Capter 1

Namaku adalah Haruno Sakura. Tinggiku 165 cm, rambut warna merah muda dan berwajah cukup cantik menurutku. Aku bekerja sebagai seorang penjaga toko baju Namikaze Store di kota Tokyo. Kehidupanku begitu sulit, Aku dibuang di panti asuhan oleh keluargaku. Sampai sekarang aku tidak tahu siapa keluargaku tapi, tidak apa – apa aku masih memiliki sahabat – sahabat yang baik.

17.00 Jam Pulang Kerja

"Sakura, ayo kita jalan – jalan!" ajak Ino. Gadis cantik dengan tinggi 168 cm berambut pirang, dia adalah sahabatku yang paling cerewet dan pintar memberi solusi untuk temannya.

"Tentu saja Ino. Aku malas pulang ke rumah kosku, kau tahu kan ibu kosku sangat jahat seperti penyihir" ucapku menirukan ibu kosku.

"hahaha.. baiklah! Coba kita ajak Hinata juga" ucap Ino

"Hinata, kau mau ikut?! Kita akan jalan – jalan!" ajakku.

" Maaf Sakura, aku tidak bisa. Ayahku pasti akan marah" cicit Hinata pelan. Gadis lugu dan imut ini juga sahabatku, tingginya 165 cm sama denganku, rambutnya hitam pekat panjang sangat cocok dengan sifatnya yang lembut dan penyabar.

"Ayolah Hinata, kau bisa berpamitan sedang lembur" ucap Ino santai.

"Itu berarti aku berbohong Ino" ucap Hinata.

"Berbohong untuk kebaikan itu boleh dilakukan Hinata. Benarkan Sakura?" tandas Ino.

"Kadang itu diperlukan Hinata" ucapku santai.

"Baiklah Sakura, Ino tapi, jangan terlalu malam kita pulangnya" jawab Hinata.

"Tenang saja Hinata, kita hanya sebentar" ucap Ino memeluk Hinata.

"Baiklah, kita berangkat!" ucapku bersemangat.

Kami berjalan – jalan di sebuah mall besar di kota Tokyo. Kami sangat bersenang – senang, menonton bioskop dan minum kopi bersama. Hingga tanpa terasa hari sudah malam, tepat pukul 8 malam. Hinata yang kelabakan melihat jam tangannya langsung berlari untuk bergegas pulang.

"Oh tidak! Sudah jam 8 malam. Aku harus pulang teman – teman. Ayahku akan marah besar jika aku sampai rumah larut malam" jelas Hinata mengemasi barangnya dan berlari pulang.

"Hinata tunggu! Kau melupakan ponselmu!" Teriak Ino yang tidak di dengar oleh Hinata.

"Mungkin Ayah Hinata akan berubah menjadi serigala jika Hinata pulang terlambat" ungkapku tanpa expresi.

"Kau gila Sakura! Hinata adalah anak berbakti kita harus mendukungnya" ucap Ino.

"Kau yang memberi dia saran untuk berbohong Ino! Itu bentuk dukunganmu?" tandasku.

"Yah, begitulah Sakura" ucap Ino sambil tersenyum lebar.

"Sudah habiskan kopimu. Udaranya semakin dingin" ucapku sambil mengeratkan jaket buluku.

"Kau tahu Sakura, pria yang duduk di seberang jalan itu sangat tampan" ucap Ino menunjuk pada 2 orang pemuda yang duduk sambil berbicara.

"Yang sebelah mana? Aku lebih menyukai pria yang di sebelah kiri" ucapku santai.

"Waw, kita selalu saja berbagi Sakura dari dulu! Aku menyukai pria yang di sebelah kanan" ucap Ino kegirangan.

Ino dan aku masih saja beradu argumen tanpa kami sadari 2 pria tadi sudah duduk di samping kami.

"Bolehkah kami bergabung nona cantik" ucap pemuda yang disukai Ino.

"Tentu saja" jawab Ino antusias.

"Perkenalkan, namaku Sai dan ini sepupuku Sasuke" ucap pemuda jangkung berkulit pucat dengan rambut hitam cepak yang disukai Ino memperkenalkan diri.

"Namaku Ino, dan dia sahabatku Sakura. Senang berkenalan denganmu" ucap Ino senang.

Aku masih mengamati pemuda yang duduk di depanku. Namanya Sasuke, dia tampan, tinggi dan berkulit putih. Namun sayangnya dia terlihat sangat angkuh dan pendiam. Ino sedang asyik berbincang dengan Sai. Pastinya dia tidak akan melewatkan kesempatan emas ini. Dia selalu seperti itu jika ada pemuda tampan.

"Namamu Sakura? Kau bekerja atau masih bersekolah" ucap Sasuke datar.

"Aku bekerja menjadi pelayan toko" jawabku singkat.

"Hanya menjadi pelayan?" ucap Sasuke mengejek.

"(sombong sekali pria ini, dia pikir siapa dirinya) Setidaknya aku tidak bergantung kepada orang tuaku" ucapku dingin yang sepertinya berhasil membuat Sasuke terdiam sesaat.

"Kau cukup pintar membuat orang tidak bisa berbicara Sakura" ucap Sasuke dingin.

"Dan kau cukup hebat untuk merendahkan orang lain Sasuke" timpalku. "Ino, sebaiknya kita pulang, ini sudah hampir larut malam" ucapku pada Ino.

"Kau benar Sakura. Baiklah Sai, Sasuke senang bisa berkenalan dengan kalian. Kami pergi dulu karena hari sudah semakin larut" ucap Ino berpamitan.

"Bisakah kita bertemu lagi Ino" ucap Sai sambil berdiri berjabat tangan dengan Ino.

"Tentu saja" ucap Ino sambil tersenyum.

"Kita juga bisa bertemu lagi Sakura" ucap Sasuke menatap dingin kepadaku.

"Jika Tuhan mengizinkan Sasuke" ucapku datar.

Kemudian aku dan Ino segera berjalan menuju halte bis untuk pulang.

"Sakura, bukankah hari ini hari keberuntungan kita. Sai sungguh tampan, dia sopan dan juga lembut! Aku rasa, aku menyukainya Sakura" ucap Ino kegirangan.

"Kau terlalu cepat untuk menyukainya Ino. Kau belum mengenalnya" timpalku ketus.

"Biarkan saja Sakura. Aku menyukainya! Bukankah Sasuke juga tampan, kenapa kau tidak menyukainya Sakura?" tanya Ino penasaran.

"Dia itu pria dingin yang menyebalkan. Aku tidak menyukainya." Ucapku tegas.

"Kau terlalu cepat membencinya Sakura. Kau belum mengenalnya" ucap Ino membalasku dengan gelak tawa.

"Sudah diam Ino. Aku jalan dulu" jawabku meninggalkan Ino.

"Sakura! Jangan marah! Kau cocok dengan Sasuke" teriak Ino dibelakang-Ku.

Esok hari di tempat kerja

"Kau tahu Hinata, aku dan Sakura bertemu dengan pria tampan. Kami mengobrol sampai malam kemarin" celoteh Ino pada Hinata.

"Benarkah Ino? Ino pasti sangat senang" ucap Hinata menanggapi cerita Ino.

"Tentu saja Hinata, pria itu bernama Sai. Dia sangat baik, lembut dan perhatian" ucap Ino antusias.

"Selamat paaaagi" Teriakku kencang.

"Sakura! Kau bisa membuat telingaku sakit dengan suaramu!" celoteh Ino.

"oooh, ternyata ada orang di sini" ucapku sambil tersenyum tanpa dosa.

"Kau benar – benar menyebalkan Sakura!" ucap Ino melenggang pergi.

"Segeralah bersiap Sakuracan. Sebentar lagi ada bos dari kantor pusat" ucap Hinata sambil tersenyum.

"Baik Hinatacan" jawabku santai.

Hari ini di jadwalkan akan ada kunjungan Store manajer ditempat-Ku bekerja. Kami harus bersikap baik, rapi dan sopan. Sebenarnya ini sangat menyebalkan, karna kami harus berdiri tegap setengah hari tanpa istirahat.

"Ssst..Sakura, manajernya sudah datang. Banyak sekali prajuritnya!" seru Ino sambil berjinjit melihat situasi.

"Memangnya dia mau perang?! Bawa prajurit segala" gerutuku pelan.

"Teman – teman mereka menuju kesini" cicit Hinata pelan. Kami pun berdiri tegap dan memampangkan senyum manis. Atasan kami pun melewati kami tapi, ada satu orang yang menyita perhatianku. Dan satu kata yang terlintas dikepalaku.

"Tampan" ucapku pelan namun terdengar olehnya. "Sial, apa yang kau ucapkan Sakura. Dia bosmu" gerutuku pelan. Pria itu berjalan menuju arahku.

"Name-tag mu sedikit bergeser nona" ucapnya sambil sedikit menunduk membetulkan name-tagKu. Aku hanya bisa terdiam dan memandangi wajahnya yang tampan dari dekat.

"Ada apa Pak? Apa pegawai kami tidak sopan kepadamu?" ucap pimpinan tokoku.

"Tidak Pak. Aku hanya menyapanya karena dia cantik" ucapnya tersenyum padaku.

"Baik Pak" ucap pimpinan tokoku.

"Aku hanya bisa tertunduk malu, jantungku rasanya mau copot melihatnya begitu dekat. Tapi, siapa dia? Kenapa bos memanggilnya Pak" batinku.

"Sakura, Sakura! Kau tidak apa – apa? Ucap Hinata dan Ino berbarengan.

"Aku tidak apa – apa teman tapi, siapa pria tadi?" tanyaku masih memandanginya yang semakin jauh dari penglihatanku.

"Dia Namikaze Naruto, pemilik tempat ini. Pria muda tampan dengan tinggi 175 cm, berat badan ideal, kulit warna sawo matang dan rambut kuning cerahnya yang rapi serta 3 garis tipis di pipinya. Yang mungkin akan membahagiakanmu sakura, dia belum memiliki kekasih sekalipun" ucap Kakashi selaku supervisor tempat Sakura, Hinata dan Ino bekerja.

"Aaah. Maaf kan kami Pak. Kami tidak bermaksud untuk bergosip" Ucapku, Ino dan Hinata berbarengan.

"Baiklah, lanjutkan pekerjaan kalian. Dan Sakura jangan melamun lagi" ucap Kakashi meninggalkan kami.

"Huft. Untung tadi kita tidak kena surat peringatan" ucap Ino lega.

"Setidaknya kita selamat" syukur Hinata.

"Kalian benar" ucapku membenarkan teman – temanku.

Ruangan Staf Namikaze Store

"Kak, gadis berambut pink tadi siapa? Sudah berapa lama dia bekerja di sini?" tanya Naruto pada Itachi Uciha pimpinan Namikaze-Uciha Corp.

"Kau tertarik padanya Naruto?" tanya Itachi.

"Tidak, aku hanya ingin tahu" ucap Naruto menyembunyikan semu merah di wajahnya.

"Kakashi, kau tahu pegawai tadi? Sepupuku ini sepertinya menyukai gadis itu" ucap Itachi pada Kakashi.

"Dia Haruno Sakura, pegawai yang rajin dan teladan. Dia tinggal sendirian di sini dan tidak memiliki saudara" ucap Kakashi menjawab pertanyaan Itachi.

"Apakah dia memiliki kekasih Kakashi sensei?" tanya Naruto sambil tersenyum.

"Kau sangat beruntung tuan, dia tidak memiliki kekasih. Dan tolong jangan panggil aku sensei" ucap Kakashi.

"Karena kau, aku bisa sampai seperti ini sensei" ucap Naruto memeluk Kakashi.

"Setidaknya dulu kau sangat pemalas Naruto" canda Kakashi.

Naruto, Kakashi dan Itachi pun menghabiskan waktu bersama. Sudah lama mereka tidak bertemu. Naruto adalah pemilik Namikaze corp, sedangkan Itachi adalah pemilik Uciha corp. Mereka saudara sepupu, dan sudah sejak lama melakukan kerja sama dengan menggabungkan saham mereka dalam beberapa bisnis termasuk Namikaze Store. Hingga tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore.

"Baiklah, cukup sampai hari ini reuninya. Mulai besok kita akan sering bertemu" ucap Kakashi.

"Yah, tentu saja sensei" ucap Naruto.

"Sebaiknya kita sekarang pulang hari semakin sore dan sebentar lagi akan malam" ucap Itachi.

"Baiklah, sampai jumpa sensei, kak Itachi" ucap Naruto.

Naruto berjalan menuju area parkir. Dia mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang namun, di tepi jalan dia melihat Sakura berdiri sendirian di halte bis. Naruto pun berhenti tepat di depan halte bis.

"Kau sedang menunggu siapa nona?" Sapa Naruto dari dalam mobil yang sukses mengagetkanku.

"Aku sedang menunggu Bis tuan" ucapku gugup.

"Masuklah nona, aku bisa mengantarmu" ucap Naruto tersenyum.

"Terima kasih tuan. Aku sudah terbiasa naik bis" jawabku pelan.

"Kau menolak permintaan atasanmu Sakura? Ucap Naruto lagi yang membuatku semakin bingung.

"Baik tuan" ucapku mengalah.

"Oh ya, namaku Naruto. Dan maaf tadi aku sudah memaksa untuk mengantarmu pulang. Kau pasti bertanya – tanya dari mana aku tahu namamu. Aku tadi berbicara dengan Kakashi sensei" ucap Naruto.

"Sensei?" ucapku tak mengerti.

"Kakashi sensei adalah guruku. Dia mengajariku soal bisnis" ucap Naruto tersenyum.

"Aku tidak tahu harus berkata apa tapi, aku sangat senang bersamanya. Dia tampan, baik dan tidak sombong. Berbeda dengan pria yang kutemui tempo hari" batinku sejenak.

"Tuan, berhenti di depan. Disana ada jalan kecil yang menuju tempat aku tinggal" ucapku pelan.

"Baiklah, kapan – kapan bolehkah aku ke tempatmu Sakura? Jika kau tidak keberatan" ucap Naruto pelan.

"Baiklah" ucapku mengiyakan dengan senyuman. Aku pun turun dari mobil Naruto. Sebelum pergi dia meminta nomor telefonku. Aku sangat senang sekali, ternyata bukan khayalan bisa sedekat ini dengannya.

To be continued

Minnasan, ini tulisan saya yang terbaru. Untuk cinta semunya sudah saya hapus karena banyak muatan yang menurut beberapa teman tidak pantas. Semoga menyukai cerita saya yang baru ini.

Kang Hyura