Pembasmi Penjahat Kelamin
Cast : Seo Kang Joon - Baekhyun EXO - Xhanyeol EXO andt other EXO member
Yaoi / Boy X Boy / Boy Love
Rating Gimana ntar lah hehehe
- Kantor Polisi Seoul -
Baekhyun berdiri dengan wajah tegang di depan sebuah pintu. Ia kemudian menghela nafas sambil memastikan kalau seragamnya sudah rapih. His so nervous.
Ia lalu mengetuk pintu itu beberapa kali. Tak lama kemudian terdengar sebuah suara dari dalam yang memperkenankan dirinya untuk masuk.
Dengan hati-hati, Baekhyun memutar knop pintu lalu mendorongnya pelan. Di ruangan itu seorang pria berseragam polisi dengan beberapa pangkat terlihat sedang membolak-balikan sebuah dokumen. Pria itu adalah Kapten Suho, atasan Baekhyun.
Baekhyun kemudian menghampiri Suho. Berdiri dengan tegak, lalu memberi hormat pada atasannya itu.
Suho melirik sekilas pada Baekhyun, kemudian berpaling kembali pada dokumen di tangannya.
"Duduklah."
Tanpa menunggu lama, Baekhyun langsung mengambil tempat duduk di hadapan Suho yang hanya di batasi oleh sebuah meja saja.
Dia duduk dengan diam, tak berani untuk menanyakan alasan kenapa dirinya di panggil kemari. Ia lebih memilih untuk diam dan menunggu. Meskipun sejujurnya, Baekhyun penasaran juga. Sepengetahuannya, ia tak pernah melakukan sebuah kesalahan yang bisa membuatnya di panggil ke kantor Kaptennya itu.
Suho menutup map dokumen yang sudah selesai di bacanya dan kemudian menyodorkannya pada Baekhyun.
"Apa ini?" Tanya Baekhyun seraya membaca isi map itu.
"Itu tugas pertamamu." Jawab Suho sambil memijat pelan pelipis matanya. Dari raut wajahnya, Suho sepertinya sedang lelah.
"Jinja?!" Baekhyun terlihat antusias. Ia pun kembali membaca dokumen di tangannya.
Sebagai polisi baru, selama ini Baekhyun memang tidak pernah bekerja di lapangan. Ia kebanyakan bekerja dari balik meja. Yah, sekedar mengurusi masalah orang mabuk atau anak-anak sekolah yang sering berkelahi.
Dan menurut Baekhyun, itu sangat membosankan. Maka tidak heran kalau ia sangat bersemangat ketika mendapatkan pekerjaan di lapangan untuk pertama kalinya.
"Tapi kasus apa ini, Hyung?"
"Ya! Aku kan sudah bilang kalau di kantor panggil aku Kapten!" Ujar Suho menggerutu.
"Aye, Kapten!" Ralat Baekhyun sambil memberi hormat pada Suho.
"Ah, sudahlah. Terserah kau saja mau memanggilku apa." ujar Suho pasrah. Ke duanya memang sudah akrab sejak dulu, karena kebetulan Suho adalah teman dari Luhan, kakaknya Baekhyun.
Namun demi menjaga profesionalitas, keduanya sepakat untuk bersikap formal selama di kantor. Meskipun itu agak sulit, karena dengan sifat Baekhyun yang bawel dan cerewet, Suho pun kadang tidak bisa berbuat apa-apa.
Adik dan kakak sama-sama berisik, pikir Suho ketika sudah melihat Baekhyun berulah.
"Tapi kasus apa yang harus ku tangani ini? Kenapa tidak ada petunjuk sedikit pun?" Tanya Baekhyun heran. Dokumen di tangannya itu tidak terlihat seperti surat tugas, melainkan seperti kertas bekas buat bungkus gorengan.
Suho berdehem, "Seperti yang kau lihat, Baek, itu kasus pelecehan sexual." Ungkapnya.
"Oke, lalu?"
"Lalu apa? Tentu saja kau harus menyelesaikannya!" Seru Suho.
"Tapi Hyung ehh Kapten, di dokumen ini tidak tertulis siapa korban dan siapa yang jadi pelakukannya?" Protes Baekhyun.
"Makanya itu tugasmu untuk menyelidikinya. Kalau kau butuh petunjuk, cek saja papan buletin website kita." Ujar Suho memberi tahu, lebih tepatnya memerintah sih.
Baekhyun mendesis, "Papan buletin? Jangan bilang kalau kau memberiku tugas yang belum tentu kebenarannya. Ahh, Hyung, bagaimana bisa kau melakukan ini padaku?!" Protes Baekhyun.
"Kan sudah ku bilang ini tugasmu untuk mencari tahu!"
"Hyung ~~~" Baekhyun merajuk manja. "Siapa pun bisa menulis di papan buletin. Bagaimana bisa kita tahu itu benar atau tidak?!"
Suho menatap lekat mata Baekhyun. "Awalnya aku juga berpikir seperti itu, Baek. Tapi yang melaporkan hal ini tidak hanya satu atau dua orang, melainkan hingga 15 orang." Kata Suho.
"Tapi mereka Anonimus, Hyung. Siapa yang tahu kalau ternyata itu hanya ulah satu orang yang iseng." Ujar Baekhyun menganalisis.
"Tapi bagaimana kalau itu semua benar?" Baekhyun terdiam mendengar kata-kata Suho, ia tak punya jawaban untuk pertanyaan barusan.
"Baek, aku juga berharap itu tidak benar. Tapi bagaimana kalau kasus itu benar-benar terjadi? Kau tahu Baek, kasus ini terjadi di sekolahan. Aku tak ingin ada anak-anak lain yang menjadi korban." Ungkap Suho dengan mata menerawang.
Baekhyun masih diam mendengar kata-kata Suho. Benar apa katanya, jika kasus ini memang benar-benar terjadi, Baekhyun pasti akan sangat merasa bersalah kalau mengabaikannya. Lagi pula ia juga sangat benci dengan maniak sex yang menjadikan anak-anak sebagai korbannya.
"Baiklah, Hyung, aku akan menyelidiki kasus ini." Kata Baekhyun dengan mantap.
"Yeah, sudah seharusnya," sahut Suho.
"Benar atau tidak laporan itu, sudah menjadi tugas kita untuk memastikannya, Baek." Suho memberi petuah sebagai senior pada juniornya.
"Aku mengerti, Hyung. Lagi pula TK Yonsin ini tak jauh dari apartemenku, jadi aku punya banyak waktu untuk menyelidikinya." Kata Baekhyun.
Mendengar kata TK membuat dahi Suho berkerut. "TK? Apa maksudmu, Baek? Kasus ini terjadi bukan di TK Yonsin, tapi di SMA Yonsin." Ungkapnya.
"Mwo?" Pekik Baekhyun kaget. Dengan cepat ia membolak-bolak dokumen di tangannya untuk memastikan lokasinya. "Hyung, itu kan sekolahku dulu!"
Suho tersenyum angelic, lebih terkesan licik sih. "Maka dari itu aku memberikan tugas ini padamu, Baek." Katanya.
Baekhyun mendesis, ternyata Suho memang sudah merencanakan hal ini dengan matang. Pantas saja tiba-tiba ia di berikan kasus, padahal ia masih polisi baru di sana.
"Jadi, apa yang harus ku lakukan di sana?" Tanya Baekhyun.
"Kau akan menyamar menjadi murid di sana selama 1 bulan. Tapi akan lebih baik jika kau memecahkan kasus itu lebih cepat."
"Astaga, menyamar?" Seru Baekhyun dengan nada melengking. "Memangnya tak bisa ya jika aku menyelidiknya sebagai polisi saja?"
"Nde, memangnya kenapa?"
"Gak kenapa-kenapa sih. Cuman kan aku jadi gak bisa pamer seragam polisi di depan bekas guru-guru SMA ku," jawab Baekhyun dengan polosnya.
"Ya! Kau ini mau kerja atau pamer, hah?!" Omel Suho kesal, sementara Baekhyun hanya terkekeh geli.
Baekhyun kemudian berhenti tertawa tiba-tiba.
"Tapi Hyung, kenapa aku yang harus menyamar? Pasti aku ketahuan, guru-guru di sana kan pasti mengenalku." Tanya Baekhyun.
"Justru karena mereka mengenalmu, makanya kau bisa masuk ke sana dengan mudah tanpa harus repot-repot membuat surat pindah palsu. Urusan koordinasi dengan mereka adalah tugasku nanti. Kau hanya tinggal masuk saja ke sekolah itu."
Baekhyun mendesah. "Hmm, padahal aku sangat benci dengan tempat itu. Tapi kau malah memasukanku kembali ke sana, Hyung." Keluhnya.
"Kau beruntung bisa menjadi anak SMA lagi hihihi" ujar Suho menggoda Baekhyun yang hanya bisa mendesis kesal.
"Oh ya, apa aku boleh membawa senjata?"
Suho memasang wajah serius. "Byun Baekhyun -ssi, apa kau pernah melihat seorang anak SMA membawa senjata ke sekolah?" Tegurnya.
Baekhyun menggeleng. "Ya, nggak sih.." Gumamnya. "Tapi kalau terjadi apa-apa padaku bagaimana?" Tanyanya lagi.
Suho mengerling malas. "Kau ini polisi. Dengan atau tanpa senjata, kau harus bisa melindungi dirimu sendiri. Apa kau tidak di ajari itu di Akademi?" Ujar Suho dengan nada menyindir.
"Iya sih, tapi kan..."
"Gak ada tapi-tapian lagi, Baek. Kau hanya perlu melaksanakan apa yang ku perintahkan. Jangan membantah." Suho terlihat jengah menghadapi Baekhyun yang berisik dan banyak pertanyaan. Padahal di kepolisian ini dia dikenal sebagai pribadi tegas dan galak. Tapi jika di depan Baekhyun, kharisma sebagai Kapten langsung luntur. Mungkin karena Baekhyun sudah tahu Suho luar dalam, makanya ia tak segan padanya.
"Lagian kau tidak akan sendirian di sana. Ada Jongdae yang akan menemanimu menyamar."
Baekhyun hanya bisa beroh ria. Toh dia tak mengenal siapa itu Jongdae. Yang penting ia tak sendiri dalam kasus ini.
"Jadi, kapan aku harus mengerjakan kasus ini, Hyung?"
"Tentu saja mulai besok. Sekarang kau bisa pulang untuk mempersiapkan seragam dan peralatan sekolahmu, yah itu juga kalau belum kau buang sih." Perintah Suho.
"Kau bercanda, Hyung? Tentu saja aku sudah membuang benda-benda terkutuk itu!" Seru Baekhyun.
"Siapa bilang semuanya sudah di buang? Coba kau tanya Luhan. Ah, dia pasti senang melihat adiknya kembali ke sekolah."
Baekhyun menatap Suho dengan pandangan suram. "Kau dan Luhan Hyung itu sama-sama gila. Dasar orang-orang psiko!" Ujarnya.
Dia kemudian bangkit dari kursi dan bersiap pulang untuk menyiapkan perlengkapan menyamarnya seperti apa kata Suho. Namun saat dia hendak menutup pintu, Suho tiba-tiba memanggil namanya.
"Baekhyun!"
Baekhyun yang hendak menutup pintu langsung melongokan kepalanya ke dalam.
"Nde, Hyung?"
Suho tersenyum. "Jangan lupa belajar ya. Siapa tahu besok ada ujian matematika mendadak." Katanya dengan nada jail.
Baekhyun mendesis kesal. "Dasar, gila!" Gumamnya. Dan tanpa berbasa-basi lagi, ia langsung menutup pintu dengan keras sementara Suho hanya bisa tertawa puas di balik mejanya.
.
.
.
- SMA Yonshin -
SMA Yonshin adalah sekolah menengah khusus laki-laki. Letaknya berada di pinggiran kota Seoul sehingga mendapatkan julukan sekolah buat anak-anak buangan. Maksudnya, kebanyakan murid-murid SMA Yonshin adalah orang-orang bodoh yang gagal masuk sekolah favorit, dan juga kebanyakan anak-anak bandel masuk ke sekolah ini.
Sehingga tak heran kalau sekolah ini di sebut sekolah sampah karena kelakuan murid-muridnya yang pada bebal-bebal, suka tawuran, dan selalu melanggar aturan. Baekhyun saja dulu masuk ke sekolah ini karena terpaksa. Luhan yang tak tahu apa-apa tentang sekolah di Seoul maen memasukan saja Baekhyun ke sana.
Untung saja Baekhyun bisa menjaga diri dan kesuciannya dari pergaulan bebas SMA Yonshin.
Eh, bagaimana caranya uke seperti Baekhyun bisa menjaga kehormatanya di tengah belantara seme-seme mesum? Dengan kemampuan Hapkidonya yang tinggi, alih-alih menjadi murid korban bully, Baekhyun malah menjadi salah satu murid yang di segani di SMA Yongshin. Baekhyun juga pernah bandel kok, hanya saja masih dalam tahap wajar, semacam ngerokok di toilet atau bolos sih masih tergolong biasa.
Baekhyun menatap bekas gedung sekolahnya itu dengan malas. "Gak heran sih kalau di sekolah ini banyak masalah. Tapi pelecehan sexual? Cih, dasar anak jaman sekarang." Gumamnya prihatin.
Pria itu kemudian berjalan memasuki pelataran sekolah. Kendati ini sudah lewat 30 menit pelajaran di mulai, namun Baekhyun masih bersikap santai. Ia sudah hafal betul karakteristik bekas sekolahnya ini.
Telat adalah bukan sesuatu masalah bagi dirinya. Ketika dia masuk, gerbang sekolah bahkan belum tertutup rapat, sementara penjaga sekolahnya entah pergi kemana.
"Ahh, seragam ini membuat repot saja!" Keluh Baekhyun. Ia memperhatikan seragamnya yang nyaris kekecilan, terutama di bagian bokong dan selangkangannya, sehingga membuatnya kesulitan untuk berjalan.
Sebenernya Baekhyun ingin membeli seragam baru, tapi Luhan melarangnya. Kata Luhan, seragamnya itu masih pas kok di tubuh Baekhyun. Memang sih seragamnya tidak terlalu kekecilan banget, hanya saja bagi Baekhyun yang biasa mengenakan pakaian longgar, merasa tak biasa dengan seragam yang terlalu pas dengan tubuhnya itu.
"Pokoknya nanti aku harus minta seragam baru pada Suho Hyung!" Gerutu Baekhyun.
Selain seragamnya yang pas dengan tubuhnya, penampilan Baekhyun juga terbilang baru. Surainya yang tadinya berwarna coklat magenta kini berubah menjadi hitam pekat.
Ia bahkan mengganti model rambutnya dengan model berponi. Tak lupa kacamata berbingkai hitam tampak bertengger di atas hidungnya. Baekhyun melakukan semua ini demi misi penyamarannya.
Dia sengaja berpenampilan sebiasa mungkin, cenderung ke kutu buku sih. Ini di lakukan agar ia bisa dengan mudah mengorek informasi dari korban-korban pelecehan yang menurut Baekhyun pasti penampilannya gampang di tindas. Syukur-syukur kalau ia juga bisa menjebak pelakunya sekaligus, pikir Baekhyun.
Ahh, padahal dulu Baekhyun termasuk preman di sekolah ini. Tapi sekarang ia harus bersabar kalau dirinya di tindas orang.
Setibanya di ruang guru, ia nampak kebingungan. Dari sekian banyak guru di sana, tak ada satu pun yang ia kenali. Sepertinya banyak guru baru yang tak Baekhyun kenali. Wajar aja sih, mana ada guru yang betah ngajar di sekolahan setan ini, pikir Baekhyun.
"Baekhyun!"
Baekhyun terkesiap ketika seseorang menepuk pundaknya dari belakang. Ia lalu menengok ke belakang dengan refleks.
"Songsaenim!" Ujar Baekhyun antusias ketika melihat sosok pria di depannya itu.
"Ya, Byun Baekhyun. Lihat dirimu sekarang, kau sudah jadi polisi hebat!" Kata orang itu tak kalah semangat. Biasalah, seorang guru akan senang ketika melihat anak didiknya sudah sukses.
"Sttt! Jangan keras-keras, Songsaenim, kau kan tahu kalau aku sedang..."
"Ahh, araseo. Mianhae, aku hanya terlalu senang."
Pria dengan seragam olahraga dan tongkat kayu di tangannya itu adalah Kim Hansu, bekas wali kelas Baekhyun ketika ia masih bersekolah. Dulu, meskipun Baekhyun terbilang bandel, namun karena nilai pelajarannya memuaskan, maka tak secara langsung di menjadi anak emas Kim Songsaenim.
Pria yang sudah tak muda itu kemudian mengajak Baekhyun menuju meja kerjanya. Awalnya Baekhyun mengira Kim Songsaenim akan mengajaknya menuju meja yang dekat dengan mesin fotocopy, karena seingatnya di sanalah meja kerja Kim Songsaenim dulu berada.
Namun dugaannya salah, Kim Songsaenim malah mengajaknya ke ruangan lain yang berada di sebelah ruangan para guru.
"Uwaaa!" Baekhyun takjub ketika ia masuk ke dalam ruangan itu. Selama 3 tahun dia bersekolah di sana ia memang tak pernah masuk ke dalam ruangan yang tersebut.
"Anda jadi kepala sekolah sekarang?" Tebak Baekhyun.
Kim Songsaenim hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Baekhyun. "Bukan Kepala Sekolah, Baek. Lebih lepatnya Wakil Kepala Sekolah." Ungkapnya.
"Daebak!" Ujar Baekhyun tak mengurangi kekagumannya.
"Silakan duduk, Baek. Kau mau minum apa?" Tanya Kim Songsaenim.
"Tak usah repot-repot, Songsaenim." Jawab Baekhyun seraya duduk. Kim Songsaenim agak segan dengan Baekhyun, bagaimana pun dia sekarang adalah polisi, bukan muridnya lagi.
"Songsaenim, kau tidak perlu canggung seperti itu. Anggap saja aku Baekhyun yang dulu." Ujar Baekhyun yang bisa melihat raut kegelisahan di wajah Kim Songsaenim.
Pria itu tersenyum mengerti. Ia menyadari kalau sikapnya agak berlebihan, tapi untung saja kata-kata Baekhyun membuatnya lebih nyaman.
"Umh, anda sudah tahu kan kalau kedatanganku ke sini adalah untuk menyelidiki kasus pelecehan sexual yang terjadi pada murid-murid?" Tanya Baekhyun hati-hati. Ia tak ingin membuat Kim Songsaenim merasa tersinggung.
"Yah, aku sudah dengar semuanya dari Kapten Suho." Kim Songsaenim diam sejenak, lalu menghela nafas berat. "Aku juga sangat terkejut ketika pertama kali mendengar kasus ini terjadi di sekolah tanpa sepengetahuanku dan para staff guru lainnya."
"Aku rasa para korban merasa takut jika melapor pada guru, makanya mereka lebih memilih untuk meninggalkan pesan di papan buletin kepolisian." Kata Baekhyun. Ia merasa prihatin pada Kim Songsaenim, dia pasti sangat terpukul mendengar ada kasus pelecehan sexual di depan hidungnya, tanpa sepengetahuannya.
Jika di perhatikan dengan seksama, raut wajah Kim Songsaenim terlihat sangat lelah, beberapa bagian kulit wajahnya sudah mengendur seiring dengan penambahan usia.
Baekhyun sadar kalau penampilan gurunya itu berbeda dengan dulu. Kim Songsaenim pasti sudah mengalami hari-hari yang berat selama ini, pikir Baekhyun.
Kim Songsaenim kemudian meraih tangan Baekhyun dan menggengamnya. "Aku mohon tangkap penjahat itu, Baekhyun. Tolong selamatkan anak-anakku." Pintanya dengan lirih.
Baekhyun merasa terkejut dan canggung sekaligus melihat Kim Songsaenim yang dulu sangat bersemangat kini tak ubahnya seperti orang tua lainnya yang sudah renta.
"Aku janji pasti akan menangkap penjahatnya, Songsaenim." Ujar Baekhyun memastikan.
Melihat Baekhyun yang terlihat sangat yakin, raut wajah Kim Songsaenim berubah menjadi lebih cerah dan lega. Ia mengandalkan Baekhyun kali ini.
"Kalau kau butuh sesuatu, jangan segan untuk meminta padaku, Baek. Aku pasti akan membantumu sebisaku."
Baekhyun tersenyum. "Terima kasih, Songsaenim." Katanya.
.
.
.
Kim Songsaenim mengajak Baekhyun menuju kelas barunya. Selama di perjalanan, Kim Songsaenim tak henti-hentinya menegur murid yang masih keluyuran di tengah pelajaran.
Suara riuh rendah terdengar dari kelas-kelas yang mereka lewati. Baekhyun tersenyum mengingat masa sekolahnya dulu yang tak beda jauh dengan sekarang, padahal itu sudah 4 tahun yang lalu.
"Aish, sebenarnya makanan apa yang di berikan orang tuanya pada mereka? Kenapa anak-anak zaman sekarang susah sekali untuk di atur." Keluh Kim Songsaenim sambil sesekali memukul murid yang di lewatinya dengan tongkat kayu.
Baekhyun terkekeh geli. "Namanya juga anak-anak. Mereka hanya belum mengerti betapa kejamnya dunia di luar sana." Ujarnya.
"Aigoo, ternyata uri Baekhyun sudah dewasa sekarang." Kata Kim Songsaenim dengan nada menggoda, sementara Baekhyun hanya bisa mengulum senyum.
Ketika Kim Songsaenim ingin mengusap kepala bekas anak didiknya itu, Baekhyun tiba-tiba menghalaunya. Ia mengingatkan Kim Songsaenim agar tidak terlalu akrab dengannya atau setidaknya berpura-pura kalau mereka tak pernah bertemu sebelumnya. Intinya Kim Songsaenim harus memperlakukan dirinya sama seperti murid lainnya ketika mereka di depan orang lain.
"Ah, Songsaenim. Guru-guru di sini, apa semuanya guru baru? Aku baru melihat wajah-wajah itu sekarang." Tanya Baekhyun tiba-tiba.
"Nde, hampir semua staff guru di sini terbilang masih baru, bahkan termasuk Kepala Sekolahnya. Yah, kau tahulah, dengan murid-murid di sekolah ini, mana ada guru yang tahan bekerja di sini. Rata-rata mereka tidak memperpanjang kontrak setelah satu tahun." Ujar Kim Songsaenim mengungkapkan.
Baekhyun manggut-manggut mengerti. "Tapi kau masih bertahan di sini, Songsaenim. Apa kau tidak kepikiran untuk pindah mengajar ke sekolah lain juga?"
"Aku ini sudah tua, Baek. Tak akan ada yang ku dapatkan jika aku berpindah-pindah sekolah di usiaku ini." Jawabnya. "Lagi pula, kalau aku tidak bertahan di sini, mana mungkin aku bisa jadi Wakil Kepala Sekolah seperti ini kekeke"
Akhirnya Kim Songsaenim dan Baekhyun sampai juga di kelas 3-F. Baekhyun tersenyum geli melihat papan nama kelas yang berada tepat di atas pintu. 3-F, sama seperti kelasnya dulu. Kebetulan yang sangat lucu, pikir Baekhyun.
Kim Songsaenim mengajak Baekhyun masuk. Sontak saja semua mata tertuju pada keduanya, atau lebih tepatnya pada Baekhyun. Semua aktifitas yang mereka lakukan sebelumnya mereka hentikan demi rasa penasaran terhadap pria berkulit putih susu itu.
Kim Songsaenim mengambil tempat guru wanita yang tadinya sedang mengajar, tentu saja dengan meminta ijin terlebih dahulu.
Kim Songsaenim berdeham guna mendapatkan perhatian dari penghuni kelas itu.
"Hari ini kalian akan kedatangan teman baru. Namanya adalah Byun Baekhyun, dia berasal dari -"
"Songsaenim!" Sela seseorang dari murid yang berada di deretan belakang. "Kenapa harus anda yang memperkenalkannya? Dia kan punya mulut untuk memperkenalkan dirinya sendiri."
"Ah, tentu saja aku yang harus -"
"Tak apa-apa, Songsaenim. Biar aku yang memperkenalkan diri sendiri." Ujar Baekhyun yang menyadari kalau Kim Songsaenim merasa terintimidasi oleh perkataan murid kasar itu.
Baekhyun kemudian maju selangkah. Matanya menatap tajam lurus ke depan, tepatnya ke arah murid yang tadi menyela ucapan Kim Songsaenim. Di dalam hatinya, ingin sekali Baekhyun menjitak anak yang menurutnya tak sopan itu.
Tapi ia sadar kalau dirinya sedang dalam penyamaran, sehingga dia harus lebih bersabar.
"Namaku adalah Byun Baekhyun. Aku berasal dari Busan. Salam kenal." Seru Baekhyun memperkenalkan dirinya.
"Busan? Apa ayahmu nelayan?" Tanya murid itu.
Baekhyun hendak menjawab, namun ia kalah cepat dengan seruan murid-murid lainnya.
"Aish, aku tak mau dekat-dekat denganya. Dia pasti bau amis."
"Apa di Busan ada Mall?"
"Dia pasti kebanyakan bergaul dengan ikan gabus. Kasihan sekali."
Keadaan kelas kembali riuh rendah, sibuk dengan pertanyaan-pertanyaan yang menurut Baekhyun sangat tidak penting. Karena Baekhyun sadar, intinya mereka sedang meremehkannya.
"Aniyo, ayahku bukan seorang nelayan!" Seru Baekhyun dengan nada tinggi pada murid bercuping lebar itu. "Di Busan juga ada Mall. Kau pikir Busan itu di kampung, hah?! Dan juga aku tak pernah berteman dengan ikan gabus. Aku punya teman dan dia adalah manusia!" Seru Baekhyun dengan bergebu-gebu, nyaris berteriak.
Murid-murid diam seribu bahasa. Semuanya menatap Baekhyun dengan berbagai macam pandangan. Sesaat kemudian Baekhyun menyadari kalau dirinya sudah terbawa emosi.
Setelah menghirup nafas beberapa kali, Baekhyun kemudian berkata, "Yah, jadi begitulah..." Katanya dengan nada sebiasa mungkin.
.
.
.
TBC
