Chapter 1 - Cermin di Matamu

Aku bangun di pagi hari seperti biasa, jam enam pagi sesaat sebelum sarapan. Aku melihat keluar jendela. Hari masih gelap, dan bintang – bintang bersinar dengan indahnya. Aku memang suka bintang sejak dulu, sebelum kejadian itu. Sejak kejadian itu, semua berubah menjadi tidak biasa. Namun, hari ini ada sesuatu yang tidak biasa dalam hidupku yang tidak dimiliki orang normal terjadi.

"Kau lihat itu?" Tanyaku pada diriku sendiri.

Untuk orang normal, bertanya pada diri sendiri mungkin hal yang biasa. Namun, mendengar jawaban dari dirimu yang lain mungkin adalah hal yang tidak biasa. Aku sudah terbiasa dengan hal itu. Setiap hari aku dan diriku yang lain berbicara. Namun hari ini dia tidak menjawab.

"Mengapa kau tidak menjawab?" aku bertanya lagi.

Tidak biasanya dia tidak menjawab. Setelah beberapa kali bertanya lagi aku menjadi panik. Dengan terburu-buru aku melihat ke dalam cermin. Namun, karena terlalu terburu – buru, cermin itu pecah dan menjadi beberapa bagian. Dengan hati – hati aku mengambil pecahan terbesar dari cermin tersebut, yang ternyata retak. Secara tidak jelas aku melihat diriku dengan banyak luka dan lebam. Aku berteriak.

"Diana!"

Aku berlari, masih memakai piyama, ke tempatnya. Orang yang kupercaya mengerti masalah diriku yang satu lagi. Ia sekarangpun terus berusaha untuk mengembalikan kekuatan Diana. Namun, begitu aku sampai di depan pintu rumahnya, aku menjadi gugup. Setelah mengumpulkan keberanian, barulah aku mengetuk pintu.

"Siapa?" Tanya gadis yang membukakan pintu. Ia adalah adik perempuan dari orang itu, namun aku masih tidak mengerti mengapa mereka bisa ada di kelas yang sama. Tanpa basa – basi aku berlari masuk, menabrak gadis itu, namun aku tidak peduli. Diana sedang dalam bahaya.

Aku membanting pintu kamarnya. Kamarnya gelap, namun ada enam layar besar berisi gambar wanita dan kotak teks dibawahnya. Semuanya bertuliskan "Aku cinta kamu." Orang di depan layar tersebut tertawa. Aku semakin gugup. Wajahku memerah. Orang itu berbalik dan berjalan ke arahku.

"Ada apa, Tenri?" Tanyanya.

"Ke-Keima-kun.. Diana dalam bahaya.." ucapku.

"Maksudmu? Coba panggil dia keluar." suruhnya. Aku menggeleng.

"Aku tidak bisa. Lihat keadaannya di cermin." gumamku.

"Tapi, disini tidak ada cermin." Ia memberitahuku.

Tiba – tiba, ia menatap mataku dalam – dalam. Aku makin gugup. Hatiku ragu, mencari – cari apa arti tatapan yang dalam itu. Matanya sangat indah, lebih indah dibandingkan bintang – bintang yang pernah kulihat. Momen tersebut merupakan saat yang paling bermakna bagiku selama ini. Ingin rasanya, saat itu juga, aku mengungkapkan perasaan yang selama ini memberontak ingin keluar dari penjara hatiku. Perasaan bahwa aku mencintainya.

"Jangan bergerak dan jangan tutup matamu." ucapnya.

"Ta-tapi, apa yang.." kataku ragu.

Ia tidak menjawab dan langsung mengeluarkan kotak berwarna hitam, dengan gambar berwarna emas yang berbentuk seperti kelelawar. Saat itu juga, sabuk aneh muncul di pinggangnya. Ia memasang kotak hitam di sabuk tersebut, dan penampilannya berubah. Ia memakai baju hitam mengkilat, dan menggunakan helm seperti ksatria. Ia membawa pedang dengan lambang kelelawar bermata merah. Ia meloncat kearahku dan tiba – tiba menghilang.