Yooo...minna-san. Perkenalkan author baru yang newbie..sebenarnya nih Akira adalah reader sejati. Hahahha..sebenarnya ini fanfic udah mau aq launching dah dari tahun kemarin. Tapi karena masih dilema yah baru sekarang di publish.
Yang punya Naruto itu om Masasi. Akira Cuma pinjem chara doank. Misalnya Akira yang punya pasti bukan Naruto lagi judulnya tapi SasuGaaHina. ... hahahaha...udah ah...
Note: mungkin ini agag geje? Kuarang kretive. Banyak tipo. N bahasa aneh.
Curcol sebentar...aku dilema karena temen sebangku yang baca ini, bilang bahasamu aneh...Hiks..hiks..hiks.. kok akira jadi geje gini...
Yaudah ini dia...Don't Like Don't Read...
n please Review...
Here we GOOO!
Cor heres
"kaigo"
悔悟
Tahukah kalian ketika seseorang berubah menjadi bukan orang itu? Yah malam ini seorang wanita telah merubah seorang pria menjadi sama dengan wanita itu. Ah ternyata wanita itu adalah suatu makhluk terkutuk. Vampire. Dengan demikian sudah dipastikan bahwa pria itu juga telah berubah menjadi vampire. Namun, ada yang aneh dalam diri wanita itu, dia tidak senang seperti kaumnya yang lain setelah merubah seseorang menjadi salah satu kaumnya. Dia sedih karena ia harus meminum darah pria itu. Sungguh wanita yang berhati lembut dalam kaum vampire, atau itu sama saja dengan penghinaan dalam kaum vampire?
Wanita itu seorang wanita berambut indigo yang seperti segelap malam, matanya lavender indah yang mampu membuat beku bila ada yang menatapnya. Kulitnya putih pucat sebagaimana vampire pada umumnya. Hinata, Hinata Hyuuga. Seseorang yang akan mewarisi klan vampire pada masa depannya nanti.
"Egrh...eghm.." tampaknya sang pria sudah mulai bangkit dari kematian singkat dan berubah menjadi vampire baru. Matanya tampak merah karena haus akan darah. Yah siapa yang tidak haus ketita semua darah dalam tubuhnya diambil dan digantikan sedikit dengan darah vampire? Pasti tidak ada, kecuali kalau ia seorang pure blood.
"A-ano, ap-apa kau haus?"tanya hinata begitu pelan dengan perasaan bersalah karena telah mengubah pria yang ada didepannya.
"Hn. Apa kau punya sesuatu yang bisa kuminum?"
"Minum? Eh, a-a-ada ta-pi, ini silahkan." Hinata menyodorkan tanganya pada pria itu, dengan bingung pria itu menerimanya.
'Gadis ini aneh, aku haus tapi kenapa ia sodorkan tangannya? Apa tangannya bisa diminum?' batin pria itu dengan tetap menatap lekat-lekat Hinata, sementara Hinata yang ditatap itu hanya bisa menunduk menyembunyikan rona merah dikedua pipinya. Namun begitu sadar apa yang dibingungkan oleh pria itu, ia mengiris pergelangan tangannya sehingga beberapa tetes darah mengalir seperti aliran sungai yang kecil.
"Minumlah...a-aku tau ini y-yang kau bu-tuhkan."
Dengan segera pria itu meminum darah segar Hinata. Rasanya aneh tapi begitu nikmat ditenggorokan. Yah sangat nikmat sekali. Tanpa sadar ia telah meminum darah segar itu terlalu banyak sehingga Hinata pingsan dalam pelukannya. (Author: dipeluk? Mau...!)
Karena tidak tahu harus bagaimana. Pria itu hanya membawa tubuh Hinata ke penginapan yang ada di seberang jalan. Ia masuk bersama Hinata yang berada digendonganya, semantara para pengunjung yang ada di penginapan hanya dapat melihat dan memandang mereka dengan beberapa perkiraan mereka sendiri. Merasa diperhatikan pria itu balik menatap pengunjung dan sekejap mata saja ia alihkan perhatian pada penjaga penginapan.
"Aku ingin menginap, 2 kamar." Kata pria itu tegas. Entah karena ia sedang sial atau kemujuran yang ia dapat karena penginapan sedang penuh dan hanya ada satu kamar yang tersisa itu saja kerena ada yang membatalkan pesanan kamar mendadak hari itu. Dengan berat hati atau kesenangan tersendiri ia menerima kunci kamar itu.
Dalam kamar sewa itu, hanya ada sebuah ranjang, lemari tua yang antik, sofa yang mungkin tidak akan menjadi teman yang baik untuk tidur. Pria itu meletakkan Hinata di ranjang ditengah kamar. Pria itu mengecek pergelangan tangan Hinata, betapa kaget nya tidak ada bekas luka secuil apapun. Padahal ia tahu bahwa tadi pergelangan tangan itu ... ah sudahlah toh tak ada bekas luka.
"Erghm..." Hinata mulai menggeliat, membuka mata perlahan. Sedikit kabur dan hanya bayangan kabur saja yang diterimanya, entah sekarang ada di mana tapi penerangan ruangan ini sungguh seperti keemasan. Mungkin karena lilin yang jadi penerangannya. Ditatapnya ada seorang pria yang tengah memandang dirinya menunggu reaksinya.
"Ano, kenapa aku ada disini?"
"kau pingsan"
"ah, jadi begitu. Maaf merepotkan."
"hn, kau pasti tahu tentang namaku, aku tak dapat menginatnya."
Yang benar saja, semua vampire juga tahu kalau bagi vampire muda yang baru saja bangkit semua memorinya semasa menjadi manusia akan terpendam bahkan dapat hilang bila vampire baru itu tidak cukup kuat untuk mengingatnya, itu sudah umum bagi mereka para vampire senior, dan sudah tanggung jawab bagi yang merubah seseorang menjadi vampire maka vampire itu harus memberikan nama pada vampire baru bangkit itu.
Dengan gugup Hinata berfikir untuk memberikan nama apa pada vampire pria ini. Ini baru pertama kali dalam hidupnya memberi nama pada seseorang, yah selama ini memang Hinata hanya minum darah dari kantong darah yang disediakan dirumah, tapi malam ini karena melihat pria itu sedang sekarat dan Hinata ingin menolongnya.
Hinata berfikir cepat, ia menatap pria itu meneliti mungkin saja ada suatu ciri yang dapat dijadikan nama. Ah.. dapat.
"Ehm...an-ano, namamu Sasuke." Kata Hinata mantap dengan melihat model rambut Sasuke.
"Sasuke. Kau?"
"Hinata"
Keheningan menyelimuti mereka. Tak ada suara maupun bunyi yang timbul dari kedua mulut mereka.
Brakkk
Pintu teerbuka dengan paksa, seorang pria dengan rambut coklat panjang yang kalau dilihat sangat lembut, dan matanya yang apa namanya seperti mutiara? Kulit yang pucat, ah ternyata dibelakangnya ada seorang ah tak kalah tampan dari yang pertama, memiliki rambut pirang panjang dan senyum yang selalu menghiasi wajahnya dengan mata biru pucatnya.
"Nona, anda tidak apa-apa?" tanya kedua pria itu, dengan menatap Hinata.
"Ti-tidak apa-apa Neji-nii, Minato-san."
"Bagaimana kau bisa baik-baik saja Hinata-chan, kalau Vampire tak tahu diri ini meminum hampir seluruh darahmu?" Walau kata-kata itu diucapkan Minato dengan tersenyum namun mereka tahu ada nada sinis didalamnya.
"E-eto itu tidak benar, kan itu salah ku juga." Bela Hinata, walau tahu bahwa pendapatnya selalu tidak dianggap oleh mereka. Mereka hanya mementingkan keselamatan Hinata, dan apa yang terbaik bagi Hinata, walau Hinata menolak.
"Benarkah?" masih tidak percaya, ah memang susah. Apalagi Minato dan Neji nii sangat protektif terhadapnya.
Sementara itu Sasuke hanya diam mangamati, gadis itu dipanggil nona, apakah ia gadis yang penting bagi mereka berdua? Mengapa Sasuke harus peduli.
Minato membopong Hinata hingga gadis itu seperti anak kecil tak berdaya dan di gendong sang kakak, sementara Neji menatap tajam Sasuke.
"Kau, ikut kami." Ucap Neji singkat pada Sasuke.
Tanpa menjawab ia mengikuti keduanya. Melintasi beberapa lorong penginapan dan membayar sewa kamar. Melintasi beberapa petak tanaman yang menjadi kebun kecil penginapan. Mereka masuk dalam mobil limosin hitam mengkilat, Minato yang menggendong Hinata masuk duluan dan membaringkan Hinata dalam sofa panjang dan menjadikan pahanya sebagai alas kepala Hinata tidur. Diikuti oleh Sasuke dan Neji yang duduk dihadapannya. Walau diamati seperti apapun juga Limosin ini tidak seperti limosin pada umumnya. Desainnya begitu elegan dan dengan beberapa pegangan perak. Meja kecil dari perak. Bahkan kalau palpis mobil ini dibuka ada lapisan perak di dalamnya. Yah ini adalah limosin yang akan menjaga keamanan vampire. Sekaligus membelenggu vampire bila ia marah.
Meski mereka duduk dengan tenang. Namun suasana tidak nyaman tercipatakan begitu saja di dalam limosin. Bagaimana tidak, Neji saat ini dengan senang hati memberi deathglare gratis tanpa bayar ke Sasuke. Begitu pula dengan Minato. Walau Minato memandang Sasuke dengan senyum yang tersungging di wajahnya. Namun tatapan matanya mengatakan sebaliknya.
Dengan keheningan yang ada di dalam limosin, entah sudah berapa lama tapi mereka telah sampai di sebuah castle indah dengan tebing yang melatar belakangi dan kebun indah di depan halaman castle.
Dengan hati-hati Minato menggendong Hinata menuju sebuah kamar yang berada di lantai dua di ujung lorong. Begitu pintu terbuka tampak warna putih dan biru indigo yang menjadi dominan kamar itu, ranjang putri dengan corak bunga lavender berada di tengah ruangan, meja rias dan beberapa perabot lain tertata apik dalam kamar itu, mencerminkan bahwa yang memiliki kamar itu mempunyai sense yang bagus dalam seni dekorasi ruangan.
Hinata dibaringkan dalam ranjang, ditariknya selimut tebal warna senada dengan tempat tidurnya ke tubuh mungil Hinata. Mengusap pelan dan merapikan poni manis Hinata. Perlahan Minato berjalan menuju pintu dan menutupnya pelan.
Sebentar lagi fajar akan menyingsing dan semua vampire akan tidur, jadi mereka berdua harus membereskan vampire baru bangkit itu.
"Siapa namamu?" tanya Neji tajam pada Sasuke
"Sasuke." Jawabnya dengan enggan dengan menatap mata Neji.
"Baiklah kau akan masuk klan kami, dan kau harus mematuhi aturan-aturan disini. Terlebih lagi kau tak boleh lagi meminum darah Hinata."
"kenapa?"
"Darahnya lebih berharga dari nyawamu." Ucap Neji tajam.
Bingung dengan jawaban Neji, Sasuke hanya diam dan menatapnya.
"Sudahlah Neji, tunjukkan saja kamar untuk dia, dan mari kita tidur, matahari akan segera terbit." Ucap Minato dengan menuruni tangga menuju mereka. Dengan perasaan malas bercampur kantuk.
"Tidurlah, pantat ayam, kamarmu ada di lantai dua nomor dua dari ujung. Ingat jangan pernah masuk kamar yang di ujung. Mengerti?"
"hn"
Avoir une suite
Dengan berat hati Akira akhiri sampai disini. Di sambung chap depan...
Jangan kapok baca karya Akira yah...mohon Riphiuw...
Mau Flame (ex. Njelekin pair), mau ngasih saran, ngasih pendapat silahkan monggoo... saya tunggu...
Ja nee minna-san...
