First chapter : Meet
All characters belong to Digimon
By Akiyoshi Hongo
.
.
.
.
.
.
.
.
Jadi
Sejak kapan Sora menyukai Yamato?
Taichi bertanya-tanya, lalu ia ingat sendiri.
Oh bukannya sejak mereka SMP kelas satu yah? Saat itu pertandingan basket antar kelas. Tim Taichi melawan tim Yamato. Dan betapa Sora sangat kikuk, malu-malu tapi bersemangat menyemangati Yamato.
Taichi tersenyum mengingatnya. Timnya kalah. Kemudian Sora langsung menyambut Yamato di pinggir lapangan dan memberikannya sebotol air minum. Yamato hanya tersenyum tenang sementara Sora masih bersemu merah.
5 tahun lalu Taichi akhirnya tahu apa itu cinta setelah melihat mereka berdua.
"Hooo apa ini kebetulan?"
Taichi mendongakkan kepalanya.
Mimi (!)
Taichi melengos. Kemudian Mimi ikut duduk di sampingnya, mulai berayun. Ya, mereka sekarang ada di taman Odaiba Central Park. Awalnya hanya Taichi sendiri yang duduk di ayunan. Kemudian datang Mimi, adik kelasnya yang datang dari Amerika enam bulan lalu.
"Ne, Taichi-senpai.. Kau kenapa sore-sore begini melamun disini?" Mimi mulai bertanya. Ayunannya masih kencang.
Taichi mengangkat bahu. "Yah, aku hanya mau sendirian sih untuk saat ini," jawabnya. Ayunannya tak bergerak, kontras dengan Mimi. "Kau sendiri?" tanya Taichi. Mimi senyum lebar. "Aku bosan di rumah jadi yah aku jalan-jalan saja sendiri. Maksudku, aku rindu jalan-jalan sore di Jepang," tukas Mimi ceria.
Taichi ikut senyum tipis. "Yah... masih cerewet seperti dulu," gumamnya pelan. "Jangan kira aku tak mendengarnya, senpaiii," gerutu Mimi. "Cerewet," ledek Taichi. Mimi hanya diam, lalu cekikikan sendiri.
"Hihihihihihiiii..."
"Hee? Kau kenapa sih?" Taichi menatap Mimi aneh. Lama tinggal di Amerika, sepertinya Mimi jadi semakin absurd.
"Setidaknya aku tidak tampak seperti kakak yang kesepian,"
"Hahh?"
"Hooo kukira ada hubungannya dengan Takari," Mimi nyengir jahil.
"Hah?" Taichi makin bingung.
"Takariii... Taichi-senpai,"
"Apa maksudmu?" Taichi benar-benar tak mengerti.
Mimi cekikikan sebentar. "Takeru dan Hikariii," sahutnya geli. Taichi melongo. "Mereka kenapa?"
Mimi akhirnya menyerah, geregetannn! "Hahhh Taichi-senpai...! Kukira kau tak suka melihat mereka pacaran," jawab Mimi akhirnya. Tapi sayangnya Taichi masih saja bingung.
"Hah? Ya terus kenapa kalau mereka pacaran?" Taichi bertanya dengan muka bodoh. Mimi pun menghentikan ayunannya. "Well... Kukira kau kesepian karena adikmu yang manis dan satu-satunya itu berpacaran.. Maksudku, perhatiannya padamu jadinya kan akan berkurang. Jadi yah..." Mimi senyum tipis. Memasang muka paham.
Taichi mengerjap-ngerjap sebentar. Lalu cowok kelas dua SMA itu memalingkan wajahnya ke depan dan mulai berayun pelan.
"Nee Taichi-senpai... Kau kesepian?" Mimi mulai ikut berayun walau tak sekencang pertama. Taichi tersenyum sekilas. "Tidak juga," katanya. Mimi menjentikkan jari. "Tidak juga berarti iya sedikit hahahaha," tawanya lucu.
Taichi meliriknya. "Kau kenapa tertawa sih?"
Mimi masih nyengir. "Habis... dari jauh kau kelihatan sangat kesepian. Kau juga berusaha untuk menyembunyikan rasa sepimu itu kan? Tapi aku senang aku bisa mengetahuinya," jawab Mimi lugas.
Taichi mau tak mau ikut nyengir. Adik kelasnya satu ini sangat... apa yah namanya? Blak-blakan?
Setelah itu baik mereka berdua hanya duduk berayun. Menikmati langit petang. Sinar matahari sudah berwarna orange kemerahan. Satu per satu anak-anak yang bermain di taman melangkah pulang. Sisa segelintir di taman Odaiba. Termasuk dua anak terpilih itu.
"Nee Taichi-senpai," panggil Mimi lagi. "Hm?" balas Taichi.
"Kalau kau kesepian, panggil saja aku," kata Mimi dengan wajah memandang lurus ke depan. Taichi menoleh padanya. Tampak wajah Mimi yang datar. Tapi sedetik kemudian, gadis itu menoleh pada Taichi dan tersenyum manis.
"Okay?" cengir Mimi lebar.
Taichi balas nyengir. "Siap, tuan putri," kekehnya. Mimi mengerjap dua kali sebelum ia merenggut. "J-jangan panggil aku putri," ketusnya dengan wajah yang merona malu. Giliran Taichi yang tertawa terbahak-bahak.
"Kau ingat, betapa kau dengan sombongnya memenjarakan aku dan Jou?" ledek Taichi di sela-sela tawanya.
"Tidak lucu, Taichiiii..!!!" Mimi segera bangkit dan mendorong Taichi. Tapi yah karena Taichi laki-laki, tentu dorongan ala princess Mimi tak ada artinya baginya. Pemuda berambut jabrik itu masih tertawa-tawa mengingat masa kecil mereka.
Tapi Taichi lupa satu hal. Dia kan masih duduk di ayunan. Kakinya terpeleset dan Mimi masih juga memukul-mukul jadi yah... Taichi hilang keseimbangan.
"M-Mimiiii..."
"Ah...! GYAAAA!!!"
Taichi menarik tangan Mimi bermaksud untuk menyeimbangkan dirinya di atas ayunan. Tapi terlambat, Taichi sudah jatuh duluan dengan tangan yang masih memegang Mimi.
Well... Bisa ditebak bagaimana posisi mereka berdua kini.
Mimi di atas, Taichi di bawah.
"T-Taichi no baka!!"
"PLAKKK"
Setelah memberi benjolan di kepala seniornya itu, Mimi segera bangun dan lari, walau langkahnya patah-patah.
Taichi double, eh bukan, triple killed.
Sudah jatuh, tertimpa Mimi, digeplak pula.
Hhhhhhhhhhh.…….
Sore yang sangat... apes.
