I Love You,Do You Love Me?
Disclaimer : Tadatoshi Fujimaki.
Chapter 1
"Jadi apa kasus hari ini Akashi-kun?" Tanya seorang gadis berambut biru langit sebahu sembari mengamati berkas yang ada di atas meja kayu, tempat ia berada sekarang.
"Baru saja terjadi kebakaran di salah satu rumah bangsawan di Yokohama, kebakaran itu di curigai polisi ada maksud tertentu didalamnya dan mereka menyuruh kita menyelidiki." Ujar seorang pemuda berambut semerah api yang duduk bersebrangan dengan gadis biru tadi.
"Begitu ya...apa ada korban jiwa dalam kebakaran itu?" Tanya sang gadis bersurai biru tadi, bernama Kuroko Tetsuna.
Akashi Seijuro menggeleng, pria berambut semerah api itu langsung menjawab pertanyaan Tetsuna, "tidak ada..kebetulan orang rumah sedang pergi berlibur ke London saat kejadian itu."
Tetsuna manggut manggut mendengar jawaban Akashi, "apa kita langsung ke TKP saja?" Tanyanya lagi
"Hm kurasa itu ide bagus." Akashi bangkit berdiri, dan berjalan keluar dari kantor mereka.
Akashi mengambil kunci mobil dari saku celananya dan berjalan kearah mobil sport berwarna hitam yang terparkir di depan kantor mereka.
Akashi membuka pintu mobil untuk Tetsuna, sang dara masuk kedalam mobil dan Akashi menutup pintunya, lalu masuk ke mobil lewat pintu satu nya.
Akashi menyalakan mobil itu dan melajukannya menuju Yokohama.
Akashi Seijuro dan Kuroko Tetsuna adalah partner dalam memecahkan kasus. Mereka berdua adalah salah dua detektif dari agen kepolisian.
Tak perlu waktu lama untuk sampai ke lokasi kejadian, mereka turun dari mobil dan berjalan mendekati rumah itu.
Mereka memandang sekitar, garis polisi dimana-mana, rumah itu sudah berubah warna menjadi hitam karena kebakaran kemarin malam.
"Ayo masuk." Akashi dan Tetsuna melewati garis polisi, lalu masuk kedalam rumah milik bangsawan.
Bentuk rumah itu sudah sulit untuk di jelaskan. Bentuknya sudah berubah nyaris tak berbentuk, Tetsuna dengan hati-hati menaiki tangga yang sudah terlihat rapuh menuju lantai dua rumah.
"Hati-hati Tetsuna." Ujar Akashi yang memeriksa di lantai satu. Tetsuna mengangguk singkat.
Tetsuna berjalan perlahan takut-takut kalau lantainya jebol karena terbuat dari kayu. ia perlahan menyusuri lantai dua yang terdiri dari empat kamar. Tetsuna tidak tau kamar apa aja itu.
"Hiks." Sebuah suara terdengar memasuki indera pendengaran Tetsuna samar-samar.
"Hiks." Suara itu terdengar lagi, membuat Tetsuna penasaran dan mengedarkan padangannya ke segela arah.
"Hiks hiks." Tetsuna mengira ngira suaranya berasal dari arah timur tepatnya berdiri sekarang. Ia berjalan memasuki kamar yang berada di timur.
Kamar itu sudah tidak berpintu, Tetsuna masuk kedalamnya.
"Hiks." Suara itu terdengar lagi. Tetsuna mendengar suara tangis dari dalam lemari pakaian.
Tetsuna membuka pintu lemari itu, tapi ternyata pintu nya keras dan sulit untuk di buka.
"Susah sekali ukh." Ucapnya sembari menarik narik pintu lemari itu dengan kedua tangannya.
Nampaknya pintu itu keras kepala, tetap saja tidak bisa terbuka. Ia menghela napas dan memanggil Akashi
"Akashi-kun bisa kemari sebentar...aku kesulitan." Ucapnya setengah berteriak.
Akashi yang ada di lantai satu, sedang mengumpulkan bukti menoleh kelantai dua, "aku kesana..tunggu."
Akashi naik kelantai dua, "dimana kau Tetsuna?"
"Aku dsini Akashi-kun!"
Akashi masuk kedalam kamar dan mendapati Tetsuna sedang menarik menarik gagang pintu lemari.
Akashi mendekati Tetsuna, "biar aku yang membukanya."
Tetsuna melepaskan tangannya dari gagang pintu dan mundur beberapa langkah.
Akashi menarik pintu itu, tapi tidak terbuka juga. kebetulan sebuah kayu tergeletak di kamar. Kayu itu berbentuk panjang dan pipih tapi nampak kuat.
Ia mencongkel pintu itu dengan kayu tadi beberapa kali. Brak! Pintu yang keras langsung terbuka.
Akashi menatap kedalam dengan mata membulat, didalamnya terdapat seorang gadis yang kira kira seumuran dengan Tetsuna sedang meringkuk sambil terisak pelan. Rambut panjang berwarna hitam pekatnya makin menutupi wajahnya.
Akashi berjongkok dan menyentuh pundak gadis itu yang gemetaran dengan pelan.
"Hei.." panggil Akashi pelan, gadis itu masih tidak merespon ia masih mempertahankan posisinya.
"Jangan takut...kami kesini untuk menolongmu." Akashi berucap sekali lagi berharap gadis itu mau menunjukkan wajahnya.
Nampaknya harapan Akashi terkabul, gadis itu menaikan wajahnya dan menatap Akashi dengan wajah sembap sehabis menangis.
"..." Akashi hanya diam, begitu juga Tetsuna yang melihat gadis itu.
"Ka-kalian siapa?" Tanya dengan suara parau namun masih dapat di dengar.
Akashi tersenyum tipis, "kami detektif dari kepolisian..apa kau baik-baik saja?"
Gadis itu mengangguk, "ya aku baik baik saja."
"Siapa namamu?" Tanya Akashi lagi.
"Hikari, Hikari Yumezawa.." jawabnya
"Aku Akashi Seijuro dan dia Kuroko Tetsuna." Ucap Akashi dan menunjuk kearah Tetsuna yang tersenyum kearah Hikari.
"Akashi-kun bagaimana kalau dia kita bawa ke kantor dulu, siapa tau dia bisa memberi keterangan." Saran Tetsuna.
Akashi mengangguk, "saran yang bagus Tetsuna, baiklah ayo ikut kami ke kantor untuk sementara waktu kau akan tinggal disana dulu."
Hikari hanya mengangguk pelan menurut, lagipula ia juga tidak tau harus kemana lagi sekarang.
Tetsuna memapah Hikari perlahan menuju mobil dan membukakan pintu belakangnya dan membantunya masuk kedalam. Setelah itu Tetsuna masuk ke mobil, begitu juga dengan Akashi.
"Baiklah ayo kita kembali." Ucap Akashi dan memutar kunci mobil menjadi mode on dan menyalakannya.
Mobil mereka hanya butuh beberapa menit untuk kembali ke kantor Akashi dan Tetsuna. Hikari keluar dari mobil dan menatap bangunan bercat cokelat dengan dua tingkat di depannya Bertuliskan Akashi Office Dectetive.
Akashi mengeluarkan kunci dan membuka pintu kantornya, "masuklah.."
Hikari masuk diikuti oleh Tetsuna di belakangnya.
"Selamat datang di kantor dektetif ini..untuk sementara kau akan tinggal disini." Ucap Tetsuna tersenyum tipis.
Hikari mengangguk, "a-ah i-iya terima kasih."
"Tetsuna tunjukkan dimana dia akan tinggal untuk sementara waktu." Pinta Akashi.
Tetsuna mengangguk dan menatap Hikari, "baiklah ikuti aku.."
-skip-
Sebulan sudah berlalu dengan cepat, Hikari sekarang membantu di kantor itu, ia menawarkan diri untuk sekedar membantu itung itung sebagai balas jasa.
"Akashi ini kopinya." Ucap Hikari dan menyodorkan cappucino kepada Akashi yang sedang membaca berkas kasusu rumah bangsawan itu.
"Ah terima kasih.." Akashi melepas kacamatanya dan meminum kopinya perlahan.
"Kuroko-chan ingin minum sesuatu?" Tanya Hikari.
Tetsuna menggeleng, "ah tidak terima kasih."
Hikari mengangguk paham dan naik kelantai dua kantor.
Akashi meletakannya gelas kopinya, "Tetsuna kau suka bunga apa?"
Tetsuna tersentak dan menatap Akashi, "kenapa mendadak menayankan itu?"
Akashi tersenyum tipis, "jawab saja."
Tetsuna meletakkan telunjuknya di dagu, "hm aku suka bunga tulip dengan aneka macam warna."
"Benarkah? Selera yang bagus Tetsuna, baiklah aku mau keluar sebentar." Akashi berjalan kearah pintu keluar.
Tetsuna hanya tersenyum tipis, "ah bagiku biasa saja."
Akashi tak menjawab lagi, ia sudah keluar dari kantor. Suara mobil Akashi terdengar menjauhi kantor dektetif itu.
Tetsuna menangkup pipinya dengan kedua tangannya, wajahnya sedikit bersemu merah, "uhm ada apa ya..Akashi-kun menanyakan soal bunga yang kusuka?" Gumamnya.
Lalu ia cepat-cepat menggeleng, menghapus pikiran pikiran aneh yang mendadak merasuki otaknya.
Tetsuna menghela napas, "hah lebih baik melanjutkan kerja.."
.
.
.
.
.
.
Matahari sudah hampir terbenam, Tetsuna sudah merapikan meja kerjanya dan bersiap kembali rumah untuk beristirahat.
Ia melirik arloji yang ada ditangannya, jam sudah menunjukkan pukul 6 sore.
Ia menatap kearah pintu. Kemana Akashi-kun kenapa lama sekali perginya, batin Tetsuna.
Ia menaiki lantai dua kantor dan mengetuk kamar Hikari sekali. Sang pemilik kamar langsung membuka pintunya.
"Ya ada Kuroko-chan?" Tanya Hikari yang sudah berdiri di ambang pintu.
"Aku ingin pulang duluan, nanti jika Akashi-kun kembali, bilang saja aku sudah pulang jadi dia tidak perlu menungguku." Jelas Tetsuna.
Hikari mengangguk mantap, "uhm akan kusampaikan!"
Tetsuna melambaikan tangannya, "baiklah sampai bertemu besok."
Ia menuruni tangga, dan keluar dari kantor menuju rumahnya yang tak jauh dari sini.
.
.
.
.
.
Besok paginya, Tetsuna datang terlalu pagi, semalam dia tidak bisa tidur hanya karena di tanya soal bunga keusukaan oleh Akashi. Ia sudah memberi pesan dulu kepada Akashi untuk tidak usah menjemputnya.
Tetuna membuka pintu kantor dengan kunci miliknya. Karena masing masing punya kunci sendiri.
Klek. Pintu sudah terbuka dan Tetsuna langsung masuk kedalamnya.
Ia menaruh tasnya di atas meja kerjanya dan duduk sejenak di kursi.
Tetsuna menyisir rambutnya dengan jari-jarinya sembari menatap kaca kecil berlist biru muda.
"Hmm~~" Hikari sedang bersenandung ria di kamarnya yang kebetulan terbuka.
Tetsuna yang penasaran langsung naik kelantai dua dan berdiri di depan kamar Hikari.
"Sedang apa Hikari-san?" Tanya Tetsuna.
Hikari yang sedang memunggungi Tetsuna langsung berbalik badan.
"Ah Kuroko-chan tumben sekali sudah datang! Lihat-lihat aku sedang menata bunga cantik ini agar mempercantik kantor ini. Bagaimana menurutmu?" Tanya Hikari.
Tetsuna menatap bunga dalam vas kaca itu, bunga-bunga tulip dengan beraneka macam warna yang segar dan enak sekali dipandang.
"Dari mana kau dapat bunga itu?" Tanya Tetsuna.
Hikari tersenyum lebar dengan rona merah tipis muncul di pipinya yang putih, "dari Akashi!"
Tetsuna tercekat, jadi ini maksudnya dia menyakan bunga kesukaanku eh?
Hikari mendekati Tetsuna yang sedang melamun, "Ano...Kuroko-chan? Kau tidak apa-apa?"
Tetsuna tersadar, "ah iie..aku tidak apa-apa."
"Bagaimana menurutmu Kuroko-chan..enakknya bunga cantik ini di letakkan dimana?"
"Kenapa tidak di kamarmu saja?" Tanya Tetsuna. Lebih baik aku tidak melihat bunga itu. Batinnya
"Akashi juga menyuruhku menaruhnya di kamarku...tapi aku tidak mau, masa cuma aku saja yang menikmati keindahan bunga ini." Jawabnya masih dengan wajah sumringah.
Tetsuna menunjukkan fake smile, "dimana saja boleh... ah aku mau turun dulu ya."
Ia cepat cepat menuruni tangga, dan keluar sebentar dari kantor untuk mencari udara segar. Rasanya jika terus berada didalam sana ia bisa kehabisan napas.
Tetsuna memilih untuk sekedar duduk di cafe yang ada di seberang kantor dengan segelas vanilla shake.
Ia memandang gelas vanilla shake berwarna putih itu yang tergeletak di atas meja. Tetsuna sadar kenapa mendadak Akashi bertanya dengan seperti itu. Padahal selama ini tidak pernah ada pertanyaan seperti itu.
"Hoi..." Tetsuna masih melamun sampai pundaknya di guncang guncang oleh orang lain.
Tetsuna menatap orang itu, "eh? Aomine-kun? Sedang apa disini?"
Aomine Daiki melepaskan topi polisinya dan mendudukan dirinya di kursi kosong sebelah Tetsuna.
"Kebetulan aku sedang ingin ke kantormu tapi karena aku melihatmu disini ya aku kesini saja." Ucap Aomine santai dan memanggil salah satu pelayan untuk menghampirnya.
Pelayan wanita itu buru-buru menghampiri Aomine, dan mengeluarkan pulpen dan notes kecil, "mau pesan apa?"
"Expresso satu ya." Jawabnya.
Pelayan itu langsung mencatat pesanan Aomine, "baiklah tunggu sebentar." Dan ia undur diri dari hadapan Aomine.
Tetsuna hanya terdiam dan menyeruput vanilla shake nya.
"Hei kau tidak tanya aku kenapa mau ke kantormu?" Ucap Aomine.
Tetsuna hanya menatap datar, "memang mau apa?"
Aomine mengeluarkan kertas dari saku bajunya, "aku sedang mencari orang ini...dia adalah buronan polisi akhir akhir ini tapi sulit sekali dicari."
Tetsuna menatap kertas berisi foto itu, mata birunya membulat sempurna, "i-ini..kenapa dia dicari?"
Aomine menatap serius kearah foto itu, "dia sudah terlibat banyak kasus kejahatan dan juga...kasus rumah bangsawan itu."
TBC
HAII~~ bertemu lagi dengan cerita saya yang satu ini.
Happy reading minna :*
