Disclaimer: Hunter x Hunter © Togashi Yoshihiro.

Warning!

Apapun yang tertulis disini, jangan salahkan saya jika ada kata yang typo :3 karena, typo itu manusiawi XD, Gak jelas, Abal, XD dan lain-lain..

Pairing: FemKurapikaXKuroro.

Category: Romance, Hurt/Comfort.

Rated: T.

Hopeless.

-oOo-

"Ramalan cuaca hari ini, YorkShin, hujan lebat disertai kabut. Dengan suhu 18-20° celcius.."

"Oh.. Hari ini hujan lebat? Kurapika!" Panggil seseorang dari bawah. "Kurapika, turun dulu, sini!"

"Iya, kak. Tunggu dulu.." Jawab seseorang dari kamarnya. "Hm.. Pakai yang ini?" Ia merentangkan baju di depan dadanya. Ia menggeleng. Lalu meletakkan baju tadi di kasurnya dan mengambil baju yang lainnya.

KREEK

Seseorang membuka pintu kamar Kurapika. Dengan lancangnya ia masuk. "Kurapik—" pipinya tersipu. "Oh, maaf. A-aku tidak tahu kalau kau sedang berpakai—"

"KYAA!" Ia menutupi tubuh bagian atasnya dengan selehai baju yang niatnya ia cocokkan tadi. Ia mengambil benda terdekat dan melemparkannya pada orang itu. "Pergi kau! Dasar mesum!" Gadis itu juga tersipu. Sangat tersipu.

"A-aku tidak mesum, Kurapika!" Ia menutupi wajahnya dengan tangannya. "Itu semua salahmu, karena tidak mengunci pintu!" Lanjutnya.

"A-apa!?" Ia bertanya sambil mengembangkan pipinya. "Kau bilang, itu salahku!? Jelas-jelas itu salahmu! Ketuk dulu sebelum masuk ke kamar orang!"

"Salah..ku!? Itu salahmu karena tidak mengunci pint—" belum selesai pemuda itu berkata, ia sudah terjatuh karena sebuah hairdryer mengenai tepat di keningnya.

"Ke-keluar! A-aku ingin memakai pakaian! Keluar!"

Dalam beberapa saat, ia belum menjawab. Lalu, ia bangkit dan menutup matanya. "Terserah! Kau bilang, kau ingin pergi, 'kan?"

"Uh." Jawabnya singkat. "Apa yang ingin kau bicarakan, kak?"

"Menurut ramalan cuaca, hujan lebat disertai kabut, Kurapika." Jawab kakaknya.

"Jadi.. Kau bilang begitu padaku agar aku tidak jadi pergi, gitu?"

"Ya.. Begitulah. Kau tidak ku izinkan untuk pergi." Jawabnya.

"Dengan apapun alasannya?"

"Ya. Dengan apapun alasannya! Pokoknya, jika kau pergi, kau tidak akan selamat, Kurapika!"

"Apa!? Jadi, kau menyumpahiku agar aku tidak selamat, begitu!? Aku baru tahu. Tidak ada kakak yang berkata begitu!" Ia berkata sambil menahan tangisnya.

"Bu-bukan begitu, Kurapika.. Aku hanya.. Mengkhawatirkanmu."

"Ta..tapi, bukan begitu caranya! Kau.. hiks.."

Ia telah mengenakan pakaiannya sedari tadi sebelum permasalahan kecil ini tercipta. "Kalau kau memang tidak suka aku sebagai adikmu, jujur saja! Aku akan pergi, kalau begitu. Hiks.."

"Kurapika!" Ia menghampiri adiknya yang terduduk dipinggir kasurnya. "Aku tidak bermaksud berkata begitu. Aku hanya khawatir kau kenapa-napa."

"Hiks.. Iya, aku tahu, kak. Tapi bukan begitu caranya!"

"Kurapika, maafkan aku."

"Entahlah. Apa aku bisa memaafkanmu atau tidak."

"Oh, ayolah.. Maa—"

"Kurapika!? Apa kau ada di dalam?"

"Siapa itu?"

"Menchi."

Lalu, gadis pirang itu turun ke bawah dan membukakan pintu untuk temannya. "Hai."

"Kau lama sekali!"

"Maaf. Kak, aku berangkat sekarang!"

Dari kamarnya si gadis, kakaknya mendengar teriakan itu dan segera bangkit. Niatnya ingin mengejar adiknya, namun adiknya sudah lenyap dari pandangan. "Cepat sekali, menghilangnya.."

-oOo-

"Haha.. Untung kau bersembunyi dengan cepat, Kurapika!"

"Masa? Aku rasa, aku berfikir dahulu.."

.

.

.

"Haha.." Mereka tertawa terbahak-bahak. "Neon,"

"Ya?" Gadis berambut biru itu menoleh pada sahabatnya yang berada di depan.

"Kau di izinkan oleh ayahmu?" Tanya Kurapika. "Biasanya, kau kan tidak di bolehkan. Apa jangan-jangan.. Kau kabur? Haha.." Lanjut Kurapika.

Neon mengembungkan pipinya kesal. "Aku bukan kau yang pergi diam-diam, Kurapika!"

"Oh, maaf kalau begitu."

DUARR!

"KYAAAA~!" Para gadis di dalam mobil itu berteriak. Mereka kaget karena suara petir yang begitu besar ditambah hujan lebat yang di sertai kabut.

Menchi yang menyupir-pun, memejamkan matanya dengan kedua tangannya. Neon menutupi kedua telinganya. Dan Kurapika melakukan hal yang sama dengan Neon sambil memejamkan matanya.

Ketika Kurapika membuka mata, di depan mereka ada pohon besar. "MENCHI!" Ia teriak memanggil nama sahabatnya itu. "Menchi, sadar! Kita akan menabrak! Menchi! Menchi!"

Lalu, Menchi menginjak rem dan.. "REMNYA BLONG!" Ucapnya. Alhasil, itu mengagetkan kedua sahabatnya.

"APA!?" Tanya Neon dan Kurapika secara bersamaan. "Kau.. Kau bohong, 'kan, Menchi?" Tanya Neon. Ia ingin memastikan bahwa sahabatnya ini sedang bercanda.

"Tidak. Aku tidak berbohong, Neon!"

"Tapi, kau bilang kau sudah memeriksa semua keamanan mobilmu!"

"Apa boleh buat!? Remnya tiba-tiba blong!"

"Kau bohong, Menchi! Kau bilang mobilmu sudah kau periksa!"

"Aku bilang, apa boleh buat!?"

"Hei, hentikan.." Kurapika berusaha membuat Menchi dan Neon berhenti dari urusan mereka. Ia menoleh ke arah depan dan membelalakkan matanya. "Menchi! Berhenti! Pohon besar di depan!"

Sontak, ucapannya membuat kedua sahabatnya itu menoleh kearahnya dan menoleh ke arah depan.

BUKKK!

Mobil yang dikendarai Menchi akhirnya menabrak pohon besar itu. Salah satu Airbag yang ada tidak berfungsi. Kurapika masih bisa melihat, namun pandangannya kabur. Ia memegang pundak Menchi. Kepalanya berada di atas Airbag yang empuk. Ia kemudian menoleh ke arah Neon. Ia menabrak bangku tempat Menchi duduk.

Ia membuka pintu. Ia keluar dan meminta bantuan seseorang. Sayangnya, tak ada yang dengar. "Tolong! Tolong!" Ia berputar di tempat yang sama untuk melihat apakah ada orang yang menolong atau tidak.

Ia terjatuh tengkurap. Banyak darah yang keluar dari sudut pelipis kanannya. Shalnark.. Maafkan aku.. Andai saja aku mendengar nasihatmu dan bukannya kabur.. Shalnark, aku beruntuk mempunyai kakak seperti kau. Ia berkata dalam hati. Tak lama, ia melihat siluet hitam menghampirinya. Satu siluet lagi yang berwarna keperakan menghampiri mobil dan siluet yang berwarna hijau ke hitaman yang juga menghampiri mobil. Lalu, Kurapika tak sadarkan diri.

-oOo-

A/N: haha.. Inilah kasih karya tidak jelas buatanku! Bwahaha~ okelah, aku menulis ini, tidak lain tidak mungkin adalah bedasarkan.. Jeritan hatiku yang paling dalam karena gagal liburan melulu. *plak*

Oke, aku butuh saran dan kritik yang sopan. Jika cerita ini tidak jelas bin aneh, maklum sajalah.

Selamat tahun baru^^