LET'S NOT FALLING IN LOVE
o00o
.
A/N : Hi guys! Kali ini aku bawa genre Kingdom!AU. Merupakan remake dari ff meanie yang kubuat dalam Bahasa Inggris.
Setting yang dipakai akan lebih seperti kerajaan western (pedangnya, kastilnya, pakaiannya, dll. Masih dipertimbangkan sih akan mencantumkan hewan-hewan mistis macam naga atau unicorn juga atau tidak). Anw, nama kerajaannya cocok gak ya? Atau ada ide lain? Aku belum tahu ini akan jadi berapa chapter. Mudah-mudahan bisa kuselesaikan sampai tamat ya *berdoa yang kuat*
.
.
Summary : Selama ini Taeyong selalu yakin satu-satunya orang yang berhasil mengisi hatinya hanyalah kakak seperguruannya, Park Chanyeol. Itulah mengapa Taeyong tak habis pikir mengapa jantungnya berdegup begitu cepat tiap kali Pangeran Jaehyun menggodanya. Mungkin karena ia begitu sebal dengan kelakukan Putra Mahkota Kerajaan Lumina yang akan segera naik tahta itu sampai Taeyong kehilangan kesabaran dan ketenangan dirinya?
Taeyong berada dalam masalah karena Pangeran Baekhyun sendiri yang memerintahkannya untuk menjadi pengawal pribadi Pangeran Jaehyun selama pemuda itu berkunjung ke kerajaan mereka. Adalah tugasnya untuk memastikan keselamatan Sang Putra Mahkota.
NCT feat EXO Kingdom!AU
Enjoy the story~
.
.
.
Taeyong paham ia tidak seharusnya menatap mereka seperti ini. Sebagai salah satu anggota Exodus, ia sepatutnya fokus pada tugasnya menjaga Sang Pangeran. Dirinya merupakan prajurit terkuat; bahkan The Great General Jaejoong—ayahnya sendiri—pun mengakui kapabilitasnya di hadapan Sang Raja. Jelas, alasan Taeyong tak bisa melepas pandang dan jadi terdistraksi dari tugasnya bukanlah karena ia tidak kompeten atau kurang pengalaman.
Hanya saja…..
Siapakah yang mampu menolak pemandangan indah yang tersaji di hadapannya ini?
Di sana, di lapang rumput luas di sisi barat kastil utama Kerajaan Firelight, Sang Pangeran tengah menunggangi kudanya secara perlahan dengan Jenderal Chanyeol berjalan di sisinya. Rambut hitam pekat Pangeran Baekhyun tersibak dimainkan angin yang berhembus pelan. Postur mungilnya bergerak konstan di atas punggung kuda putih. Sementara sosok tegap Sang Jenderal memimpin jalan sembari menuntun tali kekang kuda. Mereka tampak tengah berbincang ringan; bukan bahasan serius karena paras manis Sang Pangeran bersinar dengan seulas senyum cerah. Mereka bagaikan lukisan. Pemandangan teramat indah yang mampu membuat siapa yang memandang kehabisan napas karena terpesona.
Namun juga pemandangan yang mampu mematahkan hati seseorang.
Tentu, Taeyong paham ia tidak memiliki kesempatan melawan pangerannya sendiri. Itulah sebabnya ia hanya berdiri di sana; memandang lekat sembari berusaha menjaga pecahan hatinya tetap berada di tempat dan tidak menarik perhatian siapapun.
Seolah menyadari tatapannya, Pangeran Baekhyun mendongak dan tersenyum ke arahnya. Jemari indah itu melambai padanya, memberinya isyarat untuk mendekat. Dalam jeda satu hitungan, tubuh kurus Taeyong meninggalkan posnya dan berjalan menuju halaman barat kastil demi memenuhi panggilan Sang Pangeran. Pemuda bersurai silver ini berlutut tak jauh dari posisi kuda yang ditunggangi Baekhyun. "Anda memanggil saya, Yang Mulia?"
"Kemarilah," Sang Pangeran menyahut dan Taeyong mendekat masih dalam posisi berlututnya. "Oh, jangan berlutut begitu, tanganku tidak sampai."
Terlepas dari keheranannya dengan tujuan Sang Pangeran, prajurit terkuat Exodus ini meluruskan punggung dan berdiri di samping tunggangan Baekhyun—dengan kepala masih tertunduk dan pandangan terpaku pada tanah.
Alih-alih mendapat perintah, Taeyong merasakan sesuatu diletakkan di atas kepalanya. Jemari halus Pangeran Baekhyun menyapu helai putihnya sekilas sebelum suara lembut itu berseru, "Woaaah, cantiknya!" sembari bertepuk tangan riang. "Benar, kan, Yeollie?"
Taeyong bisa merasakan seniornya—Jenderal Chanyeol—tersenyum saat memberikan sahutan, "Tepat seperti yang Anda katakan, Yang Mulia. Anda telah membuat mahkota bunga yang teramat cantik."
Tawa halus Pangeran Baekhyun terdengar kala ia kembali berujar. "Lihat, Taeyong-ah, kita pakai mahkota kembaran."
Mengalihkan pandangan dari tanah, iris gelap Taeyong merefleksikan sosok Pangeran Baekhyun yang memang benar mengenakan mahkota bunga di atas mahkota peraknya—rangkaian bunga yang dibilang persis sama dengan yang diletakkan di kepalanya saat ini. "Kehormatan bagi Saya, Yang Mulia. Saya akan menjaga mahkota ini dengan sebaik-baiknya." Taeyong berucap dan kembali menundukkan pandangannya diikuti anggukan kecil.
"Tadi kami menemukan banyak bunga liar di seberang sungai kecil sebelah sana. Chanyeol membantuku memilih beberapa bunga untukmu. Dia bilang kau suka bunga berkelopak biru dan putih." Sang Pangeran berujar riang, dan Taeyong tak bisa menahan diri untuk tidak turut tersenyum.
"Anda memilihnya dengan sangat baik, My Prince," sahutnya.
Paras manis Baekhyun bersinar semakin cerah dengan senyum puas. "Haruskah kubuatkan juga untuk ayahku?"
"Yang Mulia Raja Yunho pasti akan senang," Chanyeol menjawab.
"Kalau begitu ayo pergi ke sana lagi! Ah, kau juga ikutlah, Tae. Aku ingin kau membantuku memilih bunganya kali ini. Aku ingin membuatkan satu juga untuk ayahmu; dia akan segera jadi ayahku juga." Baekhyun terkekeh kegirangan sebelum memberi isyarat pada Chanyeol dan Taeyong untuk mengikutinya.
Di tengah perjalanan mereka menuju padang bunga liar yang diceritakan, Sang Pangeran menghentikan kudanya secara tiba-tiba seolah teringat sesuatu. "Ah, aku hampir lupa memberitahumu. Pangeran Jaehyun mengirim surat pagi ini, mengabarkan ia dalam perjalanan kemari. Sepertinya ia akan tiba esok hari. Aku ingin memintamu secara khusus untuk menjadi pengawal pribadinya selama ia di sini, Taeyong-ah. Kuharap kau bersedia?"
Tanpa melewatkan satu detak pun, Taeyong dengan segera menjawab. "Dipahami, Yang Mulia. Keselamatan Pangeran Jaehyun akan menjadi prioritas utama Saya." Ia meletakkan telapak tangan kanannya di atas jantung dan menunduk rendah.
"Saya berani jamin keselamatan Pangeran Jaehyun berada di tangan yang tepat, Yang Mulia," Chanyeol berujar, bagai menyadari kekhawatiran Pangerannya.
Baekhyun mengangguk. "Aku percaya padamu, Taeyong-ah. Kudengar hal buruk terjadi pada Jaehyun dan juga Kerajaan Lumina. Kuharap ia tiba dengan selamat." Demi mendengar suara sendu Baekhyun, Taeyong tidak bisa tidak turut memikirkan Pangeran dari kerajaan sahabat itu. Mau tak mau prajurit terkuat Exodus ini pun menjadi waspada akibat kekhawatiran Baekhyun.
Meski, sejujurnya, Taeyong lebih tersentuh oleh kebaikan hati Sang Pangeran. Betapa tuannya ini begitu memperhatikan Pangeran Negeri Lumina hingga memperlakukannya seperti saudara sendiri.
Sungguh. Siapalah yang bisa melawan sosok sesempurna dirinya? Taeyong lebih dari mengerti untuk menjaga perasaannya tetap terkubur rapat-rapat.
.
.
.
-End of Prolog-
Mohon reviewnya~~
