A Naruto fanfiction,

Hinata vs Kaguya ©2014 Munya munya

Rated: T

Genre: Romance, Family

Disclaimer: Masashi Kishimoto

Warning: Canon! Spoiler inside! Maybe Typos, DLDR!

Dedicate to all Naruhina lovers and congratulating the end of Naruto series.

ENJOY!


Kicau burung mengantarkan matahari kembail ke paraduannya. Suasana senja yang hangat di awal musim gugur desa Konoha membuat semua orang nyaman berjalan-jalan santai di jalanan desa. Dunia kini telah damai, meski keributan kecil masih saja terjadi di beberapa titik di dunia shinobi ini. Di mana ada kebaikan di situ ada kejahatan. Tidak ada yang sempurna di dunia itu hal yang wajar selama tidak mengancam perdamaian dunia seperti di masa-masa sebelumnya. Yah, masa-masa yang penuh perjuangan, tumpah darah dan dendam kini telah dilewati. Namun berkat kerja keras semua ninja di masa itu, lahirlah perdamaian dan menciptakan pahlawan baru dunia shinobi, salah satunya seorang pria yang tengah berjalan santai sepulang kerja ini. Rambut kuningnya yang ia pangkas pendek tertiup angin musim gugur yang hangat di kala senja. Begitu pula dengan jubah putih bermotif api merah di bagian bawahnya berkibar searah angin membawanya. Sebuah jubah kebanggan, bertuliskan:Nanadaime Hokage.

Di jalan pulang, pria bernama Uzumaki Naruto ini memutuskan untuk mampir sejenak di rumah keluarga Hyuuga, rumah mertuanya. Sembari menjemput anak-anak dan istrinya tercinta, Hyuuga Hinata yang kini telah berganti nama menjadi Uzumaki Hinata.

Saat memasuki gerbang rumah utama keluarga Hyuuga, Naruto sudah disambut hangat oleh beberapa anggota klan yang berada di depan gerbang. Ia pun membalasnya dengan ramah. Ya, rumah besar ini sudah menjadi rumah kedua bagi Naruto sejak menikahi sang Heiress, Hinata. Walaupun sudah menikah, Hinata masih sering berkunjung ke rumah orang tuanya dan mengajak anak-anaknya. Tentunya orang tua Hinata senang dikunjungi oleh cucu-cucunya yang lucu. Dan bagaimanapun juga, Hinata tetaplah seorang 'Hime' yang harus mewarisi tradisi dan bahkan ilmu ninja klannya pada anak-anaknya.

"Papa!"

Naruto sedikit kaget saat tiba-tiba gadis kecilnya berlari ke arahnya, "Himawari-chan!"

"Di mana Mamamu?" tanya Naruto lagi sambil menggendong Himawari.

"Di dojo. Ada Kakak juga di sana," ujar Himawari sambil bersandar manja di bahu ayahnya.

"Dojo? Apa mereka sedang berlatih?" meskipun Naruto sedikit heran, ia tetap melangkahkan kakinya ke dojo keluarga Hyuuga yang sudah ia hapal letaknya.

Himawari mengangguk lucu "Hm. Mama sedang berduel dengan bibi Hanabi. Ayo, Papa harus lihat kehebatan Mama!"

"Hmm, Himawari-chan baru lihat Mama bertanding ya? Mamamu itu memang kunoichi yang hebat! Dulu saat Papa hampir dikalahkan musuh yang sangat kuat, Mama datang menghadang dengan berani dan melawan musuh itu sendirian," cerita Naruto mengenang invasi Pain dulu. Senyum pun terkembang di wajah tan nya saat mengingat pernyataan cinta Hinata saat itu. Ah, saat itulah awal mula Naruto menyadari perasaan Hinata.

"Benarkah? Aku juga mau menjadi hebat seperti Mama!"

"Huh, Papa sudah sampai?" seru Bolt tiba-tiba saat Naruto dan Himawari sudah sampai di dojo.

"Naruto?" sapa Hiashi yang tengah minum teh di teras ditemani ibu Hinata.

"Selamat sore Bolt. Tou-san, Kaa-san, aku kesini ingin menjemput Hinata dan anak-anak," balas Naruto sambil menghampiri mertuanya di teras pinggir dojo.

"Minum teh dulu Naruto, kau pasti lelah," tawar nyonya Hyuuga yang tak lain adalah ibu mertua Naruto.

"Terimakasih, Kaa-san."

Sedari tadi sibuk menyapa keluarga Hinata sambil meminum teh hijau hangat, Naruto baru menyempatkan diri menoleh ke arah dojo dan melihat istrinya tengah sparring dengan adik iparnya. Sungguh pemandangan yang sudah lama tak ia lihat. Hinata dengan pakaian ninjanya bergerak cepat menangkis dan menyerang Hanabi lengkap dengan mata byakugan aktif yang menampilkan kesan 'garang' walaupun Hinata kini sudah menjadi ibu dari dua anak. Bagaimanapun juga, Hinata tetaplah seorang ninja. Dan Naruto baru menyadari itu. Sejak Hinata menjadi istrinya, ia sangat jarang sekali—atau bahkan tidak pernah—melibatkan Hinata dalam sebuah misi. Dengan kata lain, selama resmi menjadi istri Hokage, Hinata sudah tidak aktif lagi menjadi ninja. Apalagi sejak menjadi ibu.

"Jyuuken!"

Suara lantang Hinata beradu dengan perlawanan Hanabi sang adik di area dojo. Setiap serangan Hanabi berhasil ditangkis oleh Hinata, begitu pula dengan Hanabi yang selalu dapat menghindari jyuuken kakaknya.

Naruto terpana dengan ketangkasan Hinata sebagai ninja yang sudah sangat jarang ia lihat. Sudah delapan tahun mungkin? Selama ini ia hidup dengan Hinata, istrinya itu berperan sebagai seorang ibu rumah tangga yang lembut, perhatian, dan sangat jauh dari kata ninja sebagai petarung. Hey, Naruto apa kau lupa istrimu ini juga seorang ninja?

Hinata kembali berkonsentrasi setelah jeda singkat antara dirinya dan Hanabi yang mulai kelelahan. Mata byakugannya kembali aktif dengan urat-urat di sekitar mata yang menegang.

"Mama! ganbatte!" teriak anak-anak Naruto menyemangati ibu mereka sementara sang ayah tak lepas memandang istrinya.

Hinata memandang tajam pergerakan Hanabi. Naruto terdiam. Sorot mata tajam Hinata menarik perhatiannya dan tiba-tiba saja Naruto tersentak saat melihat mata itu. Mata itu, mata byakugan yang sedang bertarung itu, mengingatkannya pada..

Kaguya?

Merinding Naruto memikirkannya. Melawan Kaguya dengan taruhan nyawa seluruh dunia adalah pertarungan terberat yang Naruto alami. Jujur ia masih merasa takut bila mengingat itu. Karena selain berbahaya, rupa Kaguya juga menyeramkan bak setan. Naruto sangat takut hantu 'kan?

Naruto menggelengkan kepalanya berusaha tersadar. Masa istrinya yang cantik ia samakan dengan Kaguya?

Akhirnya pertandingan dimenangkan tipis oleh Hinata. Dan tentunya hanya meninggalkan luka kecil di tubuh Hanabi. Toh ini hanya latihan. Hiashi yang melihat kedua putrinya bertarung dengan hebat mengangguk puas. Bolt dan Himawari bersorak kegirangan atas kemenangan ibunya.

Hinata sudah selesai dan berbalik menatap suaminya. Ia tersenyum sambil masih mengatur napasnya. "Naruto-kun," sapa Hinata menyadari kehadiran Naruto.

Naruto balas tersenyum dan memberikan handuk kering untuk mengelap keringat Hinata.

"Sudah lama ya, Hinata."

Hinata tersenyum dan mengangguk, ia mengambil handuk dari tangan suaminya dan duduk di sebelah Naruto.

Hanabi pun mengambil tempat duduk di teras bersama mereka. "Nee-sama sudah menang, bagaimana kalau lanjut melawan Naruto Nii-san, hm?"

Naruto dan Hinata menengok ke arah Hanabi bersamaan dan agak kaget mendengarnya.

"Ide bagus, bagaimana kalau kau sparring juga Naruto?" timpal Hiashi tenang.

"Papa dan Mama akan bertanding? Wah aku penasaran," seru Bolt ikut bersemangat. Sedari tadi bocah yang selalu bersemangat ini serius memperhatikan pertandingan ibunya.

Naruto dan Hinata hanya berpandangan dalam diam. Sedetik kemudian Naruto terkikik canggung sambil menatap Hinata, "Hahaha, tidak, aku tidak sanggup. Tidak tega kalau melawan Hinata." Jelas Naruto pada Hiashi dan Hanabi. Dibilang seperti itu oleh Naruto sekaligus dirangkul oleh suaminya ini membuat Hinata menunduk dan pipinya bersemu merah.

"Ayo kita pulang saja. Lagi pula Hinata tampaknya sudah lelah."

"Iya, aku sudah cukup sampai sini latihannya Tou-sama," kata Hinata.

"Baiklah kalau begitu. Himawari, Bolt, mau menginap di rumah Ojii-sama atau pulang saja?" tawar Hiashi.

"Hm, aku rasa pulang saja Jii-sama. Terimakasih untuk hari ini. Nanti aku ke sini lagi. Ojii-sama ajarkan aku jurus klan Hyuuga ya?" ujar Bolt mewakili.

Hiashi mengangguk dan tersenyum pada dua cucunya. Ia senang memiliki dua cucu dan menikmati hari-harinya sebagai seorang kakek.

"Ayo kita pulang! Kami permisi Tou-san, Kaa-san, Hanabi," Naruto menggendong Himawari dan beranjak pergi bersama Hinata dan Bolt.

"Tidak makan malam dulu, Hinata?" tawar ibu Hinata.

"Kami makan di rumah saja, Kaa-sama. Aku sudah memasak. Arigatou, kami pamit dulu." Ujar Hinata.

"Ya, hati-hati," nyonya Hyuuga melambaikan tangan pada keluarga putri sulungnya.

"Daaah Obaa-sama!"


"Terimakasih atas makanannya, Mama!" seru Bolt yang kekenyangan sehabis makan malam di rumah keluarga Uzumaki. Mereka kini tengah berkumpul di ruang tengah. Bolt dan Himawari sangat senang karena ayahnya yang biasanya pulang larut malam setelah mereka tidur bisa ikut makan malam bersama.

"Iya, sekarang saatnya tidur anak-anak," ujar Hinata lalu mengantar anak-anaknya ke kamar mereka.

Naruto yang masih berada di ruang tengah melihat gerak-gerik istrinya yang sedang mengurus anak-anak mereka dan mulai merasa canggung dengan Hinata. Bukannya Naruto risih, namun ia merasa selama ini—selama mereka menikah— salah menilai Hinata. Ia terlena dengan Hinata yang hanya berperan sebagai Istri dan ibu bagi anak-anaknya.

Sejak sore tadi Naruto kembali tersadar bahwa istrinya yang lemah lembut dan sangat keibuan ini sebenarnya seorang ninja seperti dulu. Kunoichi yang kuat, kekuatan yang tersembunyi yang hanya keluar saat akan melindungi orang yang disayanginya dengan sepenuh hati. Naruto tersenyum mengingatnya. Mulai sekarang ia tidak boleh meremehkan Hinata dan melupakan kekuatan ninjanya. Ia bangga dengan istrinya. Karena mereka adalah keluarga ninja 'kan?

Waktu sudah larut malam saat Hinata masuk ke dalam kamarnya yang sudah ada Naruto berbaring di sana. Mereka pun memutuskan untuk tidur karena lelah yang melanda. Denting jarum jam yang berbunyi perlahan seolah menjadi lagu pengantar tidur bagi sepasang manusia ini. Sebelum terlelap, Naruto menyempatkan berucap pada Hinata.

"Oyasumi, Hime." Panggilan sayang itu pun keluar lagi setelah beberapa lama tidak terdengar. Karena Naruto mengucapkan itu ketika sedang berdua saja dengan Hinata. Mata biru laut itu menutup seiring tangan sang empunya bergerak pelan melingkar di pinggang istrinya. Kantuk benar-benar menguasai mereka berdua.

"Oyasuminasai, Naruto-kun."


"Sekarang,"

"AKAN KUMUSNAHKAN KALIAN SEKARANG JUGA!"

Tak lama setelah kemunculan 'Dewi Kelinci' berwujud seram dengan tanduk, tiga mata dan dua diantaranya mata putih, daratan seakan remuk dan mengeluarkan isi perut bumi. Lava panas yang melelehkan apapun. Naruto sangat terkejut dan tidak dapat berpikir cepat.

"UWAAAAH!"

Ia terjatuh tertarik gravitasi. Mata Kyuubi mode nya yang bergaris horizontal terbelalak lebar. Nyaris saja tercebur ke lava panas namun tertolong oleh elang kuchiyose Sasuke.

Sejurus kemudian adegan seakan berputar cepat dan tiba-tiba saja Naruto sedang menangkap Sakura dan Kakashi yang akan jatuh ke lava dengan tangan besar chakranya. Namun setelah ia berhasil menangkap mereka dan menoleh lagi ke belakang, tatapan mata Kaguya yang menyeramkan membuat bulu kuduknya merinding. Dari tatapan itulah amarah Kaguya memuncak dan muncullah jarum-jarum besar menyerang elang Sasuke yang membuat pertahanan mereka goyah. Elang itu jatuh, bersama dengan tubuh Sasuke dan Naruto yang terhuyung ke bawah. Naruto kembali dikuasai kepanikan dan cemas. Takut. Ia takut. Ia khawatir karena bila salah satu saja dari dirinya dan Sasuke mati, maka habislah seluruh dunia ini. Tamatlah riwayat dunia.

Tubuh mereka semakin jatuh, Naruto tidak dapat berpikir jernih ditambah sibuk dengan perasaan mengerikannya sementara Sasuke memutar otak. Naruto hanya dapat berdoa semoga keajaiban itu datang menyelamatkan mereka. Dan..

FLAP

"Naruto kau bisa melayang?"

"Eh?"

Naruto pun hanya dapat melongo dengan keajaiban ini. Terimakasih Tuhan, ini mukjizat! Batin Naruto di tengah suasana yang masih mencekam. Ia pun segera membentuk bunshin untuk menjaga Sakura dan Kakashi.

Kaguya masih di depan mata. Kali ini ekspresinya sendu, datar. Memperhatikan tim tujuh yang saling bergantung di cengkraman tangan besar chakra Naruto. Melihat Naruto, Kaguya teringat sekilas pada anaknya, Hagoromo. Lalu ekspresinya berubah sangar, marah. Ia marah. Seluruh chakra seharusnya miliknya!

Naruto dan Sasuke kembali bersiap menyerang Kaguya. Naruto memberanikan diri menatap ke depan. Demi seluruh dunia ini, ia harus berani. Ia harus tangguh. Tak boleh menyerah. Ia menatap musuh di depannya dengan seluruh tekad di hatinya. Saat Kaguya sudah terlihat di visual Naruto, sungguh menyesal Naruto sudah menemukan penampakan wajah marah Kaguya. Mata putih byakugannya yang belum aktif berkilat seram.

Lava mendidih, gunung api raksasa meletus. Berdentum keras. Disertai pergerakan cepat Kaguya dengan jurus mata byakugannya yang sudah aktif, melesat menerjang ke arah dua pemuda itu. Naruto melebarkan matanya kaget. Seram, ini mungkin hal tergenting dan terseram yang pernah Naruto alami

"SEKALI LAGI, AKAN KUBUAT SEMUA CHAKRA MENJADI SATU!"

DUMMM!

.

.

"TIDAAAAK!"


.

.

"TIDAAAAK!"

"Naruto-kun!"

To be continue


Sebelumnya saya teriakkan dulu dengan lantang: HIDUP NARUHINA CANON! NARUHINA IS CANON! FINALLY!

SELAMAT KEPADA NARUHINA LOVERS DI SELURUH DUNIA! AKHIRNYA PENANTIAN KITA TIDAK SIA-SIA!

YEAAAY! Saya pribadi seneng banget sampe jejeritan gajelas liat gambar-gambar/berita/spoiler di internet. Awalnya liat cover CD theme song the last itu loh yang Naruto & Hinata jalan berdua. Itu saya udah yakin bgt canon hahaha padahal belum apa-apa yaa? Eh sehari sebelum chapter 700 keluar muncul desain karakter naruhina babies yang unyu-unyu dan pas baca last 2 chapters of Naruto... hah perasaan ini... susah dijelasin antara seneng banget, terharu, sedih karena Naruto sampai pada finalnya, dan bangga liat Naruto udah jadi hokage :")

Apalagi pas liat trailer, poster, spoiler, dan semua promosi THE LAST, duhhh ada yang bilang gini: di chapter 700 gaada momen Naruhina sama sekali, eh malah dibikin SATU MOVIE!

Gue rasa itu film naruhina bingits sampe tumpeh tumpeh deh! duh apalagi genrenya ROMANCE dan semua pairing di bahas di sana katanya duh penasaran sama sasusaku juga kyaaaa! hayati udah ga kuat nunggu the last bang, bunuh hayati di rawa-rawa! #Loh

TERIMAKASIH KISHIMOTO SENSEI! Terimakasih buat kerja kerasnya selama 15 tahun. Naruto membuat hidup saya lebih berwarna :")

Dan terimakasih tentunya udah mewujudkan Naruhina bersama

Ohya, Bolt sama Himawari lucu lucu bangat boleh saya kantongin gak? fufufu

Pokoknya selamat deh yaa buat Naruto dkk yang udah pada berkeluarga, semoga sakinah mawadah warohmah. Ikut seneng liat Naruto yang tadinya yatim piatu, sendirian, sekarang udah bahagia dan bersama orang yang sangat mencintainya tentunya :") dan Hinata juga selamat! Perjuangannya gak sia-sia sumpeh keren bgt dah itu cewek perjuangannya dapetin Naruto. Inspiring story :")

Btw, tadinya cerita ini mau dibuat oneshot tapi takut terlalu panjang dan terlalu lama update maka dijadiin ber chapter(mungkin 2 atau 3 chapter).

Akhir kata, daripada kebanyakan bacot, saya harap para NHL yang lagi berbahagia kaya saya, cieeh, dan semua fans naruto, semua reader juga tentunya, mau berbagi komentar atau mau curhat juga boleh tentang kebahagiaan official canonnya pair favorit kalian terutama Naruhina :3

REVIEW DITUNGGU!

Salam hangat,

Munya

22-11-2014