Musim panas telah berlalu, berganti dengan musim yang dinantikan banyak orang selain musim semi, yaitu musim gugur. Perlahan tapi pasti, temperature udara di Konoha mulai mendekati titik beku. Pakaian orang-orang mulai berganti dengan bahan wol.
Dan dipermulaan musim gugur ini pulalah, kisah ini di mulai.
Kisah sepasang manusia yang kembali dipertemukan oleh takdir…..
Aki
.
Disclaimer:
Naruto © Masashi Kishimoto
Angel of Life © Aimoto Mizuho
.
Dedicated for SasuHina days Love (SHDL)
.
Prolog
.
Awal musim gugur, September 20xx
Langkah gadis begitu tergesa-gesa. Rambut lavendernya sedikit tersembunyi di dalam topi perawat yang dikenakannya. Papan dada setia berada di dalam genggamannya.
"Hyuuga-san," merasa namanya dipanggil, gadis yang mengenakan seragam perawat itu berhenti berjalan. Gadis itu berbalik, mendapati seorang gadis berambut merah jambu dengan jas dokter menghampirinya. "Apa kau sibuk, Hyuuga-san?" tanyanya dengan senyuman dikulum. Hyuuga Hinata mengatur nafasnya sebelum menjawab pertanyaan dokter muda dihadapannya ini.
"Tidak, ta-tapi…."
"Bagus!" potong gadis berambut merah jambu itu. Haruno Sakura – dokter berambut merah jambu itu kemudian menarik tangan Hinata dan menarik tubuh itu agar mengikutinya kea rah yang berlawanan dengan arah yang ingin dituju oleh Hinata.
"Eh? Ha-Haruno-sensei…."
"Aku tahu shiftmu sudah habis, tapi aku ingin mempertemukanmu dengan salah seorang pasien yang akan dirawat olehmu," ucap Sakura lagi-lagi memotong perkataan Hinata. Hinata menghela nafas pasrah.
.
.
Gadis itu ditarik ke sebuah ruangan yang cukup luas dengan satu tempat tidur dan beberapa perabotan yang lain.
"Ah… kenapa kau malah membuka jendela di malam hari !" ucapan Sakura membuat Hinata menoleh ke kanan. Pemandangan yang dilihatnya adalah sosok Sakura yang tengah membelakanginya tengah berkacak pinggang beberapa meter dari jendela. Hinata dapat melihat kaki yang terjulur di atas kusen jendela rumah sakit yang cukup lebar. Namun Hinata tak bisa melihat wajah pasien yang akan jadi tanggung jawabnya mulai esok hari. Maka gadis berkulit putih itu mendekati Sakura.
"Hn," jawab si pasien terdengar tak peduli akan ucapan Sakura sebagai dokter tanggung jawabnya membuat langkah Hinata terhenti. Gadis itu terpaku dan terkejut karena dia mengenali suara berat serta jawaban "Hn" nya itu.
Jangan-jangan….
Demi Tuhan semoga ini hanyalah dugaannya saja.
"Memang di awal musim gugur ini, suhu belumlah terlalu dingin, tapi tetap saja kau tidak boleh membuka jendela di malam hari. Angin malam tidak baik untuk kesehatanmu!" ucap Sakura kini berjalan lebih mendekati pasien itu, sementara Hinata masih terpaku di tempat. Hinata mendengar pasien itu mendecih kesal.
"Aku hanya ingin melihat bulan kok," ucapnya berusaha mempertahankan posisinya di ambang jendela. Sakura jelas menggeleng dan segera menarik pasiennya dari kusen jendela kemudian menutup jendela dengan kasar.
"Kalau ingin melihat bulan kau bisa melihatnya dipertengahan bulan September nanti. Saat itu bulan akan terlihat sangat indah," ucap Sakura kesal, pemuda itu kembali mendecih. "Nah akan kuperkenalkan kau dengan perawat yang akan merawatmu selama di sini," ucap Sakura kemudian berbalik menghadap Hinata yang sudah tidak bisa bergerak lagi saking shocknya.
Karena gadis itu mengenal pasien laki-laki yang berada dihadapannya, yang masih memandang ke luar jendela.
"Nah, Hyuuga-san," mendengar kata 'Hyuuga-san' membuat pemuda yang sebaya dengan Hinata langsung memalingkan wajahnya dengan ekspresi terkejut untuk beberapa detik karena tak percaya dengan apa yang dilihatnya. "Namanya Uchiha Sasuke,"
Mendengar nama itu membuat Hinata semakin tak bisa bergerak karena ngeri. Demi Tuhan gadis itu bisa melihat wajah pemuda yang sebenarnya tampan itu menyeringai secara keji ke arahnya.
"Mohon bantuannya, Hyuuga-san," kata Sasuke dengan seringai yang belum lepas dari wajahnya.
Hinata Hyuuga menjerit dalam hati….
.
.
Lampu diruangan itu tak dinyalakan. Namun kita bisa melihat ruangan itu cukup jelas karena langit yang cukup terang meski malam sudah lama dating menyinari ruangan itu dari jendela yang tidak ditutup gorden. Tampak seorang pemuda dengan rambut emo tengah dalam posisi setengah berbaring. Tangan pemuda itu memegang sebuah foto. Ditatapnya lembut foto tersebut, kemudian seulas senyum tipis penuh kerinduan muncul di wajahnya, menambah ketampanan pemuda itu.
"Akhirnya…" pemuda itu bersuara dengan pelan. Satu telunjuknya menyentuh foto itu dengan perlahan, kemudian dengan pelan bergerak menyusuri foto tersebut. "… kita bertemu, Hinata."
.
.
Hinata tiba-tiba saja bergidik. Seorang pemuda yang berada di sampingnya menatapnya khawatir.
"Apa kau kedinginan, Hinata?" tanyanya membuat gadis itu menggeleng kemudian menyeruput capucinonya. Pemuda itu kemudian merangkul Hinata, membuat gadis itu merona.
"Go-gomenne Sai-kun, la-lagi-lagi aku terlambat di kencan kita," sesalnya membuat pemuda bernama Sai itu menggeleng maklum.
"Tidak apa," ucap Sai pengertian. Jemarinya menyusuri rambut panjang berwarna lavender itu. "Untukmu sih menunggu berapa lamapun akan kulakukan," lanjutnya membuat kedua pipi Hinata yang terlihat menggemaskan itu memerah. Gadis itu kemudian menyandarkan kepalanya di bahu pemuda berambut hitam kelimis itu, menyamankan tubuhnya di samping sang pemuda yang kini menyentuh pinggulnya, membawa Hinata semakin mendekat ke tubuh si kemudian meremas baju bagian depan kekasihnya.
"Arigatou," ucapnya lembut, membuat pemuda itu tersenyum tulus. Berada di pelukan orang terkasihnya membuat pikiran Hinata akan satu cowok bernama Uchiha Sasuke lenyap.
.
.
Suasana di ruangan itu tegang. Hinata, dengan gelisah memegang papan dadanya. Tangan kanannya memegang pulpen.
"A-Anu…"
"Sudah lama ya," pemuda itu memotong ucapan Hinata. Membuat Hinata hanya bisa kembali menegang. Suasana benar-benar canggung terasa. "Tak kusangka kau menjadi seorang perawat, apa ayahmu mengizinkanmu?" pertanyaan itu membuat suara Hinata serak.
"Bu-bukan urusanmu!" ucap Hinata sembari beranjak ke tempat infuse terpasang. Mengatur sesuatu di dekat tabung itu kemudian mencatat sesuatu di kertas yang ada di papan dada itu. "Ji-jika ti-tidak ada yang kau butuhkan, ak-aku mo-mohon pamit," ucapnya gugup sembari berbalik pergi namun langkah Hinata tertahan karena tangan Sasuke menyentuh tangan Hinata, membuat Hinata terkesiap dan segera melepaskannya dengan paksa, namun cengkraman Sasuke lebih kuat dari tenaganya.
"Hinata, aku ingin minta maaf. Tiga tahun yang lalu aku –"
PLAK!
Rasa panas di pipi pemuda itu membuat ucapan pemuda itu berhenti. Hinata menampar pipinya dengan keras dan itu membuat cengkraman Sasuke di lengan Hinata terlepas. Mata onixnya menatap mata lavender Hinata dengan tatapan terluk, sama dengan mata Hinata yang menatap mata onyx itu dengan tatapan luka.
Tanpa banyak bicara, Hinata meninggalkan pemuda itu dengan air mata yang merembes keluar….
.
.
"Kanker otak stadium lanjut," ucapan Sakura membuat Hinata tersentak. Dia duduk di kursinya dengan gelisah. Gadis itu tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh dokter muda itu. "Sasuke-kun terkena kanker otak stadium lanjut, sudah tidak bisa dioperasi," ucap Sakura lagi. Mata emeraldnya menatap Hinata sendu. Siapa yang tidak sedih jika teman semasa SMAmu mengalami penyakit yang parah?
Sakura kemudian menggenggam tangan Hinata yang berada di atas meja kerjanya, membuat Hinata tersentak kaget.
"Maaf Hinata-chan," hanya jika mereka berdua, Sakura memanggil nama kecil perawat dihadapannya. Perawat sekaligus sahabat terdekatnya. "Maaf karena aku memaksamu untuk merawatnya, tapi aku punya alasannya," ucap Sakura memelas. Gadis berusia 25 itu menatap wajah Hinata yang kusut. "Maafkanlah dia, Hinata," ucap Sakura membuat Hinata menggeleng. Bibir bawahnya digigit dengan keras olehnya.
"A-Aku ti-tidak bisa," ucap gadis itu membuat Sakura mendesah kecewa. Dia tahu, akan sangat sulit membuat seorang Hyuuga Hinata memaafkan seorang Uchiha Sasuke. "A-aku sudah punya Sai," ucap Hinata lagi.
"Aku tidak memintamu untuk kembali bersama Sasuke, aku hanya memintamu untuk memaafkannya. Paling tidak bersikaplah baik kepadanya,kau alasannya untuk tetap bertahan hidup," ucap Sakura membuat Hinata mendongak ke arahnya.
"Apa maksudmu, Saku-chan?" tanyanya menyelidik. Sakura mendesah.
"Sasuke-kun masih sangat mencintaimu Hinata-chan."
.
.
Hinata berjalan dengan gontai. Gadis itu keluar dari loby rumah sakit tempatnya bekerja dengan wajah lelah. Ya, gadis itu lelah karena begitu banyak hal yang dialaminya. Berterima kasihlah kepada otaknya yang masih bisa berkonsentrasi pada pekerjaannya di rumah sakit, jika tidak berapa banyak pasien yang akan terancam keselamatannya.
"Hei," suara berat itu membuat Hinata mendongak. Seorang pemuda bertubuh lebih tinggi darinya memasang senyuman terbaiknya untuk Hinata. Hinata membalas senyum itu dengan seimpul. "Kau terlihat sangat lelah, Hinata," ucap pemuda itu kemudian melingkarkan syal di leher kekasihnya. "Kau lupa syalmu? Meski musim gugur tidak sedingin musim dingin, kau harus tetap menggenakan syal, Hinata," nasihatnya penuh pengertian. Sementara orang yang dinasehati hanya menatap Sai – nama pemuda itu dengan pandangan yang tak bisa didefinisikan. "Hinata? Kau baik-baik saja?"
Gyut!
Tiba-tiba saja gadis itu mendaratkan tubuhnya di tubuh pemuda bermata onyx itu, mata yang sama dengan mata Sasuke. Erat, Hinata memeluk Sai, matanya terpejam dengan erat, menghayati setiap debaran rasa yang tak biasa begitu berada dekat dengan Sai, apalagi ketika kedua lengan sai semakin membawa gadis itu ke dalam pelukannya.
Hinata menahan diri untuk menangis saat itu juga.
"Aku ada di sini," ucapan lembut itu terdengar. Ucapan Sai, pemuda yang begitu mencintai Hinata sejak lama, yang selalu menunggu gadis itu setiap saat, yang selalu memikirkan gadis itu, yang selalu merindukan detik-detik ketika pemuda itu tidak bersama Hinata, bidadarinya.
Sai sungguh sangat mencintai Hinata, meski dia tahu,
Hinata tidak benar-benar mencintainya….
To Be Continued
GaJE!
Argh!
Gomenne, jadinya malah multichap, hiks..hiks… payah~
Dan kenapa jadi ada Sai sih? Padahal dalam rencana gak ada tuh, dan rencananya mau samua full SasuHina, tapi sepertinya tidak bisa ya… hahahahaha
Curcol dikit, demi membuat fict ini aku rela mencari sumber tentang autumn dan otak, hahaha… sungguh menyenangkan sekali~
Jadi aku berharap agar para readers menyukai cerita yang aku buat, so, mind to review?
Ini barulah prolog, gak apa-apa kan? *Puppy eyes no jutsu*
