The Legend of Golden Banana

bananaprincess

The 2nd fanfict from me,,

AU dan OOC akan banyak ditemukan di fanfict ini.

Kisah ini merupakan kisah fiktif belaka, jika ada kesamaan tempat, waktu dan tokoh itu adalah merupakan hal yang disengaja.

Enjoy reading…

Dan jangan lupa review!

The Legend of Golden Banana

Prolouge

Golden Banana atau Pisang Mas adalah sebuah legenda yang terkenal diseantero penggemar pisang diseluruh dunia. Konon pisang ini hanya berbuah 500 tahun sekali dan tempat berbuahnya selalu berbeda. Meskipun begitu pisang ini juga tidak mudah untuk ditemukan dan didapatkan. Untuk mendapatkannya harus melewati berbagai rintangan serta persaingan dengan orang-orang yang juga menginginkan pisang tersebut. Mengapa orang-orang begitu berminat? Karena mitosnya bahwa pisang itu dapat mengabulkan permintaan si penemunya, satu permintaan saja. Tidak sembarang orang dapat menemukannya, hanya orang yang benar-benar menghayati dan mencintai buah pisang dengan sepenuh hati yang bisa mendapatkannya.

Dan kini, ketika pisang mas itu akhirnya muncul kembali...


The Destined Banana

Pulau Rambut, Kepulauan Seribu, November 2007

"Ouch!" pekik Ino ketika berjalan diantara pepohonan saat pengamatan Biawak. Teriakan Ino yang lumayan keras itu membuat banyak burung-burung yang sedang bercengkrama di atas dahan pepohonan menjadi berterbangan.

"Kenapa No?" tanya Tenten. "Ribut banget!"

"Kepentok dahan nih," jawab Ino sambil mengusap-usah dahinya.

"Ayo No, ntar ketinggalan nih kita. Udah pada di depan, katanya banyak ular sanca kembang disini, ada biawak pula. Matilah kalo kita digigit biawak, " pinta Tenten seraya mengamati jalan di depan mereka.

Rombongan pengamatan mereka pagi itu menuju ke menara pengamatan burung di tengah Pulau Rambut. Namun, rombongan sudah jauh di depan, Ino dan Tenten tertinggal karena keasikan mengamati seekor anak burung Kowak malam kelabu yang terjatuh dari sarangnya. Untungnya jalan menuju ke menara pengamatan sudah ada jalur tersendiri, jadi mereka bedua tinggal mengikuti jalan setapak yang ada.

"Eh, No ada pisang! Buahnya banyak, mateng-mateng lagi," ujar Tenten bersemangat.

"Mana?!" seru Ino tidak kalah semangat, suaranya bersaing dengan siutan suara burung dimana-mana.

Berdua mereka pun keluar dari jalur pengamatan untuk menghampiri tanaman pisang berbuah ranum tersebut. Batangnya tidak tinggi sehingga mereka berdua dengan mudah menjangkaunya. Pisang ambon yang enak, segar dan manis.

"Tapi aneh gak No, padahal disini kan gak ada primata," kata Tenten, tangannya cekatan membuka kulit pisang.

"Burung. Disebarin sama para kowak malam clubbing itu kali, atau pecuk-pecuk," jawab Ino asal.

"No, udah yuk. Kita ditinggal nih," rengek Tenten pada Ino yang sedang asik melahap pisang.

"Bentar dulu. Mendingan bawain sekalian buat mereka Tenten. Pasti pada seneng dan gak ngomel-ngomel," ujar Ino cuek. "Gak ada macaca juga kan disini, sikat aja semua."

"Rakus," sembur Tenten sambil melangkah menuju jalur interpretasi kembali.

"Eh, eh, tunggu Tenten! Satu lagi deh. Laper nih," balas Ino seraya mengambil satu lagi buah pisang dari tandannya. "Tenten," panggil Ino terdengar penuh ketakutan baru beberapa langkah berjalan.

"No, kenapa No?" Dengan cemas Tenten berbalik ke arah Ino.

Tenten melihat Ino yang diwajahnya terwarnai dengan rasa terkejut amat sangat. Ditangan Ino terdapat sebuah kulit pisang berwarna hijau kekuningan berpendar. Ciut rasanya nyali Tenten melihat hal itu, dimundurkannya kakinya selangkah.

"Tenten," ucap Ino dengan suara bergetar.

"No," jawab Tenten dengan suara tercekat. "Ayo lari."

Sekeliling tanah Pulau Rambut yang kering serta udaranya yang berbau pengap karena kotoran burung seketika berganti. Kabut turun, suhu terasa lebih rendah dengan pohon-pohon yang menghijau dan tanah lembap.

"No, ini dimana?" tanya Tenten pelan.

Di tempat mereka berdiri sekarang terlihat hamparan sawah menghijau yang dibatasi oleh sebuah bukit berbatu dan terjal. Lainnya berbatas dengan rimbunan pohon dan semak-semak setinggi lebih dari satu meter.

"Gak tahu."

Kemudian mereka sudah ada di tempat yang berbeda lagi. Di sekitar mereka ada perumahan penduduk, jalan berbatu dan tepian rawa yang luas. Sama sekali bukan Pulau Rambut yang beberapa saat lalu mereka pijak. Tak ada sawah, tak ada rawa, tak ada rumah penduduk di Pulau Rambut. Isinya hanya burung-burung. Sedangkan ini, begitu nyata bahkan angin yang berhembus pun mereka dapat merasakannya. Dua orang petani lewat disebelah mereka, mengobrol tanpa menyadari kehadiran Ino dan Tenten. Bicara dalam bahasa Sunda yang cepat, kata-kata yang ditangkap oleh mereka berdua hanyalah Jamungkal dan Rawa Danau.

"Jamungkal?" bisik Ino.

"Rawa Danau?" balas Tenten juga memandang Ino.

Pemandangan di depan mereka terhapus, kembali bersama suaka margasatwa Pulau Rambut yang gersang, panas dan bau kotoran burung.

"Eeee, kalian kok udah nyampe sini?" tanya Chouji. "Tadi kan ada di belakang."

Tenten dan Ino masih berpandangan tidak percaya. Bagaikan dilempar dari dunia mimpi.

"Chou, cubit tangan gw donk," pinta Ino pada Chouji.

"Eh, Ino, Tenten, udah duluan aja," Neji menghampiri mereka bertiga. "Dicariin Sakura tadi."

"Ouch!" Ino menarik tangannya dari Chouji. "Sakit dodol!"

"Woy kenapa tuh?!" Suara Lee terdengar dari kejauhan.

"Lha katanya minta dicubit," kata Chouji.

"Iya, sakit tau," sergah Ino cepat sambil mengibas-kibaskan tangannya.

"Sakit No?" tanya Tenten penuh kecemasan.

"Sakitlahh," seloroh Ino.

"Jadi," ucap Tenten.

"Jadi apa?" potong Chouji.

"Yang tadi," tambah Tenten lagi. Ino memandangi Tenten penuh penasaran.

"Udah-udah, jalan yuk. Udah pada di belakang tuh," Neji ikut-ikutan memotong perkataan Tenten.

"Reality," bisik Ino menyimpulkan.

TBC

Author note

Ular sanca kembang = ulat phyton (Phyton reticulatus)

Kowak malam clubbing: plesetan saya dan temen2 buat burung Kowak Maling atau Kowak Malam Kelabu (Nycticorax nycticorax)

Pecuk – pecuk : berbagai jenis burung Pecuk yang hidup di pulau rambut, ada pecuk padi, pecuk ular dll.

Macaca : kependekan dari macaca fascicularis atau monyet ekor panjang. Monyet2 yang banyak di parkiran taman safari itu lhoo…

jalur interpretasi : jalur yang biasa digunakan untuk kegiatan ekowisata di kawasan-kawasan konservasi.

Makasih juga buat yang udah ngreview fanfict pertama gw,, Nana YazuChi, hanaruki, Yukihara Kanata, Hyuuzu-chan, Tayuya-hime, dan Yonchan.

Yang belum baca fict pertama saya baca yah, Sayonara.

Thx for reading…