Disclaimer: One Piece © Eichiro Oda
Venture
Cicitt cuit... Cicitt cuit...
suara burung dipagi hari tetap tidak bisa membantunya bangun tidak ada yang bisa membangunkanya kecuali
" ZOROO... ! CEPAT BANGUN.. KAU TIDAK INGIN PEDANGKU MASUK KE KAMARMUKAN ?, CEPAT BANGUN...! ".
Zoro perlahan membuka matanya, masih terasa berat memang, tapi dia tidak mau kakaknya yang super cerewet itu membunuhnya. Perlahan ia bangkit dan duduk disamping ranjang miliknya yg tidak cukup luas tapi tidak sempit pula. Dia melihat jam dinding, pukul 06.30 ? Ayolah, ini masih terlalu pagi untuk pergi kesekolah bukan ? Sekolah ? Tunggu dulu, dia hampir genap 3 tahun sekolah, beberapa hari kedepan mungkin akan menjadi hari-hari terakhirnya disebuah SMA ternama di East Blue. Dia tersenyum, bangga ? Tidak, sebentar lagi dia akan merasakan bebas hanya itu. Tiba-tiba senyumnya itu pudar seketika, bebas ? Tidak mungkin, kakaknya bisa lebih kejam apabila dia melakukan hal bodoh, tidak melanjutkan kuliah contohnya. Hahhh setelah menghela nafas panjang Zoro bangkit dari duduknya untuk pergi mandi dan mempersiapkan segala sesuatunya untuk sekolah, tidak terlalu banyak yang disiapkan karena hari ini tidak akan ada kegiatan belajar mengajar. Selesai mandi dan mengenakan seragamnya dia melihat dirinya dicermin, Zoro tersenyum, dia rasa dia lebih tinggi sekarang dengan dasi biru yang cukup rapih menurutnya (?), dan kemeja putih yang dibiarkan keluar dari celana hitamnya, cukup pas dibadanya, walaupun terlihat begitu sempit, kemudian dia memakai blazer almamaternya yang berwarna biru dongker, dilihat dari lenganya sudah jelas jas ini terlalu kecil untuk ukuran tubuhnya sekarang, akhirnya dia melepas blazer itu dan dibiarkan menggantung dipundaknya, menjinjing tasnya dengan kasar seraya keluar dari kamarnya. Dia turun dari lantai dua rumahnya, dan mendapati kakaknya sedang menyiapkan sarapan.
"roti dengan selai kacang dan... susu ?" keluhnya
"selai strawberi Zoro, dan susu bagus untuk pertumbuhanmu" jawabnya, saudari yang lebih tua darinya Kuina,
"pertumbuhan katamu ? Aku sudah 17 tahun dan sebentar lagi 18" sanggah Zoro
"umurku 20 tahun sebentar lagi 21 dan Aku masih meminumnya"
"jangan samakan aku dengan kau"
"sudah jangan membantah ! Cepat makan rotimu dan habiskan susumu !" sewot Kuina
"hai.. hai... Kuina nee-sama".Jawab Zoro dengan malas.
Setelah menghabiskan sarapanya Zoro segera berangkat sekolah, sebelum keluar dari pintu Kuina menghentikanya.
"Zoro, berhenti sebentar !"
"ada apa lagi ?" jawab Zoro tanpa membalikan badanya
"berbalik !" degg.. perasaan Zoro tidak enak, diapun membalikan badanya Kuina mengamati Zoro dari ujung rambut sampai ujng kakinya, Zoro merasa aneh dengan tingkah laku kakaknya ini, tapi kalau dilihat Zoro lah yang aneh, tubuhnya sedikit bergetar dengan keringat dingin mengucur dipelipisnya.
"apa kau tidak tau cara memakai dasi... huh ? Kesini biarkan aku merapihkanya" kuina menarik dasi Zoro, melepasnya dan memakaikanya kembali.
'Hahhh... Bukan masalah itu ternyata' batin Zoro,
Kuina masih merapihkan dasi Zoro
"Kau tau ? Kau seperti istriku jika melakukan hal ini" goda Zoro dengan senyuman liciknya,
Kuina menatapnya dengan tatapan mematikan, kemudian dia mencubit pinggang Zoro, cukup keras, cukup membuat pria itu menjerit
"mengerti apa kau tentang istri ?, katakan padaku apa kau sudah punya pacar ?" kata Kuina dengan nada mengejek. Cihhhh timpal Zoro dengan membuang muka. Kuina selesai merapihkan dasi Zoro
"Zoro ?" panggil Kuina
"hnggg ?" Zoro menatap gadis itu dia terlihat menunduk, Kuina menghentikan kata-katanya sejenak
"Kau tau kenapa kau belum mendapatkan pacar ?" tanya kuina,
Zoro merasa aneh dengan pertanyaan itu. Grepppp... Zoro kaget dengan tindakan kakaknya, Kuina memegang benda yang menggantung ditelinga Zoro lalu menariknya Srrtttttt...
"iteeeee..." teriak Zoro kesakitan,
"kau tau ? Sudah berapa kali aku mengatakan ini padamu jangan pakai antingmu ketika disekolah dan sekarang kau akan memakainya lagi huh ? Kakak sudah bosan dengan keluhan wali kelasmu tentang anting ini" sewot kuina panjang lebar,
anting yang dikenakan Zoro memang tidak permanen, tidak perlu lubang ditelinga untuk memakainya sehingga kuina dapat melepasnya, walaupun dengan cara yang salah. Zoro memegang telinganya yang kesakitan, kalau sudah begini, dia tidak bisa mengelak dari amukan sang kakak,
"gomen.." hanya kata itu yang muncul dari mulut Zoro,
"kau boleh memakainya kalau tidak berseragam sekolah. cepat berangkat sana, tadi pagi aku sudah memanaskan mesin motormu didepan" jawab Kuina sambil berbalik dan melangkahkan kakinya kearah dapur,
Zoro mengembangkan senyumnya "arigotou naa..." dia sedikit berteriak
"cepat berangkat nanti kau terlambat, itu bukan berarti aku mengizinkanmu ngebut, dan pakai helmu !" bukanya menjawab rasa terimakasih Zoro, Kuina malah melanjut nasihatnya.
Cihhh... Zoro mendungus dengan senyuman terukir dibibirnya, walaupun tidak secara langsung Zoro mengakui Kuina sebagai kakak yang sangat perhatian, 'sebandel apapun dia'.
Grebbb... Zoro menutup pintu rumahnya, sejenak dia menghirup udara pagi itu, menatap motor kawasaki hitamnya yang terpampang gagah, dia terlihat lebih mengkilau pagi ini, apa kuina mencucinya ? Zoro sepintas melihat mentari, ini masih terlalu pagi bukan ? Kapan dia mencucinya ? Zoro menggelengkan kepalanya
'dasar, kalau tidak pedang, ya mesin. Gadis macam apa dia ? Aku tidak mengerti kenap Ace mau denganya' benak Zoro,
bukanya bersyukur atas apa yang dilakukan kakaknya itu. Seditik setelah unek-uneknya itu, Zoro mendengar suara pintu terbuka, pandangan Zoro berubah dia menatap kesal laki-laki yang baru keluar dari rumah itu, rumah itu bersebrangan langsung dengan rumah Zoro, itu artinya mereka bertetangga, dan Zoro menyesalinya. Laki-laki itu mengenakan seragam yang serupa dengan apa yang dipakai Zoro, hanya saja dia terlihat lebih rapi lengkap dengan blazer almamaternya, rambutnya kuning, sebagian menutupi mata kananya sehingga hanya memperlihatkan mata kirinya dengan alis yang bisa dibilang cukup langkah, dia menatap Zoro dengan senyum yang penuh arti, kelicikan lebih tepatnya, Sanji. Cihhh... Zoro membuang muka dan berjalan mendakati motornya,
"kau bangun terlalu awal Marimo" Sanji membuka salam pagi itu
"dan kau merusaknya alis keriting" Sanji menuruni tangga kecil rumahnya, dia berjalan menuju mobil sport putih miliknya.
"kau sudah menghabiskan susumu haa ?"
"habis, sehabis-habisnya seperti Aku menghabisimu" Zoro menunggangi motornya dan tengah mengenakan helm hitamya.
"cihh.. Aku tidak mau bersaing denganmu pagi ini"
"kau takut ? Sudah kuduga itu mobil curian kan ?" Sanji setengah membuka pintu mobilnya
"apa katamu ? Aku hanya merasa kasian jika Kuina nee-chan marah, kau tidak akan mendapatkan jatah makan malamu"
"heee... Kasian ? Jadi benar, kau ini seorang gay?" Zoro tersenyum puas, dia sudah siap dengan helmnya dan menstarter motornya itu, dengan sedikit gas untuk memanaskan mesin.
Sanji mendecak kesal atas kalimat yang dilontarkan Zoro padanya
"kau yang meminta marimo"
"kau tau aba-abanya bukan ?"
Zoro memainkan gasnya sehingga mengeluarkan suara raungan dari mesin motornya itu, Sanji yang baru masuk kemobilnya melakukan hal yang sama seperti apa yang dilakukan Zoro. Kuina yang tengah memasak didapur menganggap suara mesin Zoro sebagai hal yang wajar tapi dia mendengar suara mesin lain suara khas mobil sport dan dia mengenal persis siapa pemilik mobil itu dan seperti apa hubunganya dia dengan adik laki-lakinya itu, sedetik dua detik Kuina menggeram kesal, dia mencabut salah satu pisau dapur yang ada disampingnya dan berlari keluar rumah. Sementara diluar Sanji tengah menunggu aba-aba yang dimaksud Zoro tadi, Cekrekkk... Dan WuZzzzzzz... "ZOROOOOOOO...!" teriak kuina. Kedua kendaraan tadi melesat cukup kencang, ditrek lurus seperti perumahan ini sangat bagus untuk melakukan aselerasi pada kendaraan mereka. Dan inilah yang akan terjadi apabila Zoro dan Sanji berangkat sekolah bersama.
…. Besambung
Review pleasee... :)
