CHAPTER I:

MASALAH TAK BERUJUNG?

*

Tahun 2025, lima belas nama negara memonopoli sistem keadidayaan dunia dalam segala bidang dan potensi.

"Merekalah dalang besar atas segala kehancuran di atas muka Buwana Pertiwi, Laksana Napas yang Tak Kasat Mata, Cakrawala Dirgantara, dan Berlian Biru Para Tirta. Mereka bersekutu dengan Sang Hawa Agni, meluluhlantakkan segalanya."

Seolah tanpa sisa, peperangan berkecamuk, merenggut segala milik.

.o0o.

THE THIRD WAR OF THE WORLD

OUR COLOURLESS SKY

oleh INDONESIAN KARA.

...

Hetalia - Axis Powers (c) Himaruya Hidekazu, Japan. Penulis tidak mengambil keuntungan apapun atas pembuatan karya.

Rated: T (R-13). Genres: The Timelines of War, A Fiction about Sciences and Natural Resources, Tragedy, Angst, Drama [Sci-Fi, Tragedy].

Languages: INDONESIAN (main), English (little), Malay (little), Javanese (only for representation and little of dialogues, if the readers just be silent (?)) and another languages.

Notes: AU, OC, future-settings, human names used here, contains 2P! HETALIA, NyoTalia, and many other characters.

~o0o~

Buwana Pertiwi kehilangan daulahnya.

Para negeri kekurangan sumber daya alamnya.

•••

—WORLD CONFERENCE—

(New York, USA, 5 January 2065)

Empat puluh tahun telah berlalu, sejak diumumkannya lima belas negara peringkat teratas dari sekian ratus sekian nama negara. Lima belas negara, mereka dipilih berdasarkan potensi, sumber daya alam, kemajuan bidang pengetahuan, kemumpunian bidang kesehatan dan kependudukan, serta majunya bidang keamanan.

Lima belas negara, tujuh nama negeri menggeser posisi delapan lainnya, membentuk kelompok lima belas negara maju dari seluruh penjuru dunia: The Group of Fifteen, G15.

Sejak sebelum tahun 2025, keadaan Bumi semakin kacau nan balau dengan ribuan kasus bernuansa teror, pembantaian berantai, penculikan para Perdana Menteri, penyadapan rencana pembangunan dari para petinggi negara, separatisme, dan beberapa ancaman militer yang menelan ribuan korban jiwa.

"... Dan hal ini pulalah yang menambah panjang daftar nama dan jumlah tahanan di penjara. Tiga negara dengan persentase jumlah tahanan dan buronan tertinggi, antara lain adalah ..."

United States of America ...

中華人民共和國 (People's Republic of China) ...

Российская Федератсия (Russian Federation)...

Keempat belas negara lain menajamkan pandangan berikut dengan pendengaran, namun (masih) tanpa kata. Ruang Konferensi Dunia hening, detikan jam dinding yang mengganti jam menengahi.

"Selama lebih dari enam puluh tahun, para ilmuwan dan kaum Pencinta Alam terus menggali, menganalisa, dan mengamati seluruh unsur di dunia demi menemukan sumber daya alam yang tahan lama, tersedia cukup banyak, dan yang pasti dapat diperbarui dalam waktu yang relatif cepat.

"Setelah tahun 2025, kami menemukan sejumlah negara dengan kekayaan alam yang tak ternilai harganya, jauh, jauh di dalam tanah yang warga negaranya pijak.

"Yang mengejutkan, lebih dari dua ribu gigaton emas murni terpendam di perut bumi negara-negara Afrika. Emas itu, murni. Percaya atau tidak, itulah emas dengan kualitas yang tak kalah terbaik dari emas yang ditemukan di perut Bumi Cenderawasih milik Republik Indonesia."

Nigeria, Mesir, Aljazair, Afrika Selatan, Sudan, dan belasan personifikasi negara-negara Afrika lainnya jadi sorotan, termasuk seorang wanita sebagai personifikasi Indonesia di meja ketiga.

Ludwig—si Personifikasi Jerman, selaku pemimpin tetap dari konferensi dunia—berdeham, melanjutkan, "Lebih jauh tentang itu, disinyalisasi ada banyak sumber daya alam lain di dalam perut bumi, yang diperkirakan mampu untuk menghidupi masyarakat seluruh dunia selama beberapa dekade ke depan.

"Krisis bahan pangan, pendidikan manual, penelitian hidup, dan moneter yang menyebar ke seluruh Bumi harus segera diatasi, begitu pula dengan ancaman pencurian sumber daya lainnya. Akan tetapi ...," jeda Ludwig cipta, ia mengembuskan napas seolah menyesal.

Pandangan seluruh personifikasi mulai tertuju kepada mantan negeri Nazi Hitler itu sebab jedanya.

Dirasa siap, Ludwig melanjutkan kata, "... Akan tetapi, siapa yang tahu jika delapan puluh sekian persen dari sumber daya alam tersebut ialah jenis sumber daya alam yang memerlukan waktu ratusan, ribuan, hingga bermilenium-milenium masa lamanya untuk siap digunakan? Sumber daya alam yang ditemukan itu memang banyak jenisnya, ternamun, yang didata ... Kalian semua tahu kalimat-kalimatku yang sebelumnya," ucapnya.

Desahan kecewa meluncur dari siapapun, tak peduli siapa, kecewa atas nasib yang memburuk macam begini.

Sepersonifikasi mengangkat tangan kanannya, berharap agar dirinya bisa dilihat oleh Ludwig yang memimpin Konferensi.

"Ya ... Raivis Galante? Ada yang ingin kautanyakan?" Raivis Galante, personifikasi dari Latvijas Republika (The Republic of Latvia), yang berusia manusia lima belas tahun itu, demi mendengar Ludwig yang mempersilakan dirinya untuk mengutarakan kata, mengangkat kepala selepas menimbang-nimbang pertanyaan dalam pikirannya.

"Pertanyaanku sederhana, tentang bagaimana cara yang efisien untuk mengatasi krisis yang belum diketemukan solusinya ini. Kita telah sering mendengar, melihat, dan mengetahui keadaan orang-orang dari berbagai belahan latar Bumi yang tampak kelaparan, dilanda kemiskinan, terasa menusuk keadaannya, dan memilukan." Raivis memberi jeda sesaat, kesempatan untuk berpikir.

"Aku pikir, aku menemukan solusi—eh, tidak. Separuh solusi, sebab belum kuberitahukan dan kau, dan kalian beri persetujuan," tutur Raivis beberapa detik kemudian. "What is that, Latvian? Aku pikir, setengah atau lebih dari kami akan setuju, poppet."

Kautahu siapa barusan?

Oliver Kirkland. Personifikasi 'refleksi' dari sepersonifikasi Inggris yang bernama Arthur Kirkland ini ...

"Katakan saja, Raivis. Barangkali, akan menuai beberapa saran dan persetujuan."

"Agreed. Katakan, Raivis. Tidak ada siapapun yang melarang siapapun untuk beropini di sini."

"True. Da, opini yang sekiranya membangun akan kami pertimbangkan."

Demi mendengar bicaranya Indirasyah Kushnaparalintang Sastradewi, Arthur Kirkland, dan Ivan Braginsky, Raivis mengangkat kepala. "Aku pikir, untuk menanggulangi krisis bahan pangan dan sedikit-banyak tentang krisis moneter, mengapa dunia global tidak bekerja sama dengan negara-negara yang bertanah subur? Maksudku, negara yang mudah ditumbuhi beragam tumbuhan atau tetanaman bahan pangan pokok?

"Karena bahan pangan pokok ... Aku pikir, aku pikir lebih berharga daripada terus-menerus menggerus perut Bumi demi mencari ratusan megaton sumber daya alam tak terbarukan itu ... ." Pandangannya menyirat penuh harap kepada Ludwig di muka. Mengingat lima ratus lebih jiwa di negaranya yang mati kelaparan, Raivis berani mengutarakannya. Setakut apapun ia, segemetar apapun Raivis.

Sesungguhnya, tak hanya Latvia saja, ternamun seluruh dunia.

Negara-negara Afrika, Timur Tengah, negara-negara wilayah Baltik, bagian timur Republik Indonesia, separuh lebih wilayah Republik Rakyat Tiongkok, bahkan sebagian kecil negara-negara Amerika Selatan mengalami krisis bahan pangan akibat peningkatan suhu udara yang tak kunjung ditemukan solusinya, kriminalitas berupa pencurian tanaman bahan pangan, teramat sering terjadinya kebakaran hebat di hutan, dan muntahan lava, lahar, bahkan bebatuan besar nan berat dari gunung berapi yang meletus dan menelan korban jiwa hampir setiap tahun.

"A good opinion, Latvian. Danke." Raivis kembali duduk, di bangkunya yang berada di tengah-tengah bangku milik Eduard von Bock dan Tolys Laurinaitus, lenyaplah sudah opini dan kata-kata panjang yang mengganjal di dalam pikirannya.

"Oh, jika ... Jika ada yang ingin menanggapi, uhm, opiniku, silakan. Silakan saja," imbuh si Latvian.

"To be honest, aru, aku sangat setuju dengan apa yang dikatakan oleh Raivis barusan. Kita ini negara, personifikasi lebih tepatnya, memiliki keunikan, kelebihan, dan kekurangan atas masing-masing. Ada yang tanahnya subur, ada yang luas area hutannya tak terbantahkan, dan lainnya, aru." Wang Yao, personifikasi pertama dari Republik Rakyat Tiongkok, menghela napas.

"Masalahnya, aru, siapa sajakah negeri yang memiliki kelebihan dalam masalah kesuburan tanah, area hutan luas, dan masalah kemandirian dalam bidang kesehatan, pendidikan, serta penelitian, aru? Dan bersediakah mereka demi membantu?" Hening.

"Namun kebutuhan bahan pangan, minimal bahan pangan pokok, harus tetap disuplai kepada negara-negara yang wilayahnya kurang memungkinkan untuk ditanami." Indira menimpali. Logat Jawa-nya terbawa sekilas.

Ludwig yang termangu.

Yao mulai menatap sendu.

Indira yang semangatnya terus menggebu.

Pula dengan ratusan peserta Konferensi Dunia yang gelisah menunggu.

Angin dan detikan jam kembali mengisi waktu. Udara segar dan pengap seolah berbaur menjadi satu.

Candaan Peter Kirkland, Matthew Williams, dan Michelle Mancham yang mulanya seru, sekarang tak terdengar lagi laksana gaibnya bisikan hantu.

"Lalu, bagaimana jika gantian kau yang mempertimbangkan masalah ini, Indirasyah Kushnaparalintang Sastradewi? Aku yakin, jiwa nasionalisme, kebangsaan, dan cinta akan kepositifan dunia itu telah terketuk, dan benih-benih kebaikan telah siap untuk ditabur atas Bumi, mendahului empat belas negara adidaya lain di dunia."

Siapa sangka seorang (atau yang lebih pantas disebut sepersonifikasi) kaku macam Ludwig bisa memiliki kalimat-kalimat bermajas cantik seperti yang baru dikatakannya itu?

Republik Indonesia mulanya tersentak, namun karena ia ingat dengan api semangatnya, dia mengangguk mantap. "Akan aku rencanakan. Toh, wilayahku masih banyak yang bisa ditanami tetumbuhan bahan pangan pokok," tuturnya.

"Namun, bila masalah seperti tenaga peneliti, tenaga pengajar, tenaga pengamat, dan tenaga kesehatan, maaf. Aku tidak bisa membantu. Negaraku bahkan masih kekurangan," sambungnya seraya menggesturkan tangan tanda "tidak".

"Tentu, Indonesien. Aku yang akan memikirkan kandidat negara yang tepat untuk mengisi keempat unsur lainnya. Setiap tiga bulan, kami akan menyetorkan dana untukmu mengembangkan lahan. Termasuk jaminan, apabila terjadi kerusakan lingkungan wilayahmu karena hal ini," tegas Ludwig.

"Baiklah."

"Dari kelima belas negara adidaya masa kini, diwajibkan untuk mewakilkan sekurang-kurangnya tiga ahli pertanian, dan semaksimal-maksimalnya lima wakil pertanian untuk membantu Republik Indonesia dalam mengolah tanah. Indonesia termasuk negara agraris, ketahuilah, sebagian besar menanak beras dari padi menjadi nasi sebagai bahan makanan pokok sehari-hari."

Indira mengangguk sekali lagi. "Akan aku usahakan yang terbaik. Aku usahakan."

"Baiklah, Konferensi Dunia hari ini ditutup. Bulan depan, tepat bulan depan, akan digelar Konferensi Dunia yang selanjutnya. Aku minta kerjasamanya dari kalian."

~IoI~

Duri-demuri panas hati mulailah menjalar,

lebih dari tunggal personifikasi,

dengan percikan iri yang mulai membakar.

*~...oOo...~*

to be continued.

Indonesia, 28 Februari 2018.

00:00 WIB

*

*

Ingat tokoh bernama Indonesia Dirgahayu Nusantara Merdeka dari fanfiksi THE THIRD WORLD WAR dan fanfiksi Diplomasi Indonesia Israel? Nah, Indirasyah Kushnaparalintang Sastradewi adalah tokoh yang sama ;).

(IND)IRASYAH = INDONESIA.

Saya akan berikan petunjuk kepada kelima tokoh Indonesia dengan nama baru yang mengacu pada julukan lama.

Indonesia. Nusantara. Dirgahayu. Dirgantara. Nesiakaharani.