A Vkook/TaeKook Fanfiction
(Kim Taehyung x Jeon Jungkook of BTS)
.
여름방학(Once Again)©peachpeach
.
NSFW (Not Safe for Work), R-18, pointless.
.
All cast belongs to God, themselves, family and management. Story line is mine. No profit taken.
.
Without a word,
I've stayed by your side
Did you know ?
Did you know my heart ?
[NCT 127 – Once Again]
.
.
Malam telah beranjak semakin tua, tetapi gemerlap lampu-lampu di sekitar Gangnam-gu semakin bersinar. Sebagian orang mungkin memilih merajut mimpi untuk bisa menyambut pagi yang lebih baik esok hari. Sebagian lainnya mungkin memilih melepas penat setelah bekerja sehari penuh dengan sedikit hiburan, dan mungkin ada sebagian yang masih menekuni pekerjaannya. Tidak peduli dengan waktu yang terus bergulir. Kim Taehyung, termasuk dalam kategori orang yang masih bergelut dengan pekerjaannya walau hari hampir berganti. Posisi apartemen Taehyung berada cukup strategis untuk menikmati keindahan gemerlap malam Seoul lewat jendela kaca yang lebar, tapi sepertinya Taehyung tak tertarik. Pria yang berprofesi sebagai fotografer profesional itu, kini tengah fokus menatap layar macbook-nya. Ditemani pekatnya aroma kafein dan tembakau, Taehyung mengedit beberapa foto untuk kemudian di kirimkan kepada pihak editorial majalah atau surat kabar yang menggunakan jasanya. Sesekali, Taehyung akan menajamkan fokus penglihatannya dari balik lensa kaca mata yang dikenakan, terkadang hisapan pada sigaret yang menempel pada bilah bibirnya juga ikut menemani sibuknya Taehyung dan pekerjaannya. Taehyung bahkan masa bodoh ketika lock-pad apartemennya berbunyi, menandakan seseorang masuk. Lagipula, hanya beberapa orang saja yang tahu password apartemennya. Hanya untuk jaga-jaga jika ada hal yang tidak diinginkan terjadi suatu hari nanti.
"Bisa-bisa kau mati di dalam ruangan tertutup kalau begini," Park Jimin—partner kerja sekaligus sahabat kental Taehyung—masuk tanpa permisi, kemudian langsung membuka dengan cepat jendela ruang kerja Taehyung. Jimin sendiri sebenarnya adalah putra sulung pemilik perusahaan multi level—Park Corp.—sebagai putra sulung, wajar jika Jimin yang ditunjuk untuk menggantikan Ayahnya yang mulai berusia senja. Tapi, yang Taehyung tidak mengerti adalah ketika Jimin malah memberikan semua kekuasaan memimpin perusahaan Ayahnya kepada adiknya dan ia terjun menggeluti bidang fotografi bersama Taehyung selepas lulus dari kuliah. Padahal, Jimin mengambil jurusan Bisnis dan Manajemen saat kuliah.
"Lagipula, orang sinting mana yang merokok di dalam ruangan dengan pendingin yang menyala pada titik terendah ?" Jimin masih menggerutu penuh protes dan mematikan pendingin udara, sirkulasi udara kemudian digantikan oleh semilir angin musim semi yang masuk lewat jendela ruang kerja Taehyung yang kini terbuka dan mengusir sisa asap tembakau.
"Sejak kapan kau peduli pada kesehatanku ? Seperti Yoongi-hyung saja," cibir Taehyung, sedangkan Jimin melenggang tak peduli menuju lemari pendingin dan mengambil satu kaleng soda.
"Hei bung, punya kekasih seorang dokter itu menjamin hidupmu, asal kau tahu saja—" Jimin meneguk sodanya, sembari duduk bersandar pada sofa pendek, "—Tidak sepertimu, bujang lapuk tak terurus."
"Kalau perlu ku ingatkan, Yoongi-hyung itu spesialis kejiwaan. Senang rasanya mengetahui ada yang bisa mengurus orang gila sepertimu." Balas Taehyung tak kalah pedas.
Jimin melempar satu dari banyak kaleng soda yang sudah kosong di atas meja ke arah Taehyung, "Sialan ! Kau pikir aku gila karena bergaul dengan siapa ? Kau !" Taehyung tertawa keras, lemparan kaleng Jimin meleset dan pemuda yang lebih pendek darinya itu masih mengumpat.
"Sudahlah, ada apa malam-malam kemari ? Aku yakin, kau kemari bukan untuk mengecek aku masih hidup atau tidak…" Taehyung menghisap dalam-dalam nikotin dari rokok terakhirnya dan memadamkan bara apinya di dalam asbak, kemudian Taehyung menumpu dagunya pada jemarinya yang saling terkait.
"Seokjin-hyung meneleponku sore tadi, dia sudah mencoba meneleponmu, tapi kau tidak bisa di hubungi daritadi." Taehyung mengecek ponselnya yang tergeletak di samping mouse dan menampilkan layarnya yang sepenuhnya mati, "Aku lupa mengisi daya baterai ponselku," Jimin mendengus kesal, Taehyung memang selalu serampangan seperti itu. Tapi siapa sangka, hasil jepretan kameranya selalu sayang sekali untuk dilewatkan.
"Seperti biasa, Seokjin-hyung menawarkan kontrak untuk pemotretan koleksi musim panasnya dan itu berarti kita punya pekerjaan untuk dua minggu ke depan." Sebuah map bening berisi kontrak yang baru saja dikeluarkan Jimin dari dalam tasnya, berpindah menjadi di atas meja Taehyung.
"Kau yakin kita bebas dari pekerjaan ? Sudah menghubungi Minjae ?" Jimin menangguk afirmatif sebagai balasan dari pertanyaan Taehyung yang sudah kembali mengalihkan fokusnya pada layar macbook, "Sudah. Minjae bilang, kita tidak ada jadwal dua minggu lagi. Lagipula, Seokjin-hyung sudah menjadi klien tetap dan sahabat kita sendiri. Bukannya ia tidak keberatan jika dianggap sebagai seorang Ibu oleh kita ?" kali ini Taehyung yang mengangguk membenarkan pernyataan Jimin.
"Masalah kontrak, aku yakin hanya sebagai formalitas semata. Perusahaan clothing seperti milik Seokjin-hyung pasti harus mendokumentasikan segala kegiatan apa saja dan pengeluarannya dengan rinci. Termasuk pemotretan untuk kegiatan promosi tiap musim. Mungkin nanti akan ada rapat kecil untuk membahas konsep."
"Aku perlu menyelesaikan beberapa foto untuk National Geography, tapi sepertinya akan selesai dalam waktu dekat, jadi aku terima kontrak ini. Kau sudah tanda tangan ?"
"Ya, aku sudah tanda tangan. Aku juga sudah membaca isi kontraknya, tinggal kau bubuhkan tanda tanganmu saja…" Taehyung membuka map, meninggalkan pekerjaannya sejenak, dan dengan cepat membubuhkan tanda tangannya tanpa repot membaca isi kontraknya. Toh, Taehyung percaya seratus persen kepada Jimin.
"Bilang pada Seokjin-hyung, aku tidak mau memotret para wanita dengan make up tebal dan pakaian musim panas yang kekurangan bahan. Ah, aku juga rindu kare buatannya." Lidah Taehyung berdecap otomatis begitu bayangan nasi kare dengan bau rempah yang kuat buatan Seokjin memenuhi imajinasinya.
Jimin terbahak seketika mendengar protes Taehyung, "Tenang saja, Seokjin-hyung paham dengan orientasi seksual kita, Seokjin-hyung juga bukan pertama kalinya memakai jasa kita sebagai fotografer untuk pemotretan brand-nya."
"Idol atau model ? Lokasi outdoor atau indoor ?" tanya Taehyung. Diangkatnya cangkir kopi kelimanya yang sudah dingin, kemudian menyesapnya pelan.
"Outdoor, Seokjin-hyung ingin kita yang memilih pantainya sebagai lokasi pemotretan. Dan soal siapa modelnya, aku juga tidak tahu. Entahlah, tidak terdapat di kontrak. Hanya tertulis dua orang model. Mungkin, Seokjin-hyung ingin memberi kejutan untuk kita…"
"Sebenarnya aku lebih setuju memotret model ketimbang idol. Penggemar mereka kadang menyebalkan dan terlalu berisik. Ngomong-ngomong, kejutan apa yang kau maksud ?" Kaca mata Taehyung dilepas dan diletakkan dalam case-nya.
"Mungkin saja, Seokjin-hyung sengaja merahasiakan siapa modelnya untuk membuatmu penasaran dan memutuskan untuk menjalin sebuah hubungan serius dengan model yang memiliki badan luar biasa seksi saat pemotretan nanti," Mata Jimin berkilat jenaka menggoda Taehyung, sedangkan Taehyung hanya membalas dengan tawa sumbang.
"Hubungan serius apa ? Kalian sendiri tahu kalau aku belum move-on," Jimin berdecak, ingin sekali ia melempar kepala Taehyung sekali lagi dengan kaleng soda kosong di atas meja. Siapa tahu kali ini lemparannya tepat sasaran. Tapi, Jimin mengurungkan niat jahatnya. Percuma melempar kepala Taehyung sampai pemuda itu amnesia, Taehyung terlalu bebal untuk dinasehati.
"Belum move-on apanya ?! Jangan kira aku tidak tahu jika sebulan sekali kau menyewa para jalang itu !" Taehyung tertawa lagi, membiarkan Jimin dengan spekulasi negatif tentang dirinya.
"Itu hanya pelampiasan, one night stand semata. Tidak lebih. Lagipula, laki-laki mana yang tahan hasrat seksual dan hormonnya terkekang ? Kau saja pasti tidak tahan untuk tidak menggagahi Yoongi-hyung setiap malam…" Jimin menggeleng, merespon kalimat candaan Taehyung dengan ekspresi yang mendadak serius.
"Jangan mengalihkan pembicaraan, Taehyung-ah. Setidaknya aku terhindar dari resiko terburuk akibat tidur dengan orang yang berbeda setiap bulannya. Ikatanku dengan Yoongi-hyung juga sudah jelas, kami bertunangan, dan akhir tahun kami akan menikah. Sedangkan kau ? Resiko seks bebas itu besar meskipun kau pakai pengaman sekalipun. Carilah seseorang yang bisa mengurusmu, mencintaimu, dan mendukungmu setiap kau berada dalam posisi terbawah dalam hidupmu,"
"Minjae bahkan terang-terangan menunjukkan ketertarikannya padamu. Kau mapan, tampan, apalagi ? Coba dulu saja menjalani semuanya pelan-pelan, buka hatimu. Masih banyak pemuda manis dan baik yang mau menjalin sebuah hubungan denganmu. Aku jadi penasaran, se-awesome apa sosok yang membuat seorang Kim Taehyung sulit move-on. Kita berteman sejak sekolah dasar, tapi kau tak pernah bercerita siapa orangnya."
Taehyung berdecak keras, menghiraukan lagi nasehat Jimin yang entah sudah keberapa kalinya, tangannya dengan lincah menyimpan hasil editan fotonya yang sudah separuh jadi ke dalam folder dan mematikan macbook-nya. Kemudian ia meraih dompet dan jaketnya, "Jangan khawatir, aku rutin check-up sebulan sekali. Dan, ah ! Ada hal yang memang harus ku simpan sendiri tanpa kau perlu tahu. Aku mau ke Octagon, ikut ?"
"Pergi saja sana sendiri ! Ingat, jangan meneleponku jika kau mabuk !" Jimin bersungut kesal, meraih ranselnya di atas sofa milik Taehyung dan pergi meninggalkan apartemen Taehyung dengan langkah cepat.
Taehyung mengedikkan bahunya tak peduli, "Ya sudahlah, tidak masalah aku pergi sendiri. Lagipula ponselku mati, mana mungkin aku meneleponmu. Dasar pendek !"
여름방학(Once Again)©peachpeach
Jimin turun dari Range Rover miliknya, diikuti Taehyung di belakangnya. Masing-masing sudah memegang kamera di tangannya. Jimin dengan Nikon seri D610 dan Taehyung dengan Canon seri EOS 6D kesayangannya. Set pemotretan sudah diatur oleh para staf studio foto milik mereka berdua. Keduanya duduk pada kursi sederhana di sekitar set pemotretan, terkadang menyapa beberapa staf yang sibuk mondar-mandir lewat di sekitar mereka. Jimin menggunakan waktu yang ada untuk mengatur ulang kameranya, sekarang ia hanya perlu menunggu modelnya siap. Taehyung juga melakukan hal yang sama.
"Taehyung-ah! Jimin-ah !" Seokjin datang dengan kemeja sky blue yang lembut dan ripped jeans yang serasi, nampak melambaikan tangannya dengan heboh ke arah Taehyung dan Jimin, sembari berjalan cepat usai turun dari mobilnya. Helaian lembut bruenette-nya terlihat berantakan ditiup angin laut, tapi Seokjin sama sekali tidak masalah. Satu tangannya membawa paper bag yang cukup besar. Dari jauh Taehyung bahkan sudah bisa mencium wangi kuat rempah dari kare yang dipesannya.
"Oh, Seokjin-hyung !" Taehyung memeluk sekilas Seokjin, membiarkan Seokjin duduk pada satu kursi yang tersisa di sampingnya, kemudian atensinya beralih dengan cepat pada paper bag yang dibawa Seokjin, "Pesananku ?" manik Taehyung mengerling jenaka, sedangkan Jimin dengan iseng memukul pelan belakang kepala Taehyung.
"Makanan saja yang kau pikirkan," Taehyung hanya meringis, dan Seokjin tertawa ringan ke arah mereka berdua, "Ngomong-ngomong, mana Namjoon-hyung ? Tumben tidak mengantar ?"
Seokjin memutar bola matanya, "Namjoon belum bangun saat aku berangkat tadi, semalam ia lembur mengerjakan lagu untuk sebuah grup. Oh ya, mungkin kalian belum mengenal model yang akan bekerja nanti, mereka baru saja debut di Jepang tapi aku tertarik dengan mereka." Jimin dan Taehyung mengangguk mengerti, "Apa mereka bisa bahasa Korea, hyung ?" tanya Jimin yang sedikit khawatir.
"Tenang saja, mereka asli Korea sebenarnya, hanya tinggal di Jepang saja." Jimin mendesah lega mendengar jawaban Seokjin, kemudian kembali sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Jimin dengan ISO kameranya, dan Taehyung yang sibuk membuka bingkisan dari Seokjin. Mengambil satu sendok plastik yang dibawa Seokjin, dan menyuap banyak-banyak kare buatan Seokjin ke dalam mulutnya. Taehyung mendesah lega saat rempah-rempah yang kaya rasa meledak dalam mulutnya. Buatan Seokjin memang tidak pernah gagal membuat rasa laparnya terpenuhi.
"Ah, sepertinya mereka sudah siap !" Seokjin berseru antusias begitu melihat dua orang dengan balutan pakaian hasil rancangannya itu. Seseorang nampak mendampingi mereka dengan tablet di tangannya, mungkin manajer mereka, "—Taehyung, letakkan dulu makananmu !" Taehyung dengan buru-buru menyuapkan satu sendok terakhir ke dalam mulutnya, menarik selembar tisu, dan siap dengan kameranya. Tapi, kemudian dunianya seperti diputar balik. Taehyung tiba-tiba merasa kare buatan Seokjin mengganjal di ujung kerongkongannya.
"Annyeonghasimika, perkenalkan saya Jung Hoseok, manajer mereka. Ah, kenalkan…ini Wonwoo-ssi dan Jungkook-ssi…" Jimin tersenyum tipis, kemudian menjabat tangan Hoseok yang terulur di depannya, "Senang berkenalan dengan anda, Hoseok-ssi. Saya Jimin,Park Jimin—dan ini partner saya, Kim Taehyung. Fotografer hari ini, dan ini Kim Seokjin-ssi sebagai owner NJ's. Mohon bantuannya…" Jimin membungkuk singkat sebelum atensinya beralih kepada dua pemuda di samping Hoseok. Sedangkan Taehyung, tiba-tiba saja meraih lengan Jimin untuk menopang tubuhnya yang mulai kehilangan keseimbangan dan mengundang banyak tanya dari yang lainnya.
"Taehyung-ah ? Gwenchana ?" Seokjin menepuk lembut lengan Taehyung yang sudah berkeringat dingin dengan napas terengah dan tubuh bergetar. Ia disana, Jeon Jungkook berdiri disana. Dengan binar polos yang masih sama seperti saat Taehyung bertemu dengannya untuk yang pertama kali. Taehyung yakin sekali jika itu Jeon Jungkook-nya. Kelinci manisnya yang menghilang begitu saja delapan tahun yang lalu.
"A-ah, m-maaf…sepertinya saya harus ke toilet sebentar. P-permisi…" Kamera Taehyung diletakkan begitu saja diatas meja, dan ia buru-buru menjauh. Kepalanya pening, ia butuh penenang dan aspirin. Semuanya berputar dengan cepat dalam kepalanya, membuatnya mual dan sesak napas. Taehyung berusaha sebisa mungkin mempertahankan kesadarannya, tangannya mencengkram erat pinggir wastafel. Tidak, tidak. Ia tidak boleh jatuh, ia harus profesional. Bertahun-tahun ia sudah melatih emosi dan serangan paniknya. Ia harus siap kapanpun. Kapanpun figur yang ia cari selama enam tahun ini ia cari muncul, ia harus siap.
'Taehyung-hyung, aku janji tidak akan meninggalkan hyung.'—ah, suara itu lagi. Taehyung menarik napasnya dalam-dalam, mensugesti dirinya dengan berbagai pikiran positif. Ia tidak membawa aspirin dalam tasnya, apalagi penenang. Hanya sugesti yang bisa membantu dirinya keluar dari serangan panik yang tiba-tiba datang.
'Taehyung-hyung, mau kan bersamaku selamanya ?'
'Tentu Jungkook-ah, tentu…'
'Taehyung-hyung, maafkan Jungkook—'
'Jungkook ? Kenapa harus minta maaf ?'
"Argh ! Sialan !" Taehyung meraih ponsel dalam saku celana denimnya, dengan tangan gemetaran dan penuh keringat, ia mencoba menghubungi seseorang.
"Minjae ? Bisa jemput aku di lokasi pemotretan hari ini ?" Napas Taehyung masih terengah saat Minjae bertanya banyak hal kepadanya lewat sambungan telepon, "Ah, aku—mhm, ada sedikit masalah. Biar Jimin yang mengatasi jadwal hari ini. Hubungi aku jika kau sudah sampai, oke ?" Sambungan telepon sudah dimatikan, dan tubuh Taehyung merosot jatuh pada lantai toilet yang dingin.
여름방학(Once Again)©peachpeach
Pemotretan hari ini sudah sampai pada sesi kedua dan semuanya dikerjakan dengan baik oleh Jimin, walau tanpa Taehyung. Untuk sesi kedua, Jimin memilih set dengan istana pasir dan beberapa sekop serta ember. Ada banyak sekali kulit kerang di sekitar mereka. Wonwoo dan Jungkook sudah mengganti pakaian mereka dengan koleksi lainnya. Keduanya sama-sama mengenakan kaus dengan aksen floral yang manis. Aksen floral pada kaus mereka seperti goresan cat minyak dengan campuran banyak warna. Jimin mengatur posisi keduanya agar menghasilkan gambar yang memuaskan dalam frame kameranya. Ia juga tampak meminta beberapa staf mengatur pencahayaan.
"Oke, lihat kemari. Lepas saja senyum kalian, seperti saat bermain bersama teman masa kecil kalian. Bisa ?" Permintaan Jimin langsung di respon dengan anggukan ringan dari keduanya.
Saat shutter ditekan, semuanya melakukan tugasnya dengan baik. Wonwoo akan tersenyum begitu manis dengan garis feline-nya yang membentuk bulan sabit, lalu Jungkook akan tersenyum seperti anak-anak berusia lima tahun saat ombak kecil menggoda di sela-sela jari kakinya yang telanjang. Terkadang Jimin akan meminta mereka untuk saling menatap, lalu tersenyum satu sama lain.
"Natural saja, kalian bisa mengobrol seperti biasanya…" Jimin kembali mengulas senyumnya saat melihat keduanya menyanggupi permintaannya. Lalu semuanya mengalir begitu saja. Wonwoo akan sangat kasual menepuk puncak kepala Jungkook dengan sayang, atau mereka berdua tertawa senang saat Jungkook dengan iseng melempar segenggam pasir dan melemparkannya ke arah Wonwoo.
Suara shutter tidak berhenti terdengar, terkadang diselingi suara Jimin yang mengarahkan mereka. Sesi pemotretan hari itu selesai tepat saat es loli yang dipegang Jungkook habis.
"OK ! Kerja bagus semuanya !" Jimin tersenyum begitu lebar meskipun wajahnya tidak bisa berbohong jika ia lelah, lalu membungkuk ke arah staf yang membantunya hari ini.
"Jimin-ssi—" Jimin mengalihkan atensinya dari kesibukan membereskan perangkat kameranya, dan mendapati Jungkook berdiri dengan canggung di hadapannya.
"Oh, ada yang bisa saya bantu Jungkook-ssi ?" Jungkook menggeleng pelan, sebelum mengulas senyum tipis ke arah Jimin.
"Mhm, saya hanya ingin bertanya…dimana partner anda ? Bukankah seharusnya ia juga memotret hari ini ?" Kening Jimin berkerut dalam mendengar pertanyaan Jungkook. Ada kepentingan apa Jungkook bertanya soal absennya Taehyung hari ini ?
"Kau—"
"Jangan salah paham dulu, Jimin-ssi. Saya hanya ingin tahu saja," Jungkook dengan cepat mengelak dari pandangan penuh selidik yang dilayangkan Jimin kepadanya.
"Taehyung sepertinya kurang enak badan, makanya ia tidak bisa memotret hari ini…"
"Oh, begitu. Mhm, terima kasih kalau begitu, saya pamit Jimin-ssi." Jimin masih memandangi punggung Jungkook yang berjalan semakin menjauh dari pandangannya dengan banyak pertanyaan yang berputar dalam kepalanya. Siapa sebenarnya Jungkook ? Kenapa Taehyung tiba-tiba saja menghilang dengan kondisi yang cukup buruk setelah melihat Jungkook ? pikir Jimin.
"Jungkook bertanya apa, Jimin-ah ?" Seokjin tiba-tiba saja sudah berdiri di sampingnya dengan sebotol sparkling water yang diberikan kepadanya. Jimin meneguk isinya, kemudian menggeleng.
"Tidak ada, hanya berterima kasih soal pemotretan hari ini." Jimin memutuskan berbohong kepada Seokjin sampai seluruh pertanyaan dalam kepalanya terjawab. Pertanyaan mengenai hubungan Jungkook dengan Taehyung.
"Oh, kau bawa mobil hari ini ? Dalam perjalanan pulang, jenguklah Taehyung jika kau sempat. Sepertinya keadaan Taehyung buruk sekali saat meninggalkan set pemotretan hari ini. Bawa juga kameranya, biar besok aku buatkan kare lagi untuknya."
"Ya, nanti aku akan mampir ke apartemennya. Mungkin si bodoh itu perlu dibawakan sup gingseng," Jimin memasukkan kameranya ke dalam tas dan menyandangnya di bahu, stafnya juga sudah selesai membereskan set pemotretan, "Ayo kita pulang hyung. Matahari sudah mulai terbenam."
여름방학(Once Again)©peachpeach
Jimin menutup dengan keras pintu Range Rover-nya saat ia sudah parkir di depan halaman rumah Yoongi. Jimin sudah mampir untuk melihat kondisi Taehyung sekaligus ingin mengembalikan kameranya, tapi Taehyung tidak ada di apartemennya malam ini. Jadi kamera miliknya dibawa Jimin ke studio. Dengan langkah lebar, Jimin sampai di depan pintu rumah tunangannya dan menekan kombinasi angka pada lock-pad pintu rumah Yoongi. Bunyi 'klik' terdengar pelan saat kode keamanan berhasil dimasukkan, dan Jimin melepas sepatunya yang penuh dengan pasir pantai dengan sebelah tangan dan meletakkannya di rak sepatu, berjejer rapi dengan koleksi Converse milik Yoongi, kemudian menggunakan sandal rumah sebagai alas kaki.
Jimin mendapati banyak sekali diktat kedokteran milik Yoongi dan medical report di atas meja ruang santai, ia meletakkan kamera yang terasa berat di pundaknya tepat di samping tumpukan diktat. Ia kemudian menghela napas lega saat mendapati Yoongi yang sibuk di depan konter dapur dan tidak menyadari kedatangannya. Jimin merangsek maju untuk dapat merengkuh tubuh mungil Yoongi dalam dekapannya.
"Hei, baru pulang ?" Gerakan Yoongi mengaduk teh dalam cangkir terhenti dan ia merasakan Jimin mengangguk di lekuk leher putihnya yang terbuka akibat kerah kausnya yang longgar. Jimin menghirup dalam-dalam aroma mint bercampur apel dan vanila yang manis dari leher Yoongi, kemudian menghadiahi tunangannya itu dengan satu kecupan pelan yang lambat pada perpotongan lehernya. Jimin dapat merasakan otot-otot tubuhnya rileks seketika.
"Hari ini buruk sekali, Taehyung mengacaukan segalanya." Suara Jimin teredam, tapi Yoongi masih bisa mendengar.
"Buruk bagaimana ?" Yoongi memutar tubuhnya, membelai garis rahang Jimin dengan lembut dan mengusap surai abu-abu Jimin yang terasa lengket di telapak tangannya, "Rambutmu lengket, Jim…"
"Mhm, mungkin angin pantai membawa serta garam dan menempel di rambutku. Hei, aku belum selesai mengeluh soal Taehyung," protes Jimin. Yoongi tertawa pelan, kemudian ia mengecup pelan sudut bibir Jimin yang masih mengerut sebal karena ucapannya terpotong.
"Kau punya banyak waktu untuk bercerita soal Taehyung," Yoongi mengedipkan matanya penuh godaan dan membuat Jimin mengerang tersiksa. Belum lagi saat Jimin menyadari pakaian Yoongi yang terlihat provokatif. Hanya sebuah kaus longgar yang menutupi sampai setengah paha, dengan bahu terbuka yang mengundang Jimin untuk mendaratkan satu kecupan intim pada tulang selangka Yoongi yang terlihat menonjol. Yoongi memang punya banyak cara mengalihkan perhatian dan mood buruk Jimin. Dari cara yang paling normal, hingga cara seprovokatif ini.
"Jadi, Taehyung mengacaukan bagaimana ?" Yoongi menjauhkan kepala Jimin yang masih membasahi lekuk lehernya dengan kecupan-kecupan basah dan menatap dalam-dalam maik sewarna hazelnut milik Jimin.
"Persetan dengan Taehyung !" dengan gerak ringkas, Jimin membawa tubuh mungil Yoongi dalam gendongan ala koalanya. Bilah apelnya juga melumat lembut bilah plum Yoongi yang dengan senang hati mengerang pelan dalam tawanan Jimin.
Yoongi bahkan dengan cepat melepas kancing-kancing kemeja Jimin ketika mereka berdua sampai di atas sofa, melemparnya ke bawah sofa, kemudian mengecupi rahang tegas tunangannya dan merasakan aura Jimin yang semakin maskulin karena ia bisa mencium samar bau angin laut yang menempel pada setiap epidermis Jimin. Lukisan penuh gairah juga diterima Yoongi lewat tangan Jimin di atas kulitnya yang masih terbalut kaus longgar.
Keduanya masih saling memagut mesra ketika bel rumah Yoongi berbunyi dengan brutal. Awalnya Jimin ingin sekali menghiraukan suara bel yang merusak suasana. Ayolah, Yoongi jarang-jarang bersikap semanis ini untuk bisa dibawa ke ranjang—atau dalam kasus hari ini, dalam pangkuannya— tapi gerakan Yoongi yang menjauhkan lagi jangkauan bibir Jimin pada kulit putihnya, membuat Jimin mengerang.
"Buka dulu, siapa tahu penting—" napas Yoongi masih terengah, garis plumnya juga sudah semerekah delima matang.
"Ayolah, Sugar…biarkan saja. Lagipula, mana ada orang bodoh yang bertamu pukul sebelas malam begini ?!" Jimin kembali mendekatkan wajahnya pada leher Yoongi, tapi rupanya tarikan Yoongi pada bagian belakang kepalanya lebih cepat daripada niatnya untuk kembali menandai leher putih Yoongi.
"Justru karena pukul sebelas malam, maka hampir bisa dipastikan itu hal penting ! Cepat buka !" Perintah Yoongi terdengar mutlak di telinganya, maka dengan berat hati ia menurunkan Yoongi di atas pangkuannya dan berjalan menuju pintu dengan kondisi shirtless.
Jimin masih menggerutu saat langkah kakinya sampai di depan pintu dan melihat siapa yang datang lewat kamera interkom.
"Taehyung ?!" Jimin berseru panik, kemudian dengan cepat membuka pintu.
"Apa yang—"
"Bantu aku Jimin. Tolong—" dan setelahnya, Taehyung jatuh tepat di depan Jimin.
*To be continue*
a/n : Hahahaha, apa sih itu diatas ? /lirik plot pointless diatas/ TT
Ini remake, dari fanfiction OnKey yang magrak tak terurus di laptopku u.u
Di remake sana-sini biar sesuai sama karakter TaeKook yang ngga se-mellow OnKey
Btw, aku lagi unmood banget pas tau Taehyun out dari Winner TT
Huhuhu, padahal aku lagi suka-sukanya sama Winner gara-gara nonton Half Moon Friends TT
Terus, mau bilang makasih banyak buat yang sudah review di side story Chemical's React :
HelloItsAYP │ restika . dwii07 │Strawbwierry │ wulancho95 │ imaaaa │ bunnymonster │ Phyllantus │Aproditesweetie │RR269 │MeiLianGouw │ Pardon-MinHolly │ rosadilla17 │ Guest │ gneiss02 │ Squishy Carrot │ siscaMinstalove │hlyeyenpls │ Gypsophila │ ravoletta │ TaeKuki │ ParkBaekyhun │ dhankim │ Guest │ haiiiii │emma │ peachpetals │ Taenonimous │ xxdopegirl │ byeolie │ Sugapheromone │ Hanami96 │ ravoletta │ shin sang neul │ minyoonlovers │ overflakkie : Aduh, Blue Neighbourhood udah update tapi belum sempat review TT Nanti review deh ya ^^ │ yuliita │ Tipo │ Beta Blocker │ aya . anezaki │ dewiaisyah │ 27tiavy
favourites/followers.
Review ini, mau ? ^^
