FIREWORK
Kuroshitsuji (c) Toboso Yana
Don't Like Don't Read
Read on your OWN risk.
Ayashi Dina's request fanfic.
Inspired by Katy Perry's Firework. Aku baru sadar kalau lagu itu PAS BANGET sama yang kejadian di dunia, dan gebleknya baru sadar sekarang -_-
Oh ya, ini cuma sedikit maksud dari vidclip Firework-nya KP, bagian cowok-cowok ciuman di klab ituloh. Yah~ watch it by yourself. TAPI ITU KEREN BANGET. *brb bawa spanduk demo* *loh*
*u*
Cause baby, you're a firework. Come on, let your colors burst.
Sebastian Christopher Michaelis. Multi-talented all time idol dari Amerika.
Ciel Leonard Phantomhive. Well-educated famous lawyer dari Amerika.
*u*
Los Angeles, California
Sebastian Michaelis membenarkan topinya yang ia pakai untuk menghalangi sinar matahari dari atas kepalanya. Sedikit memainkan tarian tap selama berjalan ke arah sedan BMW yang menunggunya di ujung karpet merah piala Oscar, di luarnya, tentu.
Seorang gadis berambut pirang keemasan dan kulit putih pucat menunggu disana, menyilangkan kaki, memakai setelan celana panjang hitam, blus putih sedikit bercorak hitam, dan blazer hitam.
Sebastian sedikit menari kembali di ujung pintu mobil sebelum menutupnya dan menyalakan mode jendela "SCIF", namun tentu—apa yang penting dari pembicaraan di sana hingga butuh mode SCIF milik agensi pemerintah?
Ya, mode jendela "SCIF" ini, dimaksudkan untuk memasang kaca film 100%, hingga mereka semua hanya bisa menatap pantulan wajah. Bahkan, ada jendela penyekat di antara supir dan penumpang, di mana Sebastian dan gadis itu ada. Well.
Itu bukan sembarang gadis.
Oh, ya. Tempatnya juga kedap suara, jadi ... takkan ada yang tahu kalau ada pembunuhan terjadi di sana. Persis mode SCIF agensi pemerintah, kau benar.
_._._._._._._._
"Mmm, bibirmu tetap akan sama seperti sebelum-sebelumnya. Yumm." Sebastian menjilat bibirnya sendiri. Ia melepas wig pirang yang menutupi rambut asli kekasihnya. Biru kelabu.
Seperti sebelumnya, itu bukan sembarang gadis.
"Aku benci saat kau menebar pesona di karpet merah untuk semua penggemarmu. Aku cemburu, kau tahu?" Ciel Phantomhive, gadis itu, atau tepatnya, pemuda itu, membanting tubuh Sebastian ke bawahnya. Menukar posisi.
"Ha-ha, don't worry, honey. Kau tahu aku menebar pesonaku padamu ...," Sebastian mendekatkan kepala kecil Ciel ke pundaknya, lalu mendekatkan bibirnya di telinga Ciel, "di atas ranjang. Rawr."
Ciel menggeplak punggung Sebastian pelan, lalu mengangkat kepalanya, menatap Sebastian. Ketiga kata itu.
"I love you."
"I love you, too."
*u*
An Apartment.
"Maaf, selebritis. Aku bukan tipe orang dengan rumah mewah, meskipun aku tinggal di rumah mewah jika ada di Inggris," ejek Ciel pada Sebastian yang baru menggantungkan jas dan topinya di gantungan di sebelah pintu, menutup alarm pencurian.
"It's alright, selama ini tempatmu." Sebastian mengecup leher Ciel yang terdapat hickey darinya.
"Nggh—biarkan aku membuatkan kopi untukmu dan aku." Ciel mendorong Sebastian darinya dan berjalan ke dapur.
Sementara itu, kekasihnya mengikutinya dan duduk bertopang dagu di depan bar kecil yang membuatnya menatap tubuh belakang Ciel.
"Woof, woof." Sebastian menggoda Ciel kecil.
"Kenapa?" tanya Ciel sambil berjalan memutar ke sebelah Sebastian dan memberikan cangkir kopi lelaki kesayangannya itu.
"Ikut aku. Please. Aku bosan—aku bosan berpura-pura. Aku mau membuka semuanya. Lagipula—aku tidak perlu takut—teman-teman SMA Raversham-ku tahu. Apalagi, Grellia dan Claude, kau tahu—meskipun Grellia tetap, tetap menganggapku normal—dia teman perempuanku yang terbaik. Dan Claude—dia—dia seperti kloninganku. Kau mengerti—aku akan mengakuinya." Sebastian berkata sedikit kesusahan. Dia berulang kali memutar-mutar kepala, memegang pelipis, menatap mata Ciel, dan berakhir dengan memegang pelipis dan menatap Ciel.
"Aku tak mau—jangan sekarang. Mereka tahu aku pengacaramu saja, yang kebetulan dulu dekat sekali, menghabiskan masa kecil bersama dari London ke Moskwa, dari Moskwa ke Seoul, dari Seoul ke San Francisco, dari San Francisco ke Seattle, dari Seattle ke Paris, dari Paris ke Brasilia, dan dari Brasilia ke Los Angeles." Ciel tersenyum kecil.
"Kau berpura-pura tersenyum. Ingatlah, aku sarjana psikologi dan seni." Sebastian mengerling sebelum meminum espresso-nya.
"Terkadang, aku ingin mencari alasan untuk menamparmu." Ciel ikut meminum kopinya. Dia tertawa kecil, lalu mencium Sebastian. Sedikit bernafsu.
"Ini masih jam 4 sore, darling." Sebastian menempelkan dahinya ke dahi Ciel.
Ciel tersenyum. "Aku tahu. Itu ciuman perpisahan sementara, karena aku akan kembali kerja. I am a famous lawyer, remember?"
"Damn you." Sebastian mengumpat.
"Damn you, too." Ciel mengerling dan meninggalkan Sebastian.
*u*
You just gotta ignite the light, and let it shine. Just own the night, like the 4th of July.
"Wanna play a game?" tanya presenter talkshow itu. Kebetulan, Sebastian Michaelis ada di sana dan Ciel Phantomhive duduk di barisan depan di studio teve itu.
"Tentu, kenapa tidak?" tantang William Thomas Spears di sana. Presenter itu menatap ke dua tamu acara malam itu.
Keduanya mengangguk.
"Truth or Dare." Presenter itu membalik kartunya ke hadapan tamunya dan pemirsanya, lalu mengembalikannya lagi.
"Dimulai dari, Will Spears. Truth or dare?"
"Truth." William menatapnya dengan wajah kau-takkan-menang-dariku.
"Reveal your secret." Presenter itu menatap William dengan tatapan yang sama.
"Aku menaksir Jenna Ushkowitz. Benar-benar menaksirnya, hingga mati."
"Aww." Presenter wanita itu membuat tatapan 'tertarik'. "Selanjutnya, Naomi!"
"Truth, tentunya." Naomi Bailey menjawab dengan kaki disilangkan, tersenyum menantang.
"Kapan pertama kali kau membina hubungan? Hubungan cinta, tentunya." Presenter itu tersenyum kecil.
"Kelas 2 SD." Naomi menjawab sambil tetap tersenyum.
"Terakhir, Sebastian Michaelis."
"Dare." Sebastian menatap presenter itu dengan tatapan yang mirip dengan William.
"Cium ... mm, hei, kita memiliki Ciel Phantomhive di sini!" seru presenter itu girang. "Cium Ciel Phantomhive. Bawa dia ke depan panggung, dan cium dia dengan ... lidah."
"Tentu saja." Sebastian berdiri dan meraih Ciel ke atas panggung, menarik tubuh kecilnya, dan menggapai bibirnya dengan ciuman lidah yang ... mmm.
Cup.
Sebuah suara kecil setelah kedua bibir itu terlepas.
"Done!" Sebastian membawa Ciel kembali ke kursinya, kebiasaan noble-nya, lalu duduk kembali di antara Naomi dan William.
"Hmm. Aku juga mau jika dicium seperti itu." Dengan sahutan dari penonton lainnya—ahem yang lumayan panjang.
"Jadi, Sebastian, kau dan Ciel, berpacaran?"
Dor.
*u*
Have you ever feel, feel so paper thin, like a house of cards, one blow from caving in?
Mereka menjilat bibir mereka bersama, di atas ranjang di apartemen Ciel. Telanjang berdua dengan balutan selimut yang hanya menutupi dari punggung ke bawah. Bawah.
"Ya, mereka nyaris mengetahuinya, lagi," komentar Ciel.
"Aku tahu. Aku menciummu, ditantang menciummu dengan nafsu. Bagaimana aku tidak bernafsu saat mencium bibirmu itu, hmm?" Ciel geli sendiri saat Sebastian menggigit dagunya.
"Ahahaha—berhenti, geli tahu!" Ciel mendorong-dorong badan Sebastian. Akhirnya lelaki 30 tahun itu melepaskan diri dari kekasihnya dan menenggelamkan kepalanya ke pundak pemuda 26 tahun itu.
"Kau mau mengakuinya? Benar-benar mau mengakuinya?" tanya Ciel.
"Sangat."
"Lakukan." Ciel berkata.
"Hah?"
"Akuilah. Aku akan mendampingimu. Dan akan menatap dengan bangga bahwa aku memiliki seseorang yang mereka dambakan. Sebastian Michaelis belongs to Ciel Phantomhive. Apa yang lebih worthy than that?" tanya Ciel.
"Terkadang, kau membuatku ingin menggigit bawahmu lagi." Sebastian langsung menyusupkan kepalanya ke selimut dan menggigitnya benar.
"Aw!"
*u*
As you shoot across the sky-ky-ah!
Amy menonton tevenya, di saluran E! News-nya. Mulutnya memuncratkan kembali teh yang baru ia minum.
"Kau lihat itu?"
"Ya, aku lihat. Aku-sangat-kaget. Yang benar saja!"
"Jika kalian telat menonton, kami sedang membicarakan pengakuan Sebastian Michaelis dan Ciel Phantomhive. Hei, George! Kau punya rekamannya?"
"Yep!" Dan mulailah diputar rekaman itu.
_._._._._._._._
Seorang lelaki berdiri tegap di depan kamera dengan spanduk besar di belakangnya—E! News—sambil menggandeng seorang pemuda yang 4 tahun lebih muda darinya. Dia sedikit tersenyum kecil ke arah pers.
"Satu hal yang ingin kukakatan." Sebastian Michaelis membuka mulut. "Ingat talkshow yang menantangku untuk menciumnya?" Ia menatap ke arah pemuda di sampingnya. "Dia bertanya kalau aku dan dia benar-benar memiliki hubungan atau tidak." Dia masih menggandeng Ciel Phantomhive. "Jawabannya? Ya."
"Michaelis! Jadi—"
"Ya."
"Buktikan." Salah seorang wartawan menantangnya.
"Seperti?" Sebastian merangkul Ciel yang terlihat nyaman di dalam rengkuhannya.
"Cium dia. Lebih dari yang saat itu kau lakukan.
"Very well, then." Sebastian langsung memagut dagu Ciel dan menciumnya tanpa aba-aba. Ciel bahkan membulatkan matanya.
Tidak begitu lama. Sebastian melepasnya dan menatap ke wartawan itu. "Cukup?"
"Sangat cukup."
*u*
Make 'em go like 'ah-ah-ah', as you shoot across the sky-ky-ah!
Dengan bangga, kami umumkan:
Saya, Sebastian Phantomhive-Michaelis, telah menikah kepada Ciel Phantomhive-Michaelis.
*u*
THE END
*u*
...Dikit ='(
Yah, gitulah saya -_- Maaf gabakat buat fic panjang2 tralala~ *kayang
BTW, ini juga buat temen2 saya yang nganggep gay pairs kayak "Ew, gross!" *lirik*
Udahlah. Review?
Oh ya, belum dicek ada typo atau gak so—check it for me pls? Thanks~
