"Sasuke...!" Seru Mikoto dengan sangat kerasnya pada Sasuke yang saat itu sudah ngetem didepan mesin game yang baru aja di launching beberapa bulan yang lalu, Sasuke dan sembilan orang lainnya di berikan secara cuma-cuma setelah membersihkan dan menambal lubang keamanan setelah disusupi oleh Kabuto.
"Yah...! Malah main game" Ucap Mikoto ketika melihat Sasuke sedang masuk kedalam kapsul mesin game dan tertidur disana.
"Baiklah, akan aku waktu sampai pukul 10 malam" Kata Mikoto sambil melihat arlojinya yang menunjukkan pukul 21.30. Dia pun mengatur timer yang telah dipasang oleh teknisi disebelah kiri badan kapsul dan meninggalkan kamar sambil tersenyum manis.
-0-
Didunia game
"Wah...! Kaa-chan gangguin aja nih" Kata Sasuke begitu melihat sebuah notice yang mengisyaratkan bahwa game akan dimatikan tiga puluh menit lagi.
"Entar aja lah di-save" Kata Sasuke sambil terus melanjutkan permainan peperangan miliknya.
Dia sekarang sedang melakukan misi pengintaian dan dengan suksesnya mengendap-endap di dinding gedung Pentagon yang waktu itu memang menjadi target serangan pasukan Sasuke.
Sasuke terus mengendap-endap tanpa diketahui oleh penjaga Pentagon yang memang sangat goblok sekali, penjagaannya sepertinya memang terlalu lemah sampai-sampai bocah pantat ayam seperti Sasuke pun bisa menyelinap masuk. ck ck ck
Sasuke POV
Kurendahkan tubuhku diantara dinding-dinding yang telah menjulang tinggi disampingku agar tidak ketahuan oleh para penjaga yang sudaah berkeliaran di gedung yang berbentuk segilima tersebut.
Yup...! Disinilah aku, markas besar pasukan militer Amerika Serikat, The Pentagon. Aku membawahi beberapa pasukan tentara pemberontak dan misi pertamaku adalah menghancurkan sistem komunikasi Pentagon. Berbekal dengan pistol yang selalu setia menempel ditanganku, aku tidak takut apapun.
Kalian tahu kenapa ? Because it is just a game, sebuah permainan hanya dibuat untuk kesenangan. Ngapain dibuat tegang, ya gak ?
"Sial...!" Desisku begitu melihat sebuah notice yang mengingatkan bahwa mesin game akan dimatikan tiga puluh menit lagi. Itu artinya aku harus mempercepat waktu misiku agar aku bisa menyimpan hasil kerjaku.
OK, bersiaplah. Aku melemaskan setiap otot yang ada pada leher, tangan, dan kakiku sehingga mengeluarkan bunyi 'kretek' yang sangat kusukai. Aku pun melompat masuk kedalam gedung tersebut melalui jendela dan menghindari tatapan CCTV yang dengan setia menempel di dinding dengan jumlah yang lumayan besar.
"Untung saja tidak bergerak" Gumamku sambil terus mengawasi CCTV tersebut apakah di pasang sebuah sensor gerakan.
Sreek...!
Suara pintu tersebut langsung membuatku melompat kebawah meja dan dengan suksesnya menyembunyikan diri dari penjaga yang sepertinya mendengar suara lompatanku.
Ceklek...!
"Siapa disana ?" Bentaknya sambil menodongkan senapan yang sepertinya bisa menembus seluruh ruangan ini hanya dengan sekali tembak.
Aku haarus keluar dari sini tanpa menembaknya. Itu artinya aku harus mencegahnya berbicara minta tolong, atau akan terjadi peperangan besar disini.
Aku mendongakkan kepalaku untuk mengintip orang yang membawa senapan tersebut. Orang tersebut memakai seragam tentara khas tentara Amerika.
Tap...! Tap...!
Langkah kaki orang tersebut terdengar semakin berat ketika akan menemuiku.
Dor...!
Suara tembakan yang menggelegar itu jelas menjadi sebuah alarm tanda bahaya, aku pun langsung berjalan dengan cepat tanpa menimbulkan suara ke balik pintu, dan menunggu seseorang masuk.
Tap Tap Tap
Terdengar suara langkah kaki yang sepertinya tengah dilanda kepanikan akibat suara tembakan pistolku tadi. Ku lihat tentara tadi tergeletak lemas tak berdaya dengan luka tembakan menembus dadanya yang terlihat sangat berdarah.
"Aku memang sangat jitu" Kataku memuji diriku sendiri sambil tersenyum narsis.
Dor Dor Dor
Kutembaki setiap lensa CCTV. Sekalian aja, kan udah ketahuan ngapain pake CCTV segala.
Brakkk
Pintu didobrak dengan sangat brutal oleh pasukan tentara yang bila dihitung mencapai selusin tentara langsung mengamankan ruangan tersebut dan tanpa sepengeahuan mereka aku sudah berlari menjauh dengan menyunggingkan sebuah senyuman nista kearah mereka.
"Kudengar ada tembakan tadi, apakah memang ada penyusup ?" Ucapan seseorang tadi sangat jelas terdengar oleh telingaku yang sangat peka itu. Aku pun merasakan bahwa orang tersebut akan berjalan kesini, secara spontan aku memasuki sebuah ruangan yang ada disebelah kananku untuk menghindari tiga orang yang sedang berbincang-bincang tersebut.
Glek...!
Aku menelan ludah begitu melihat sebuah pistol yang tertodong langsung kearah dahiku yang masih berkeringat akibat ketegangan tadi.
Kulihat seorang wanita yang masuk dalam kategori cantik sedang menodongkan pistolnya sambil tersenyum puas. Mata birunya menatap sinis kearah mata Onyxku yang masih menatapnya dengan tajam. Rambut pirangnya tergerai indah semakin mempercantik penampilannya yang terkesan sangat sempurna tersebut.
'Sial...! Mereka sangat ahli sekali membuat Al yang sangat cantik seperti ini' Batinku mengagumi kecantikan wanita tersebut.
"Hatiku miris jika aku akan membunuhmu. Kau terlihat tampan sekali" Puji Wanita tersebut. Aku langsung merasakan wajahku memanas ketika mendengar pujian tersebut.
Wanita tersebut sepertinya sedang istirahat. Terlihat dari pakaiannya yang terlihat sangat santai sekali, sebuah kaos longgar yang tidak begitu ketat dan memperlihatkan sedikit belahan dadanya yang sepertinya tidak memakai BH. Celana pendek sepaha yang memperlihatkan paha putih mulusnya yang sedang memasang posisi kuda-kuda dengan kaki kiri di belakang kaki kanan dengan posisi mengangkakang. Sungguh menggairahkan sekali, aku yakin bila dia didunia nyata aku akan segera nosebleed mendadak.
"Kau terlihat merah" Kata wanita tersebut. Aku pun kembali akan mengendalikan tubuhku, kulihat sebuah komputer dibelakang wanita tersebut dan beberapa layar yang berjajar serta sebuah tombol besar berwarna merah dengan sebuah alarm merah di sebelahnya.
"Ruang pengawasan ya ? Cerdik sekali" Kataku begitu menyadari bahwa ruangan tersebut merupakan ruang pengawasan.
Aku mulai mengerti cara kerja Pentagon, ada beberapa ruang pengawasan yang tersebar secara tidak merata di dalam gedung. Ruangan itu terhubung dengan beberapa CCTV tertentu. Bila kulihat, ruang ini terhubung dengan CCTV yang terdapat pada ruang utama, dan beberapa ruang yang tidak kuketahui dan ruang yang baru saja ku masuki tadi.
Alarm merah itu merupakan sambungan dari ruang pengawasan lain, sehingga mekanisme kerjanya merupakan alarm berantai. Kelemahan cara ini adalah adanya jeda yang sangat singkat antara satu ruang dengan ruangan lainnya dan itu memberikan waktu bagi penyususp untuk mengambil alih ruang pengawasan yang terhubung dengan ruang utama. Artinya adalah ruang ini.
"Kau tahu juga rupanya. Tapi itu akan menjadi informasi terakhir yang kau ketahui. Bye" Aku pun langsung menundukkan kepalaku dan mengangkat sebelah kakiku menendang pistol tersebut dan menebas kedua kakinya yang sedang berada pada posisi kuda-kuda dengan bertumpu pada kakiku sehingga dia dengan mudah kujatuhkan dan sekarang tengah tertodong dengan pistolnya sendiri. Sekarang gantian aku yang tersenyum sinis sambil terus menodongkan pistolnya beserta pistolku yang sudah siap meletus kapan saja.
"Kau bukan tipe petarung" Kataku. Gadis itu mengangkat kedua tangannya sambil tersenyum sinis kearahku.
"Kau salah" Pekiknya yang hanya dengan satu tendangan saja telah menebas kedua tanganku yang tengah teracung tersebut sehingga pistol tersebut terlempar dari tanganku dan menghantam layar yang menunjukkan ruang utama.
"Ruang utama dijaga oleh lebih dari satu ruang pengawas" Jelasnya sambil tersenyum sinis. Aku meneguk ludahku melihat keperkasaan wanita seksi ini didepanku.
"Kau tidak datang kesini tanpa persiapan bukan" Kata wanita tersebut sambil mengeluarkan sebilah pisau dan menjilatnya seolah dia ingin menikmati dagingku.
'Sial...! Dia psikopat' Umpatku dalam hati dengan perasaan mual.
Aku pun mulai menganalisis wanita tersebut. Pandanganku terbentur pada tombol On/Off yang tertutup oleh kaca dan dilengkapi dengan palu yang digunakan untuk memecahkan kaca tersebut.
Lalu aku pun mengalihkan pandanganku pada layar CCTV dan terpampang pemandangan luar Pentagon.
Begitu, ruang pengawasan ini adalah ruang pengawasan yang mengawasi daerah luar Pentagon.
Aku pun mengambil sebuah benda kotak didalam sakuku.
"Segera kirimkan bala bantuan. Aku akan melumpuhkan sistem Pentagon" Kataku dan langsung memasukkan HT tersebut kedalam sakuku.
"Kau cerdik sekali bisa mendeteksi kelemahan Pentagon" Kata wanita tersebut sambil tersenyum senang. Baiklah, strategi sederhana ku akan kumulai.
Aku mulai berlari zig zag menuju tombol tersebut yang direspon dengan sangat cepat oleh wanita seksi tersebut, aku mulai merumitkan gerakanku agar tidak terbaca oleh wanita tersebut. Terlihat sekali wanita tersebut mulai kebingungan dengan gaya berjalanku yang terkesan nyleneh tersebut meski dengan tampang datarnya.
Yak...! Kudorong semua kekuatanku untuk berlari setelah melihat kesempatan yang terbuka lebar.
"Kau tidak akan bisa mendapatkannya" Kata Wanita tersebut sambil melemparkan pisaunya.
Crak...!
Aku pun tersenyum setelah melaksanakan strategiku yang sangat sederhana sekali tersebut. Pisau tersebut sukses menghantam tombol On/Off tersebut.
Brukk
Kenapa ? Ada apa ini ? Semuanya terlihat hijau dengan denyut listrik yang tak menentu. Aku mencoba untuk menggerakkan tubuhku, tapi tidak bisa. Kurasakn pandanganku mulai mengabur dan aku pun pingsan.
-0-
"Sapu tangan siapa ini ?" Gumamku ketika melihat sepu tangan tersebut sudah mampir didepan mesin game milikku.
Saat ini, aku sudah sadar dan mencoba untuk mencerna apa yang terjadi.
TBC
Siapa pemilik sapu tangan itu ? Apa yang sebenarnya terjadi ? Bagaimana Sasuke bisa keluar dari game dengan sendirinya ?
Dialognya dikit banget ya ? Fic ini sebenarnya terinspirasi dari sebuah misteri dunia yang belum terpecahkan hingga saat ini.
Reviewww...!
