Behind the Scenes
Oo—O—oO
Genre: Parody - Friendship
Rate: T
Warning: hints shonen ai bertebaran, seperti biasa. :D Karakter yang agak OOC, juga seperti biasa. XP Dan—oh. Jangan lupakan humor garing di sana-sini ala authoress abstrak kayak saia, yah! XD Btw, kali ini multichapter lho ya.
Disclaimer: Punyanya Amemiya Yuki-sensei & Ichihara Yukino-sensei! Kalau saia yang punya, saia bakal bikin satu volume khusus buat Landkarte x Ea buat fangirling-an. =w=
Summary: Kesalahan-kesalahan yang dibuat mereka berdua saat 'pengambilan gambar', mulai dari awal muncul hingga ke akhir penampakan...
Oo—O—oO
Chapter 1:
Kapitel 68: Land of Seele
Oo—O—oO
~P. 1-2~
"Kami akan membuatmu mengembalikan Kotak Pandora, Vertrag."
Sebuah sabit raksasa muncul di tangan sang Father. Dengan tatapan mata penuh keyakinan dan tangan lainnya merengkuh sang Pangeran Cilik dalam dekapan, ia berkata, "Kalau kalian berniat melawanku, aku akan melawan balik dengan semua yang kupunya."
Sebuah seringaian lebar muncul di wajah sosok berambut hitam pekat yang ada di sana. "Lihat? Sudah kubilang; seperti yang sudah kuperkirakan, kita harusnya menyelidiki Sri Paus terlebih dulu."
Saat kamera menangkap gambar mereka full, keenam Ghost pun mulai mengatakan bagiannya masing-masing. Semua berjalan lancar, hingga akhirnya...
"Kita harus mengeliminasi semua—"
"—yang berniat membangunkan Verloren dari mimpi indahnya berpacaran dengan Eve."
.
Krik, krik—suara jangkrik berderik.
Landkarte mengerjapkan mata kaget, Ea facepalm, Tiashe menatap polos sosok 'kakak' yang sudah membawanya dan Father ke tempat asing ini, sementara bulir keringat menggantung di belakang kepala lima Ghost lainnya.
"...okeh, cut. Barusan si Bodoh ini lagi ngelamunin yang enggak-enggak, ayo ulang dari awal," ucap Ea lemas sambil menutupi lensa kamera dengan tangannya yang tidak menggenggam sabit. Suara teriakan Landkarte pun terdengar sebagai musik latar belakang ("Siapa yang mikir yang enggak-enggak, Ea!? Salahmu juga 'kan pakai ngelirik aku sega—OUCH!") saat Ea berkata demikian.
.
~ P. 23-24~
.
"Sebenarnya, anak ini baru saja melewati neraka beberapa menit yang lalu sebelum datang kemari."
Profe, Ea, dan Zehel menatap bocah bermata hijau bundar itu sendu. Setelah berpikir beberapa saat, sang Roh yang Membangunkan akhirnya berkata, "Aku percaya akan menjadi hal yang bijak kalau kita menghapus memorinya tentang perang... Hal itu terlalu berat untuknya. Kalau dia terlanjur terperangkap dalam kebencian, anak ini mungkin akan melepas segel dengan sendirinya dan membangkitkan Verloren."
Menyadari kehadiran sepasang tangan kecil yang menggenggam jubahnya, Ea terkejut dan melihat ke bawah—sosok Wahrheit Tiashe Raggs yang masih kecil tampak sedang menundukkan kepala. "Aku... masih bisa menanggungnya. Aku berjanji pada Ayah... Mar-kun... Ka-kun... dan Ak-kun juga..." Ketika ia mendangakkan kepala untuk menatap Ghost yang jauh lebih tua darinya itu, sepercik api muncul di belakang kepala sosok berambut pirang yang berada tak jauh dari sana. "...kalau aku tidak akan melepaskan tongkat kehidupan, untuk kepentingan semuanya. Aku tidak akan menyerah sampai akhir!" ucapnya polos dengan nada kanak-kanak yang serius.
Melihat pemandangan itu, Ea akhirnya tersenyum juga—dan kamera secara tidak sengaja menangkap percikan api yang makin membesar di belakang kepala salah satu dari dua Ghost termuda di generasi ini.
Beberapa detik kemudian, tampak Profe dan Fest yang sedang menenangkan Tiashe yang menangis ketakutan setelah Relikt berteriak, "CUT!" tepat sebelum sabit Landkarte berhasil memenggal kepala bocah tak berdosa tersebut.
Di sisi lain, Ea hanya bisa menatap pemandangan dimana Kreuz menyikut keras pinggang Landkarte dengan bulir keringat besar menggantung di belakang kepala setelah pemuda itu melakukan hal yang kelewat berbahaya pada sang Keponakan tercinta—sukses membuat si empunya mata hijau cerah itu terkapar di atas padang rumput sambil memegangi pinggangnya yang sakit.
Rasa cemburu memang bisa membunuh, ya?
.
.
To Be Continued
A/N:Ide absurd yang mendadak muncul waktu ngebaca ulang kapitel yang ada Landkarte-Ea. Satu chapter mengandung ke-gaje-an dari satu kapitel, jadi mohon dimaafkan kalau kependekan... *ngubur diri di dalam tanah* Akhir kata, tanpa banyak bacotan lagi, RnR please? *puppy eyes no jutsu*
