D GRAY MAN

BENISUZUME ARC -CRIMSON SPHINX MOTH Arc-

Disclaimer : Katsura Hoshino

WARNING : Ndak jelas, ndak tahu, Plot ori by Yuzu, chara minjem

OC buatan yang absurd.

Bloody bloody agar-agar

/Pertama kali nemplok di Fandom Lain/

.

.

.

"Ketika kematian mendekat, ketika kau tidak tahu bahwa kau akan mati, apa yang akan kau lakukan? Apakah kau masih ingin berjuang? Apa kehidupan yang kau cari akan kau perjuangkan? Bukankah kau bilang itu semua hanya fantasi? Tidak nyata. Apa kau masih akan terus memerjuangkan cinta tidak sampaimu itu? Lantas kenapa...? kenapa kau memilih..untuk menyerah..?"

–Benisuzume-


ALLEN WALKER.

Semua itu berawal ketika aku tidak sengaja menemukan sebuah serpihan merah yang berada di lantai, seperti kristal yang membeku tapi bau ini..., bau anyir dan pekat, apa aku boleh bilang kalau ini adalah sebuah darah yang mengeras? Oh tidak, kalau begitu tadi terjadi sesuatu. Di Kuro no Kyodan(Black Order) tempatku bernaung menjadi Exorcist yang bertugas membasmi Akuma milik Sennen Kou atau bisa kusebut sebagai Hakusoku(millenium earl). Aku berhasil mengaktifasi Innocence-ku dan sekarang tidak lagi ada yang perlu kukhawatirkan.

"Allen-kun? Kenapa?" aku terkejut ketika gadis berambut panjang yang diikat Ponytail, berwarna Dark Green dengan mata beriris ungu lavender itu menyapaku atau lebih tepatnya menanyaiku kenapa aku seperti orang bodoh di sini.

"Lenalee, aku menemukan ini. Menurutmu apakah ini semacam penyerangan?" tanyaku.

"Oh, itu.. sepertinya ulah Finder atau ilmuwan yang berada di..."
"Itu ulah Benisuzume, biarkan saja, mungkin dia sedang berada di sini." Aku bahkan Lenalee terkejut karena sosok tinggi dengan jas putih itu sudah berada di belakang kami. Ah itu Reeve –san. Maksudnya dengan Benisuzume? Apa itu?
"A,anu Reeve-san, apa maksudnya dengan...," suaraku tenggelam saat wajah Reeve-san berubah muram. Aku tidak mengerti?
"Benisuzume, itu...semacam Innocence tipe Parasit. Yah, aku tak banyak mendapat data tapi aku yakin kalian sama shocknya bila melihat wujud Innocence itu. Ketua juga melarang untuk meneliti karena dianggap selesai, oh ya Allen, Lenalee, aku baru ingat kalau tadi Ketua memanggil untuk misi. Kanda juga sudah ada di sana." Oh, aku mengerti mungkin itu Innocence baru yang sedang dikembangkan.

"Ayo, Allen." Lenalee menggandengku lalu Reeve-san melambai.
"Apa Lenalee tahu soal Innocence itu?" bisikku di dekatnya.
"Nii-san tidak pernah berkata apapun soal itu, aku juga baru tahu." Jawabnya jujur.
"Kita perlu menginterogasi Komui-san,tidak?"
"Kurasa kita selesaikan misi ini dulu baru bertanya."

Akhirnya aku menurut, memang benar kalau seharusnya aku lebih harus fokus ke misi, lagian itu bukan pekerjaanku meneliti hal-hal rumit.

"Ah, itu Lavi!" Aku mengikuti arah pandang Lenalee, di seberang kami itu Lavi membelakangi. Karena bentuk bangunan ini seperti Colessium yang tinggi dia berada di sisi lingkaran yang bersebrangan, sejenak aku pikir dia sendiri tapi... ketika Lenalee tidak memerhatikan aku melihat sesuatu.
Ada orang lain selain Lavi di sana. Seseorang yang..lebih muda, kecil, juga surai rambutnya tidak biasa. Mengingatkanku pada warna bunga di Negeri Jepang. Bunga Sakura. Tapi pandanganku terhalang akibat tembok pemisah. Setelah berada cukup jauh dan tidak ada tembok pemisah lagi aku tak menemukan sosok itu di sana hanya ada Lavi seorang diri yang tetap bergeming.

Siapa anak itu? Lalu...Apa yang dimaksud dengan.. BENISUZUME?

.

.

.

.

And Now The Story come back


LAVI.
(Kuro no Kyoudan – 05.00 a.m)

Aku merasa seperti dijatuhkan dari lantai 10. Bagaimana tidak? Setelah penyerangan Level 4 di Kuro no Kyoudan, sementara Innocence ku belum sepenuhnya kembali aku bukanlah apa-apa. Untung Yuu juga dengan kondisi yang sama meski tidak senelangsa diriku yang tak mampu menggores kepala si Akuma sialan tersebut. JII-jii? Oh sepertinya dia sedang latihan pagi, kulirik jam dan ternyata sudah jam 5 pagi. Haah, aku ingin bermalas-malasan tapi..., masih ada buku yang wajib kubaca. Ini wajib karena Kakek Panda (Bookman) menyuruhku demikian, kalau saja aku ini seorang yang Workcaholic aku bakal selesikan semua buku-buku ini dalam semalam sayangnya badanku tak menurut dan malah ketiduran.

"Lavi-kun..?" suara itu mencicit dari balik pintu kamarku.
"Kaede?" Gadis dengan rambut berwarna
pink pastel yang diikat dua seperti kucing itu melongok dari pintu.
"Sudah bangun? Kau belum makan lho.." Kaede dengan celana berwarna putih pendek dan baju tak berlengan dengan malu-malu berkata.
"Kamu sudah makan?" tanyaku lembut. Kaede menggeleng.
"Mau makan bareng?"

"...! Ma, mau, mau!" iris mata berwarna senadan dengan rambutnya melebar, dia tersenyum menungguku sengaja di luar. Tampaknya dia masih menjauhiku, dan sepertinya kenapa aku yang malah kalah? Waktu awal-awal dia yang kelihatan sangat posesif padaku, mengejarku hingga banyak kejadian diantara kami dan sekarang aku malah merasa tidak mau dia jauh. Kalau Jii-jii(Bookman—sebutan Lavi padanya) bisa dipasung nanti. Oh ya, kebetulan kami akan pindahan dan sepertinya bakal menunggu dalam kurun waktu 2 tahunan.

"Hei, Kaede, kau mau makan apa? Bilang saja biar aku yang bayar." Sahutku padanya.
"Aku mau..., seperti biasanya saja."
"Kamu nggak bosan dengan menu Ikan cakalang dan sup miso? Pantas saja badanmu kurus begini, sudahlah sekarang biar aku yang pilihkan menu baru. Nggak apa-apa?"
"Apa saja boleh kok." Hooh, untung Kaede anak yang sangat penurut.

"Lavi-kun jadi lebih banyak bicara ya?" Aku nyaris terjungkal karena kata-kata itu, entahlah intinya wajah anak ini tidak baik untuk jantungku, tapi bukannya aku sudah memutuskan untuk menyerah? Apalagi aku baru tahu dia dulu juga.. calon Bookman, tapi malah menjadi percobaan Second Exorcist.

"Hanya perasaanmu saja." Oke, tenanglah, aku tak mau membuat ini semakin rumit.
Kaede, Yagiri Kaede, dia ini.. anak yang cukup pemberani tapi..., ada yang agak salah dengannya, dia seperti ketakutan akan sesuatu, dia tidak pernah mau disentuh selain pada orang yang ia kenal, dia terlihat sangat rapuh dimataku juga teman-temanku. Sayangnya semua berubah ketika dia tiba-tiba datang dengan kecepatan mengerikan dengan Innocence miliknya,
BENISUZUME. Innocene yang dulu adalah sebuah implantasi dari darah Akuma, berevolusi lalu memiliki kesadaran sendiri.

"Lavi! Kaede! Sini-sini!" aku melihat teman-temanku sudah ada di meja panjang. Mereka sepertinya tersenyum jahil membuatku sebal.
"Uww, jarang sekali kalian berdua? Apa jangan bilang kau mengusilinya lagi?" tanya Allen.
"Hush, aku tidak melakukan apa-apa!" sergahku.

"Ngomong-ngomong kita akan dapat misi kelas S lho. Kalau nggak salah." Lenalee terlihat santai meski dia mengucapkan kata... MISI LEVEL S yang artinya akan ada sesuatu tidak beres di sana.
"Aku baru dengar." Kata Yuu.

Akhirnya Lenalee menjelaskan kalau misi ini akan mengirim kita ke daerah dataran Antartika, di sana sepertinya ada sarang Akuma dan sebuah Innocene yang masih belum jelas keberadaannya.

"Katanya Link akan ikut." Ucap Allen tidak senang sementara Timcanmpy terbang mendarat di kepala Kaede.
"Dark Continet? Aku baru tahu, itu dimana?" tanya Kaede ketika aku sempat melamun tadi.
"Itu tempat yang akan kita tuju nanti." Sahut Lenalee. Aku merasakan riuh –rendah orang-orang bergumam, meja kami juga ramai. Dark Continet, sepertinya memang ini adalah misi sulit. Akhirnya setelah selesai makan kami dipanggil oleh Komui ke kantornya, dia dengan wajah bodoh-coret-sumringah menyambut kami dan ternyata disitu sudah ada Link.

"Aku ingin kalian ke sana dan hancurkan sarang Akuma." Ucap Komui tanpa penjelasan membuat kami langsung menarik napas. "Lavi, Allen-kun, Kanda-kun, Kaede-chan, dan Kryory kalian pergi ke sarang Akuma, sementara Miranda, Lenalee, Link, dan Noise Marie akan berjaga di benteng belakang, kalau pasukan penyerang sudah tidak mampu kalian bisa mundur dan digantikan. Oh, Tiedoll-Gensei akan menemani kalian." Komui memberikan sebuah lampiran kertas data sarang Akuma itu. Tapi

,
"Kenapa Bookman tidak ikut?" tanya Lenalee mewakiliku.
"Karena kalau terlalu banyak tim penyerang maka penyergapan kita akan sia-sia. Bookman sudah ada misi lain dengan Chaozi Han." Hmmm, begitu? Aku baru tahu.
"Eh, tunggu, kenapa Kaede ada di bagian penyerang? Bukankah itu agak..." Allen membuat kami sedikit kaget, aku pribadi tidak menyadari kenapa Kaede ada di bagian depan.
"Oh, itu? Kalian kan sudah tahu, jadi... yah begitulah." Komui segan mengatakan, apalagi menurut dia kami sudah cukup tahu soal Benisuzume ketika melawan Level 4.
"Aku sendiri tidak keberatan..." sahut Kaede. Hais, kok jadi malah aku yang gelisah begini sih? Bukannya aku malah senang dia menjadi sedikit lebih berguna?

Akhirnya kami mengundurkan diri untuk memersiapkan misi itu yang akan dilaksanakan malam ini. Suhu di sana sangat ekstrim, aku benar- benar bersyukur ada baju tebal dan kostum kami membuat bisa setidaknya bertahan hidup di benua mengerikan itu.
"Sudah siap?" lagi-lagi Kaede sudah berada tak jauh dariku, aku tersenyum, entah itu senyum yang palsu atau tulus. Jujur saja dia selalu mengikutiku, agak membuatku sebal tapi.. perhatiannya itu... membuatku sedikit...terganggu.

"Ya, sudah siap. Ngomong-ngomong kenapa kau selalu membuntutiku dari dulu? Bukankah aku sudah bilang kalau...,"
"Menurutmu dunia penuh kehangatan itu ada tidak?" tanyanya. Eh? Apa sih maksud anak ini. "Apa kau juga sama-sama berpikir kalau aku
tidak berguna?" oh, tidak jangan bikin aku menyulut emosiku sendiri. Aku baru sadar kalau anak ini memang aneh!

"Apa aku harus menjelaskan lagi? Aku tahu kau menyukaiku tapi itu menyebalkan, kau tahu aku Bookman kan? Jangan biarkan aku mengulangi kata-kata yang sama. Kalau kau merasa tidak berguna kau tak perlu jadi apa-apa di sini." Tidaaak! Apa yang sudah kukatakan?! Aku baru menyadari rambutnya tidak diikat seperti biasa. Potongan rambut acak-acakan mengingatkanku ketika pertama kali bertemu dengannya di Kuro no Kyodan, terisak dan menderita, rapuh dan suka menangis. Selalu digencet oleh Exorcist lain yang tak menyukainya.
"Dunia seperti itu hanya ilusi..." kata itu bagaikan mantra sihir kematian di telingaku, "Dunia seperti itu tidak nyata. Tidak ada dimanapun." Salah, kau salah, bukan!

"Kau ini menyebalkan!"

Ah. Tidak. Aku berjalan mendahuluinya, aku tidak mau melihat wajah anak itu, bukankah dia bisa bertahan tanpa aku?! Kata-kata Allen saat di Hako buneno itu tidak benar kan?

"Sakura..!"

Aku berhenti, frustasi menggrogoti pikiranku. Entah kenapa aku seperti mengingat hal yang agak asing namun... nyata. Apa aku ini benar-benar labil? Saking labilnya aku bahkan sampai salah mencurahkan perasaanku tadi padanya.

"Kau di sini Lavi, ayo berangkat!" akhirnya dengan menaiki kapal dan untunglah Kaede datang dan langsung bersama dengan Lenalee, aku tenang, aku tidak mau pikiranku kacau karena kejadian tadi. "Lavi? Kau kenapa?" tanya Allen prihatin, oops, aku lupa sepertinya dia yang paling peka kalau soal beginian. "Tidak ada." Jawabku tetap memasang wajah cengegesan.

sudah 3 jam perjalanan dan masih harus melewati beberapa jam lagi sebelum sampai di Antartika.
"
Dunia itu hanya ilusi..." sial, aku masih teringat kata-katanya. Beberapa jam kami habiskan di kapal, tak ada tanda-tanda Akuma akan datang jadi untung saja kondisi tetap demikian setelah kami berlabuh. Dataran putih dan gunung-gunung es mencuat, salju yang turun sepertinya tidak terlalu berbahaya jadi kami bisa meneruskan perjalanan lewat daratan.

"Kami akan langsung pergi ke titik yang dimaksud. Lenalee, Kaede, dan aku akan menelusuri lewat atas." Komando Allen.
"Jangan mentang-mentang kau bisa terbang kau seenaknya memutuskan." Cibir Yuu.

"Diam kau BaKanda!" percik api sengit mencuat dari mereka untunglah Marie memisahkan kedua kepala batu itu.

"Aku bisa lewat udara juga." Sahutku. "Lavi lebih baik pelajari daerah sini, setidaknya kalau kita nyasar kan kau yang masih ingat jalan." Allen memang senang mengumbar kekuatan orang tapi bukan begitu maksudku.

"Kalau ada sesuatu tembakkan sesuatu agar kami bisa melihat." Sahut Miranda, dia tetap berjaga bersama Finders, Kuro-chan, dan Marie di dekat pelabuhan. Akhirnya aku,Link, dan Yuu menelusuri daerah sini dan sebisa mungkin menghancurkan banyak Akuma yang ada.
"Sepertinya kau sedang tidak fokus?" Yuu membuka pembicaraan, hah? Yang benar nih? Biasanya dia kan super-mega-giga-tera-cuek pada siapa saja, bahkan padaku yang ramah ini.

"Uh, apa? Nggak, sepertinya aku kedinginan." Jawabku bohong.
"Kau tidak kuatir membiarkan anak itu pergi sendiri?" Sial, kenapa sampai Yuu bicara begitu sih?
"Dia kan punya Innocene yang lebih kuat dariku, dia bisa menjaga diri." Kataku seadanya
.

"Tapi dari tadi perasaanku tidak enak." Yuu, kau jangan menakut-nakutiku.

"A, apa, sih kau jangan begitu deh, aku tidak mau menambah beban dan malah kena sakit Hipotermia di sini."
"Apa...kalian mendengar sesuatu?" Link berhenti, di tengah salju yang hening dan tak ada kehidupan ini tidak mungkin tidak bisa mendengar suara sekecil apapun kecuali memang radiusnya sangat jauh. Aku yakin kupingku belum bolot jadi aku memasang telinga saja.

"LINK!"

Astaga sekarang malah suara Allen yang membuat gendang telingaku nyaris meletus! Dia terbang dengan Crown Clown nya, eh tapi dimana Tim? "Kalian tahu dimana Kaede? Kami berpencar dan aku hanya sempat bertemu Lenalee."
"Bukannya dia terbang ke arah timur?" tanya Link cuek.

"Kami janji selama 10 menit berputar dan kembali ke titik tadi kami berpencar tapi setelah 15 menit dia tidak kunjung datang!" Allen terlihat serius, tapi kurasa mungkin anak itu berputar dengan jarak yang lebih jauh.

"Apa dia bawah Golem?" tanya Yuu. "Dia bersama Tim tapi Tim mengatakan dia tak menemukan Kaede lagi.. saat Tim menengok ke arah lain, Kaede sudah tidak ada." Hell, sekarang aku benar-benar kuatir. Akhirnya aku dengan Tetei mencoba mencari tentu dengan bersama Allen. Di titik pertemuan Allen tadi dia tak menemukan Lenalee.

"Lenalee! Kau dimana!?" Allen dengan napas berat akibat suhu ekstrim mengepulkan asap putih berteriak pada ruang hampa.
"Allen, mungkin mereka sudah bertemu, kemungkinan keduanya kembali ke pelabuhan." Aku mencoba untuk berpikir rasional, sayangnya ketika pikiran rasionalku diterima Allen kami mendengar jeritan khas Lenalee. Jaraknya tidak jauh, apakah dia diserang!?

"Ke sana!" seruku.

Kami terbang dengan kecepatan maksimal, membela salju yang sempat mampir ke mata, dan kami sampai di sebuah dataran es yang amat tebal. Dari titik ini aku merasa ada yang datang pada kami! TIMCANMPY!

"Tim! Dimana Lenalee? Apa dia diserang?" Tim merespon dengan keringatan serta gerakan panik mengisyaratkan kami agar pergi bersamanya. Aduh, apakah kedua gadis itu di serang? Mana mungkin! Mereka itu memiliki Innocene paling kuat yang ada di Ordo. Sampai di sebuah dataran yang lebih bisa kubilang sebagai tebing Grand Canyon versi kristal es yang tajam dan dingin. Kami masih mengikuti Tim sampai 1 km jauhnya dan tepat di depan kami adalah Lenalee yang masih mengaktifasi Innocencenya, dia berdiri mematung, menatap sesuatu di dinding kristal yang tajam itu.

"LENALEE!" Teriakan kami membuatnya shock, tapi dia tidak berbalik.

Dia tidak terluka!? Terus kenapa? Apa? Ada apa?

"Lenalee, kau tidak apa-apa?! Kau kenapa?" tanyaku memegang bahunya yang menegang.

"Lenalee?" Allen dengan suara lembut mencoba membuat Lenalee meredakan rasa shocknya, dia berpaling dan menoleh, tatapannya tak bisa kuartikan matanya terbelalak, takut, shock, histeris, dia seperti hendak berteriak tapi tidak bisa. Dan dia menunjuk ke depan...,
"Ah, aaa..!" aku mengikuti arah tangannya. Jantungku mencelus, darahku seperti berdesir hebat dan roh seakan meninggalkan tubuhku.

"Kaede...!" kata itu lolos dari mulutku.

"Uukh... KAEDEE!...!"

Allen sepertinya sama shocknya denganku, bagaimana kami tidak shock? Di dinding kristal yang ada banyak stalaktit es itu ada sosok kecil berlumur darah tertancap di sana, masih dengan Innocene Benisuzume yang aktif. Jarum berwarna putih menusuk Kaede di beberapa tempat. Dia tidak bergeming.

"Dunia seperti itu hanya ilusi.. Dunia seperti itu tidak nyata. Tidak ada dimanapun."

...

...

When the Crimson Sphinx Moth never revealed

her reason...

No one can be escaped from the iced of hell..

TO BE CONTINUED.

...

Hadu, maafkan hayati yang tiba-tiba muncul dengan cerita garing macam ini

sebenarnya karena udah lama menanti Bang Lavi yang tak kunjung

tahu bagaimana nasibnya di serial komik

jadilah ini plot...

maafkan kalau ini ada pair OC X Chara. No Yaoi! tenang saja.

selamat menikmati

Mind to R^R?