Kalo Pokemon Bicara...

Disclaimer: Pokemon dan segala tetek-bengeknya bukan milik penulis.

.:.:.:: )X( ::.:.:.

Selamat datang dalam kumpulan one-shot penulis yang gaje ini, yang akan mengangkat masalah-masalah 'berat' yang sering dibicarakan di Indonesia, dikemas dalam perbincangan tujuh ekor pokemon yang dijamin enggak jelas larinya ke mana. *dikejar-kejar pasukan panser zaman Perang Salib #WTF?*

Cast

Usman – seekor Flareon yang punya kebiasaan merokok, seperti halnya sebagian manusia. Tapi, kalau manusia biasanya merokok dengan rokok tembakau, Usman merokok dengan ranting, yang banyak tersedia di hutan. Kebiasaannya ini sering mendapat protes. Padahal, ia sendiri terpaksa melakukannya untuk mengalirkan kelebihan energinya saat ia tidak sedang terlibat dalam duel, atau sesuatu yang buruk terjadi. Suatu hari, saat ia baru berubah, ia diusir dari hutan tempat tinggalnya karena ia, tanpa ia sadari sama sekali, menyulut kebakaran di RT-nya saat ia tidur dengan nafas apinya. Saat kebakaran itu, 'pacarnya', seekor Leafeon, mati terbakar. Sejak saat itu ia tidak berani mencintai seseorang terlalu dalam karena ia ketakutan akan akibatnya. Selama pelariannya, ia baru tahu bahwa ia mengalami kelainan yang membuat nafasnya lebih panas – api di dalam tubuhnya bertambah lebih cepat daripada biasanya, dan bila tidak dikeluarkan, bukan tidak mungkin ia membakar hutan lagi tanpa ia ketahui saat ia tidur karena api ini akan keluar dengan sendirinya kalau 'penuh'. Karena itulah mereka baru-baru ini membuat sebuah kolam kecil berisi air es kalau-kalau ia muntah api lagi.

Prahasta – seekor Vaporeon yang menjadi pimpinan kawanan. Walaupun dia biasanya sabar, dia mudah marah kalau ada yang bertengkar karena hal sepele. Tak seperti Vaporeon kebanyakan, bulu lehernya terlambat berkembang saat ia berubah (jadi lehernya berupa bulu, bukan sirip, dan kecoklatan). Selain dia, hanya Amir dan Susanti yang tahu bahasa manusia. Tidak seperti mereka, ia tidak pernah diasuh oleh seorang pelatih. Ia mengetahuinya karena dulu, saat ia masih berupa Eevee, saudaranya, Wibisana, tertangkap oleh Farah, yang kini menjadi ranger. Setelah ia menjadi Umbreon, ia biasanya membiarkan Wibisana keluar saat ia tidak diperlukan (awalnya agar ia bisa mencari makanan untuk dicontohkan kepadanya, karena ia pernah ditipu seseorang bahwa seekor Umbreon harus makan 'daun sandilata' yang langka agar ia panjang umur, padahal daun itu sebenarnya berasal dari tanaman yang lumayan sering ditemukan di hutan), dan melalui dia Prahasta bisa memahami bahasa manusia. Dari Wibisana pula ia mempunyai kenalan beberapa ranger yang biasanya bekerja di sekitar hutan tempat tinggal mereka, dan dari pelatihnya – ia mengenal pelatih saudaranya itu melalui Wibisana, tentunya – pula ia tahu beberapa hal tentang apa yang terjadi di luar sana, walaupun tidak seperti Amir atau Susanti yang tahu banyak mengenai hal itu dari almarhum pelatih mereka.

Edi – seekor Jolteon yang merupakan mantan ketua geng preman hutan yang sudah lama bertobat. Anggota gengnya ada yang ikut bertobat, sementara sisanya, yang melanjutkan premanismenya, kini di bawah pimpinan Widodo, seekor Breloom yang tinggal di samping sarang mereka. Sarang itu – dan penghuninya – aman dari teror mereka karena Widodo menghargai Edi sebagai mantan ketua mereka – peraturan dalam geng itu mengharuskan bahwa kalau ketua mereka mengundurkan diri, apapun alasannya, ia dan kawannya yang tinggal dalam sarang yang sama tidak boleh dijarah. Masalahnya, Nita masih beranggapan bahwa dia tidak baik. Tambahkan sifat pemarahnya dan bahasanya yang kasar – yang belum juga hilang setelah lama bertobat – dan kekuatannya, dan pertengkaran pun sering meledak di antara keduanya, yang sering kali harus membuat kelima kawan mereka yang lain melerai pertengkaran mereka. Padahal, di balik sifat pemarahnya, dia suka hidup sederhana. Dialah yang paling tahan lapar di antara mereka bertujuh, dan ia mendapatkan 'kekuatan' itu setelah ia diminta berpuasa empat puluh hari empat puluh malam oleh sesepuh setempat agar tobatnya diterima. Belakangan ini, ada isu – yang tentunya didendangkan oleh Tarno – bahwa 'hubungan cinta' antara Edi dan Nita, yang bertengkar praktis setiap ada barang hilang, lebih kuat ketimbang hubungan antara Amir dengan Susanti, yang sering keluar berdua, kadang-kadang dengan Prahasta, dan sering 'berpelukan'. Ia sendiri tidak menggubris isu asmara antara dia dan Espeon dungu yang keras kepala itu.

Amir – seekor Leafeon yang pendiam, tapi suka bertualang dan kritis. Di antara mereka ada isu bahwa Amir sedang menjalin hubungan asmara dengan Susanti, tapi keduanya tidak menanggapi isu itu, begitu pula Prahasta dan Usman. Setiap Usman merokok di dekat keduanya, biasanya dia – dan Prahasta – yang melerai pertengkaran antara Susanti dan Usman. Ia, dengan Susanti, tahu bahasa manusia – dan isu-isu kemanusiaan lain – karena mereka pernah diasuh oleh seorang pelatih yang cerdas. Kedua pokemon kepercayaannya ini dilepas ke alam bebas setelah si pelatih meninggal karena kecelakaan lalu lintas sebagai bagian dari wasiatnya. Hanya Prahasta yang tahu rahasia ini selain mereka berdua. Kata Susanti, ia cerdas sekali – hanya ia yang mampu menahannya 3-3 – dari satu kemenangan, satu kekalahan, dan empat remis – setelah enam babak permainan xiangqi (semacam permainan catur dari China – keluarganya mendapat papan itu secara turun temurun dari nenek buyut ibunya yang berasal dari sebuah daerah di tepi Sungai Yangzi). Ia sering berdebat dengan Susanti mengenai hal-hal yang sulit dipahami banyak orang, apalagi pokemon liar yang kebetulan lewat. Selain Prahasta, yang mengetahui latar belakang mereka, dan Usman, yang sejak awal memang acuh tak acuh dengan urusan asmara karena trauma, semua menganggapnya sebagai salah satu cara mereka 'berkencan', tapi hanya Tarno yang benar-benar menganggapnya serius dan mendendangkannya ke luar sarang. Kalau Prahasta sudah marah, biasanya Amir yang mengendalikannya.

Susanti – seekor Glaceon yang biasanya pendiam. Kalau sarang mereka sepi, ia sering berbicara – atau lebih tepatnya berdebat – dengan Amir. Di antara ketujuhnya, hanya dia dan Nita yang perempuan. Kata Amir, dia sangat cerdas – ia pernah mengalahkan Abra milik kakak mendiang pelatihnya dengan skor telak 4.5-0.5 dalam lima kali permainan catur, padahal ia sendiri membabatnya 5-0 (maklum, si Abra masih muda). Tambahkan sifat kritisnya, dan perdebatan mereka sering membuat makhluk yang kebetulan lewat hanya bisa geleng-geleng kepala. Dia yang paling sering protes kalau Usman 'merokok' di dekatnya, padahal ia sebenarnya sadar kalau ia membutuhkannya demi kebaikan bersama – ia terganggu dengan asapnya dan meminta Usman keluar kalau ia hendak merokok karena ia 'alergi dengan asap'. Hanya Amir yang bisa membuktikan ceritanya, karena almarhum ayah pelatih mereka, yang meninggal mendahului ayah dan putrinya, yang melatih mereka, adalah perokok berat dan ia hampir selalu jatuh sakit saat ia mendekatinya saat ia sedang merokok. Untungnya, putrinya pengertian dan memintanya untuk tidak mengikutinya kalau ayahnya memanggilnya, dan selama itu ia sering menghabiskan waktu dengan Amir, membicarakan bermacam hal hingga berkejar-kejaran. Celakanya, kalau ia membuat Amir kedinginan dalam pelukannya, Amir memanfaatkan alerginya dan memanggil Usman. Kalau dia dibuat benar-benar marah oleh pokemon lain, tak jarang ia membekukan sumber masalah. Menariknya, senakal-nakalnya Amir, dia belum pernah dibekukan, sejak keduanya bertemu, dilatih manusia, dilepas, sampai sekarang. Sebaliknya, Tarno ia bekukan pada rayuan pertamanya.

Nita – seekor Espeon yang agak dungu, tapi keras kepala. Sekalipun kelima kawan mereka – kecuali Edi sendiri – sudah meyakinkannya bahwa Edi sudah kembali ke jalan yang lurus, ia masih tidak percaya. Kalau ia melihat ada makanan 'hilang' – yang biasanya 'hilang' karena dimakan kelima pokemon yang lain, bahkan kadang-kadang karena dia sendiri yang memakannya – ia akan menuduh Edi sebagai si maling. Karena itu, pertengkaran tak jarang pecah di antaranya dan Edi. Di balik kedunguannya, dia kuat – yang hanya membuat pertengkarannya dengan Edi makin berbahaya karena pertengkaran mereka sering berubah menjadi adu kekuatan – dan protektif. Dulu, ia pernah memiliki kakak perempuan yang cerdas, tapi tertangkap oleh manusia – waktu itu kakaknya masih berupa Eevee. Hal ini membuatnya putus asa hingga ia hampir bunuh diri dengan terjun dari pohon beringin. Untungnya, seekor Skarmory yang kebetulan lewat 'menangkapnya' sebelum ia mendarat. Akan tetapi, pendaratannya yang buruk – kepala duluan, menumbuk besi pula – membuatnya seperti sekarang. Kini, setelah ia menemukan Susanti, ia seperti menemukan kakaknya yang telah lama hilang, dan ia akan mati-matian melindungi 'kakaknya' itu. Ia tak tahu kalau sebenarnya Susanti putri bungsu di keluarga aslinya, tapi usianya yang memang beberapa bulan lebih tua membuatnya menerima 'peran' yang diberikan Nita dengan lapang dada. Nasib kakak kandungnya, yang membuatnya nekat bunuh diri, masih belum terdengar.

Tarno – seekor Umbreon yang benar-benar lain dari yang lain. Kalau Umbreon biasanya memiliki totol berbentuk cincin, ia memiliki totol berbentuk arit di kepalanya (dan sisanya normal), sehingga ia kadang-kadang diasosiasikan dengan komunisme. Dulunya, dia adalah sesosok playboy. Karena perselingkuhannya baru-baru ini terbongkar, ia kini dijauhi banyak betina, termasuk Susanti yang pernah membekukannya pada rayuan pertamanya. Ia sulit menerima kenyataan bahwa lamarannya sering ditolak, padahal ia ditolak karena sifat playboynya itu. Dia pelupa, jadi dia sering 'melamar' pokemon yang sama berkali-kali hanya untuk kemudian ditolak berkali-kali, di samping berbagai kebodohan lain yang muncul dari kepikunannya. Dia kadang-kadang suka berbohong, setidaknya sejak ketidaksetiaannya terbongkar. Ia sering berkilah pada temannya bahwa ia berurusan dengan 'Breloom sarang sebelah' (Widodo), padahal sebenarnya ia menyimpan niat mencari mangsa lain. Tapi, sepikun-pikunnya dia, dia tak pernah berani menggoda Susanti lagi karena ia takut dibekukan lagi – saat ia 'dicairkan' setelah ia dibekukan Susanti, Usman salah perhitungan dan ia hampir terluka karena api yang dikeluarkannya terlalu panas. Setelah saat itu, ialah yang paling vokal mendendangkan isu asmara keduanya, dan banyak yang percaya. Tetapi, sepertinya ia tidak bisa mengubah pendapat Prahasta tentang isu yang ia buat-buat ini. Di sisi lain, Amir, walaupun ia sendiri membantahnya, sering menunggangi isu buatannya untuk mengerjai Susanti. Dia kadang-kadang agak telmi, tapi tidak separah Nita.

A/N: Yap, kata 'Yangzi' bukan salah ketik atau salah eja yang tidak disengaja atas kata 'Yangtze'. Keduanya merujuk pada sungai yang sama, hanya saja dengan sistem transliterasi yang berbeda. Dalam aksara latin, kata 'Yangtze' berasal dari sistem romanisasi peta pos China (bhs China: Youzhengshi Pinyin), yang diadopsi dari sistem Wade-Giles (dibuat oleh Thomas Wade, seorang dubes Inggris di China, pada 1859, dan disempurnakan oleh Herbert Giles dan Lionel Giles pada 1892 – dalam sistem Wade-Giles, namanya menjadi Yang-tzu (sistem Wade-Giles memakai tanda hubung, yang tidak dipakai dalam sistem romanisasi peta pos China dan Hanyu Pinyin, untuk memisahkan setiap suku kata)). Sistem ini populer lebih awal ketimbang sistem Hanyu Pinyin (yang dirilis pemerintah RRC pada 1958) yang menghasilkan 'Yangzi'.

Omong-omong, dalam permainan xiangqi, satu-satunya cara untuk memaksakan remis adalah membuat musuhmu kekurangan bahan untuk memaksakan skakmat atau pat (jalan buntu) (dalam xiangqi, mengepat musuhmu akan memenangkan permainan untukmu, bukan membuat hasilnya seri seperti dalam catur yang biasa kita kenal, dan skak abadi (dan 'pengejaran abadi' – mengejar sebuah biji yang sama secara terus-menerus – juga, sih) tidak diperbolehkan – setelah sekian kali hal itu terjadi, biasanya tiga (penekanan pada biasanya karena tidak ada aturan yang disepakati di seluruh dunia mengenai hal ini), seorang pemain harus melepaskan genggamannya atau ia kalah) atau persetujuan.

Oh iya, mungkin rating fic ini menjadi M (not for lemon, not for violence, I swear!) karena obrolan mereka berpotensi (besar) merambah hal-hal yang 'panas' dan 'pedas' mengenai negara ini. ^^