Classical As Usual
Naruto belongs to Masashi Kishimoto
Rated : T
Main Pair : SasuSaku
Special thanks to : Annabel with her soft-voice in Anamnesis
WARNING : AU, OOC, Little bit of Crime, Not to bashing and typo(s)
Happy Listening-
.
.
.
-music makes you live
Auditorium itu membahana, penuh riuh tepuk tangan kagum dari beragam pekerja seni yang diundang untuk menghadiri pagelaran akbar malam itu. Musik mengalun pelan lalu semakin lama semakin mengecil dan akhirnya lenyap. Para pekerja seni yang bekerja di atas panggung, menghibur pekerja seni lainnya saat ini, tersenyum kecil sebelum turun dari panggung dan menuju belakang panggung.
Mereka Uchiha bersaudara, musisi klasikal terkenal yang mengguncang dunia seni baru-baru ini dengan alunan nada klasik yang mereka perdengarkan. Pembawaan mereka yang tenang dan jauh dari kata berisik, membuat musik mereka seakan hidup dan mengisi relung hati bagi siapa saja yang mendengarkannya.
"Kalian bagus, seperti biasa." Kedua bersaudara Uchiha itu mengangguk, lalu mengambil air minum yang diberikan oleh manager mereka.
"Kau capek tidak, Sasuke?" Uchiha sulung yang berambut panjang menoleh ke adiknya yang nampak bersungut-sungut, itu pasti Uchiha bungsu yang dipanggil Sasuke. "Kalau capek, kita langsung ke apartemen."
Sasuke mendengus. "Sudah tau aku capek kau masih saja bertanya, Itachi." Itachi, nama sang Uchiha sulung itu, terkekeh kecil. "Ayo, kita langsung kembali saja."
Mereka beringsut berdiri setelah duduk sebentar di sofa empuk putih di belakang panggung. Mereka mencari manager mereka untuk pamit.
"Konan-san," panggil Itachi pada managernya yang sibuk meladeni banyak sekali telepon yang masuk ke 5 buah hpnya sekaligus. "Uhm, Konan-san."
"Ah, ada apa, Itachi? Nanti dulu, ya. Aku lagi sibuk." Konan, begitulah nama manager Itachi dan Sasuke, mematikan salah satu sambungan telepon yang sedari tadi berbicara dengannya. Itachi tersenyum maklum.
"Kami mau langsung pulang, Konan-san. Sudah malam." Konan menoleh sejenak, lalu menatapnya intens. "Kami benar-benar lelah." Konan mengangkat bahu, lalu menepuk kepala Itachi yang lebih tinggi darinya.
"Setelah ini kalian ada jumpa pers, tapi aku bisa mengatur pertemuan kalian lain kali." Ia tersenyum lembut ke arah Itachi. "Kalian juga perlu istirahat." Tangannya kini telah kembali memegang hp-hpnya. Itachi tersenyum kecil lalu mengangguk dan berbalik.
"Selamat malam, Konan-san." Konan mengangguk lalu melambai ke arah Itachi yang mulai menarik lengan adiknya yang setengah tertidur di sofa, yang mau tak mau membuat Konan tertawa kecil. Salah satu ponselnya kembali berdering dengan kencang, dan langsung saja lamunannya buyar lalu ia mengangkat salah satu hpnya.
"Ya, halo? Dengan manager Uchiha bersaudara."
oOo
Itachi berdeham, membuat mata Sasuke yang setengah terbuka kini terbuka sedikit lagi. Ia menoleh ke arah Itachi yang menyetir dengan santai.
"Eh, tidak apa-apa. Kalau kau mau lanjut tidur, tidur saja." Itachi menginterupsi. "Lagipula, aku tadi hanya mengetesmu, apakah kau benar-benar lelah atau hanya ingin menghindari pertemuan pers. Kau sepertinya benar-benar lelah, ya, Sasuke."
Sasuke mendengus kesal. "Berisik." Dan langsung tidur. Itachi tersenyum melihatnya. Ia menyetir kembali memasuki kumpulan apartemen mewah yang berjejer di hadapannya. Ia memarkirkan mobil sedan perak yang ia beli dengan adiknya seminggu lalu itu, lalu membangunkan adiknya yang hampir terjatuh.
"Bangun, Sasuke." Itachi mengguncang-guncangkan tubuh Sasuke. Sasuke mengerang pelan sebelum terbangun. "Dasar. Sudah sampai. Kau bisa tidur sepuasnya nanti di kamar." Sasuke menggerutu kecil, lalu mengucek matanya. Ia terbangun dan kini membuka pintu mobil di bagian kiri tubuhnya dan segera berjalan lunglai mengikuti Itachi yang berjalan tegap seolah tanpa rasa lelah yang menyergapnya.
"Pelan-pelan, Itachi." Itachi menoleh ke belakang, lalu melihat Sasuke yang semakin melangkah gontai. Ia tersenyum, lalu berhenti berjalan dan menunggu adiknya. Setelah adiknya tiba di sebelahnya, ia dan adiknya menguap bersamaan. "Kenapa kau mengikutiku?"
"Insting?" Itachi terkekeh kecil mendengar kata 'insting' yang ragu-ragu keluar dari mulutnya. Ia menekan tombol lift, lalu pintu lift terbuka menampilkan sesosok perempuan berambut aneh yang memakai hoodie yang langsung berlari menyerobot mereka.
"Hei, bung! Santai saja!" Itachi memperingatkan perempuan yang berlari itu. Perempuan itu berhenti berlari, namun sepersekian detik kemudian ia berlari lagi sampai hilang di belokan keluar komplek apartemen. "Sial. Sasuke, tadi kau melihatnya?"
"Hn?" tanya Sasuke dengan 2 huruf kebanggaannya. Itachi mendengus sebal, lalu memasukkan tubuh Sasuke bersamaan dengan tubuhnya ke dalam lift. Ia menekan tombol 3, lalu lift pun berjalan lambat ke atas.
oOo
Gadis gulali itu semakin panik. Ia menjejalkan obat-obat penurun rasa panik ke dalam mulutnya, lalu tangannya mulai bekerja menggereteli seluruh pekerjaannya. Jaket berwarna hot pink miliknya ia sampirkan di pinggangnya, dengan hoodie hitam bergaris putih yang kini membalut tubuhnya. Sungguh perpaduan aneh bila dilihat dari sudut pandang fashion, namun ia bukan bekerja untuk sekadar fashion.
Matanya membulat. Ia tersenyum puas, amat puas, lalu berjalan santai menuju lift. Ia menutupi rambut merah mudanya dari balik hoodie yang ia kenakan, lalu menjinjing tas hitam besar yang bahkan tak dicurigai di dalam apartemen mewah sekaligus.
Yah, untuk apa dicurigai? Gadis itu berharap sebaliknya, ia ingin tas ini bisa lekas ia buang dan ia akan hidup enak. Sesimpel itu? Tentu saja tidak.
Ia menengok ke kanan dan ke kiri, lalu memastikan bahwa dirinya sudah cukup aman untuk masuk ke dalam lift yang berdenting terbuka. Ia masuk dengan santai, namun kepanikan dalam hatinya seakan tak berujung. Sekat-sekat dalam tas itu juga mulai mengeluarkan bebauan keringat.
Ia menggenggam kedua tangannya erat, seakan kalau ia melepaskannya ia akan terjungkal dan mati saat itu juga. Lift masih menuruni lantai-lantai, hingga ia sampai di lantai dasar dan langsung berlari menyerobot sebelum-
BRUKK!
-tubuhnya menabrak seorang eh, dua orang sekaligus di depan lift. Ia terus berlari seakan tak mendengar perkataan salah satu orang yang ia tabrak itu, namun langsung berhenti saat mendengar kalimat selanjutnya.
"Hei, bung! Santai saja!"
Mana bisa ia santai sekarang. Ia berdecih lalu kembali berlari, menembus hujaman gelap malam yang kini ia tempuh menuju rumahnya yang terletak agak jauh dari komplek apartemen mewah tersebut. Ia berlari menuju belakang apartemen yang kumal dan penuh dengan bau sampah, lalu menyibakkan jaketnya yang ia lilit di pinggangnya lalu menyelimuti tas itu dengan jaket miliknya.
Ia memilih berjalan lebih cepat daripada berlari, menghabiskan napasnya. Ia duduk di bangku taman saat ia merasa tubuhnya telah terlalu lelah untuk menerima lebih dari ini untuk hari ini. Ia mengambil air minum dari tas lain yang ia pikul di bahu kanannya, lalu meminumnya dengan brutal.
"Hah… Hah…" Ia bernapas tersengal-sengal, pengaruh obat-obatan juga aktifitas menguras tenaganya sebelum ini. Ah iya, aktifitas menguras otaknya juga. Ia mengelap dahinya, lalu merasakan suhu tubuhnya mulai mendingin. Ia melihat ke kiri dan kanan, taman itu sudah sepi dan hanya ada suara jangkrik yang menemaninya. Ia memilih untuk kembali berjalan, menuju rumahnya yang terletak tak jauh lagi dari taman itu.
Sepanjang perjalanan, lampu-lampu jalanan yang berpendar menemaninya. Dengan warna-warni mencolok mata, gadis itu seakan sudah biasa dengan papan-papan reklame aneh yang dipajang setiap toko beserta lampu-lampu kecil yang berpendar. Ia merundukkan kepalanya, melihat sepatunya yang berjalan menyusuri jalanan yang penuh genangan air.
Inilah kehidupan malam, dan ia sudah terbiasa akan hal ini.
Ia sampai di depan rumahnya, Spring Street nomor 09. Ia membuka pintu dengan salah satu anak kunci di rentetan kunci miliknya dengan gantungan kunci lucu merah muda yang ia ambil dari tas yang menghiasi bahunya sedari tadi, lalu mendobrak masuk ke dalam rumah.
Sepi, selalu sepi karena hanya ada ia disana. Ia merunduk, lalu tersenyum kecil sebelum akhirnya terlelap di atas sofa merah hangat di dekat perapian yang entah sejak kapan menyala.
and music live with love and joy-
To Be Continued
.
.
.
AN : Baru kali ini ngerasain ngebuat fic genre Crime. Su-Susah banget ternyata. Yap, udah tau kan siapa gadis preman yang ada di atas? X3 #mudah ditebak. Oh iya, ada yang berminat mengajukan usul tentang siapa yang lebih berhak menjadi pemimpin anggota organisasi gadis di atas?
Ajukan lewat tombol di bawah ini, sekalian juga ajukan seluruh unek-unek kalian baca ficku ini. Arigatou, minna ^_^
