perkelahian sengitnya dengan Sakura.
Neji hanya bertanya dengan wajah putus asa, "Apa?"
"Bagaimana kalau drama saja? Romeo and Juliet dibuat versi kelas kita sendiri! Gimana?" tutur Ino membuat mata keperakan Neji bersinar-sinar cemerlang.
Membuat semua anak memakai kacamata hitamnya secara serentak untuk melindungi mata mereka dari sinar ultrakeperakan itu.
SREET! Begitulah bunyinya.
PROLOG END.
Khukhukhu… banyak yang bertanya-tanya kebingungan? Kok isi ceritanya nggak sesuai dengan summary-nya? Gomen… belum pada adegan pembagian pemeran, masalahnya. Jadi sabar yaaa…chappie depan janji deh! Hehe…
Akhirnya saya bisa juga bikin penpik dengan main character SaIno. Kenapa? Yang terlihat di chappie ini Neji yang jadi main chara? Oho… SaIno akan tampil prima -?- pada chappie berikutnya.
Oke deh!
Mm… REPIEW plis? Nyahaha!!!! –ditendang ke luar angkasa-
