Nya-haa!
Aku pulang~! Lama banget nih gak buka FFn sejak mau UN SMP dan sekarang gak berasa aku udah kelas 2 SMA. Maaf banget gak sempet menjenguk FFn tercinta ini ._.
Ada yang masih inget gak nih sama aku? ;w; *berharap-harap cemas*
Oh ya! Ini bukan fic baru loh.. Cuma aku adakan pembaharuan dan sedikit pengeditan kata. Fic ini juga aku jadiin dua chapter biar gak kepanjangan gitu. Hehehe..
Ya udah langsung aja kita ke TKP!
© Disclaimer: Tite Kubo
The Maling Kandang
By: Excarell
Bertempatan di sebuah desa, bernafaslah seorang janda tua bernama Isshinem Kurosaki yang menetap bersama ketiga anaknya yaitu Ichigo, Kariyem, dan Yuzujah.
Kehidupan mereka sangatlah sederhana dan dengan bercocok tanamlah Isshinem mendapatkan uang untuk menghidupi ketiga anaknya tersebut. Ichigo, anak pertama dari Isshinem memiliki pikiran untuk merantau agar dapat meringankan beban sang bunda. Ichigo mendatangi ibunya yang terlihat sibuk menonton acara Upin dan Ipin.
"Nyak!" Ceceluk Ichigo memanggil sang bunda tercinta.
"Ya nak! Ono opo? Tanggung iki, ono bocah gundul Upen lan Ipen." Sang bunda terlihat cuek kepada anaknya.
"Nyak! Serius nih! Aye mau merantau!"
"WHAT?! MERANTAU?!" Sang bunda yang sedang asyik menonton Upin dan Ipin langsung menatap anaknya.
"I-iya!" Jawab Ichigo dengan tegas.
"Buat apa toh, ndo?"
"Aye kasihan sama enyak dan adek-adek Ichi, terus juge nyak kan udah uzur, Ichi mau hajiin nyak, dari pada ntar mati duluan belum haji."
"Bener juga lu, nyak juga berasa mau mati. Yo wislah nak, klo itu maumu, nyak ijinin." Akhirnya sang bunda memberikan izin.
"Asyik! Makasih ya nyak! I love You nyak!" Jawab Ichigo senang dengan menciumi kaki bundanya yang baru menginjak tahi ayam. Tak lama kemudian, Ichigo berlarian menuju kamar mandi karena tidak tahan dengan bau kakinya dan tahi ayam yang menempel. Kemungkinan besar, Ichigo terkenal penyakit malaria atau demam berdarah.
Hari h pun tiba, Ichigo sudah menyiapkan segala keperluan, tak lupa sang bunda menyiapkan bekal untuk anaknya tercinta. Dengan penuh semangat memasakan bekal untuk anaknya itu, sampai-sampai keringatnya menetes ke dalam wajan.
"Fyuh… Akhirnya jadi juga masakan buat anakku." Ucap sang bunda sembari mengelap keringat yang bercucuran. *masaknya diatas kawah gunung merapi sih XD*
Sang bunda berjalan menuju ruang tamu dan membawa sebuah rantang berisi bekal. "Ini nak.. Nyak buatin bekal kesukaanmu." Isshinem memberingkat seperangkat rantang beserta isinya plus sendoknya dibayar kredit dengan 12 kali angsuran.
"Hmm.. Kayaknya enak deh nyak! Emang isinya apaan?" Ichigo mencium bau sedap dari rantang itu.
"Wah.. Apalagi kalau bukan semur jengkol dan pete goreng."
"Yummy… Pasti enak!"
"Hoho.. Nyak gitu."
"Ya udah nyak! Aye mau berangkat dulu." Ichigo mencium tangan sang bunda.
"Hwee… Ati-ati kak! Awas kalo nanti pulang gak bawa oleh-oleh, gak usah BALIK LAGI!" teriak Yuzujah sambil mengelap air matanya dengan baju Isshinem.
"Iyo nak… Seng ngati-ngati yo, nyak selalu mendoakan kepergianmu." Isshinem terlihat sedih karena kakinya terinjak oleh Kariyem.
"Iya nyak.. Dah semuanya." Ichigo melambai-lambaikan bendera merah putih tanda Negara Indonesia dan berjalan mulai menjauh dari rumahnya
"Dah kak Ichi! Jangan balik lagi ya!" sambung Kariyem.
Dengan berat hati Isshinem mengajak kedua putrinya masuk ke dalam rumah .Saat Isshinem masuk rumah betapa kagetnya dia melihat seperangkat rantang yang tadinya berisi bekal untuk Ichigo tergeletak tak berdaya tanpa isi di meja ruang tamu.
"ICHIIIGOOO!" Sontak dia berteriak menggoyang rumah bambunya.
"Ah ini pertanda buruk!" Seru yuzujah.
"Hah?" sahut kariyem cuek yang dari tadi sibuk ngulek-ngulek emas harta karun di hidungnya.
Tergesa-gesa Ichigo berjalan menuju terminal bus dekat rumahnya sambil sesekali mengamati tulisan-tulisan sebesar tengu di peta kulit warisan uyutnya yang kumal dan terdapat bercak kecap dan saos.
"Besar-besar banget nih tulisan, apa kagak ada yang lebih kecil lagi?" Batin Ichigo.
Kepanasan, kelaparan, kehausan, dia mengelap peluhnya dengan lap piring enyaknya yang tidak sengaja terbawa.
"Buset dah.. Wangi bener nih lap wasiat dari enyak." Katanya spontan.
Merasa bingung dengan jalan-jalan besar, pertigaan, perempatan, dan perlimaan. Akhirnya dia memberanikan diri bertanya pada seorang cewek SMA yang namanya jelas bertuliskan RUKIAMALIA yang sedang duduk sendirian di sebuah halte mewah (mepet sawah) sambil asyik menjilati magnum. Sejenak Ichigo menatapnya sambil menelan ludah yang dari tadi sudah jadi waduk PLN di mulutnya. Perlahan tapi pasti, Ichigo menghampirinya dan duduk bersimpuh di depan Rukia.
"Eh.. Ada orang giilaaaakk!" Rukia berteriak tanpa aba-aba.
"Enak aje, aye bukan orang gila tapi orang desa." Jawab ichigo.
"Iya! Orang desa yang gila!" Sahut Rukia ketus karena merasa risih harus berhadap-hadapan dengan orang asing sekeren itu. *author berlinangan*
"Somebody heleleleppp! Gue mao dicoooleeek!" Teriak Rukia dengan lebaynya.
"Hah? Sapa juga yang mau nyolek elu, idih najis Inggris cuiiih!" Jawab Ichigo kesal.
"Siapa yang berani-beraninya mau nyulik si kecilku?" tiba-tiba seorang pria berjas hitam berdiri di hadapan mereka.
Ichigo merasa kaget dan tanpa berpikir panjang lagi ditariknya tangan Rukia dan mengajak lari sekencang-kencangnya.
"Woy gilak! Ngapain lo narik gue lari-larian gini hah?!" semprong Rukia.
"Elu tuh tolil ato gimana sih, jelas-jelas entuh orang mau nyulik elu!" Jawab Ichigo.
"Woy! Enak aja ngata-ngatain gue tolil! Lo tuh yang dongo! Dia itu kakak gue tercinta yang paling teramat sangat keren sejagad raya! Bahkan lebih keren dari lo!" Teriak rukia keras kemungkinan terdengar sampai Alaska.
"Lah elu napa masih ikutan lari padahal pan udah aye lepas tangan lu?" Tanya Ichigo geram.
Mereka berhenti di bawah spanduk Partai Jenggot Panjang dekat alun-alun kota sambil terengah-engah bak buldog joging. *author kena gaplok*
"Eh... Iya... ya.. Hehe.." Jawab Rukia polos menggaruk-garuk hidungnya.
"Berarti elu asli tolil dong? Hahahahaha." Kata Ichigo berjalan menjauh.
Rukia yang masih bengong menahan malu dan kesal lalu berlari mengejarnya.
"Mau ape lu ngikutin aye, cebol?" Tanya Ichigo.
"Hassyem! Gue bukan cebol cuma kurang tinggi aja, rambut semiran!"
"Jiah! Elu kagak tau? Ini asli, cebol!" Ichigo mengacak-acak rambut orangenya.
"Jangan nyebut gue kaya gitu! Haram hukumnya! Dasar kadal mesir!" Rukia menginjak kaki Ichigo.
Dan 15 menit berlalu, mereka masih asyik perang mulut macam pertengkaran suami istri.
"Stop! Stop! Sebenernya mau lu apa sih?" Tanya ichigo.
"Gue mau lo tanggungjawab!" Jawab Rukia tegas.
"Tanggungjawab apaan? Ketemu aja baru kali ini, kenal juga kagak, udah mau main minta tanggungjawab aje lu!" Cerocos Ichigo.
"Ya ampun, pikiran lo udah main jaoh ke sono aje." Kata Rukia geleng-geleng kehermanan.
"Gue mao lo balikin gue ke halte yang tadi noh!" Lanjutnya.
"Buat ape? Kalo pengen balik aja sendiri pake pos kilat!" Kata Ichigo cuek.
"Masalahnya gue gak tau jalan! Cepeeettt!" Alhasil kaki Ichigo terkena injakan lagi.
"Lah? As you know, aye juga kagak tau jalan!" Kata Ichigo meringis kesakitan.
"UAPPUUAAAAA?" Mata Rukia membulat donat, rahang bawah jatuh ke tanah dan magnum yang berkilauan pun tak lagi indah. [?]
Jam tangan Rukia menunjukkan pukul 14.10, sudah 2 jam lebih kedua anak manusia itu berjalan mengelilingi alun-alun layaknya acara kencan valentinan dua sejoli yang sudah lama tak jumpa. [?]
"Hadeh, ngapain nih muter-muter gaje gini?" Batin Ichigo.
"Woy rambut semiran! Capek nih gue, duduk bentar napa!" Bentak Rukia.
"Lah elu napa masih ikutin aye tolil? Sono duduk aje sendiri!" Jawab Ichigo geram.
"Tapi kan." Rukia merengut.
"Ya udah, kita duduk di sono noh." Ichigo menurutinya.
Ichigo menarik pundak mungil Rukia, mengajaknya duduk di kursi dekat tiang lampu besar tepat di belakang spanduk Partai Jenggot Panjang. Dilihatnya badan kecil rukia yang lemas dan wajahnya yang banjir keringat.
"Melas banget nih bocah." Kata Ichigo dalam hati.
"Apa lo liat-liat!" Tegur Rukia malu.
"Hehe kagak, aye cuma kasian aja liat elu kucel gini." Ichigo menyodorkan lap piring enyaknya.
"Apaan sih? Seneng ya lo udah bikin gue jadi kaya gini? Apa pula ini? Lap piring dibawa-bawa." Semprong Rukia jengkel.
"Tadi lupa, kagak sengaja kebawa, lumayan lah buat ngelap keringat."
"Ogah banget!" Rukia geleng-geleng sambil menutup telinganya.
"Hoho, kalo marah elu makin nggemesin, sumpah dah!" Goda ichigo
"Hassyem bener ni orang!" Kata Rukia dalam hati sambil membuang muka merahnya.
Semilir angin siang membelai mereka, mengeringkan butir-butir keringat perlahan, dan membuat mereka menguap beberapa kali.
"Ngantuk." kata rukia tiba-tiba.
"Sini bobok di pangkuan aye." Sahut Schigo menyeringai.
"Gak jadi ngantuk ah! Tapi laper!" Bentak Rukia malu sambil menginjak kaki Ichigo.
"Aduh.. duh.. Dari tadi kerjaan elu nginjek kaki aye mulu, sakit tau! Lagian kaki sesemut gitu tenaganya segajah!" Kata Ichigo meringis kesakitan.
"Abisnya lo keganjenan sih, gue jadi ngerasa gak aman!" Lagi-lagi rukia merengut.
"Hoh?" Ichigo tersenyum kecil. Dibukanya buntelan bekalnya.
"Nih kalo laper makan ini aja." Dengan bangga Ichigo menunjukkan semur jengkol buatan bunda tercinta.
"Whattt! Apaan nih? Semur jengkol? Iyyuukh!" Kata Rukia memutar matanya.
"Eits! Jangan salah.. Ini jengkol banyak khasiatnya, salah satunya bisa nambah tinggi badan loh!"
*Ada yang punya rantang? Saya pinjam sebentar XD*
"Iya iya, gue emang cebol, puas lo? Tapi... Sorry aja ya, gue nih princess, jadi gak level makan begituan."
"Lah.. Belon tau nih semur jengkol buatan enyak tercinta rasanya mak nyuss top markotop dah! Ayolah coba dulu." Desak Ichigo.
"Sial bener gue hari ini. Udah lupa gak bawa hape, beli magnum gak dapet diskon, ketemu alien kadal semiran gila kaya gini, suruh makan semur jengkol pula!" Kata Rukia dalam hati sambil menginjak-injak rumput di bawah sepatunya tanpa ampun.
"Kok diem? Ayo kagak usah sungkan, atau mau aye suapin?" Ichigo mendekatkan sesendok penuh nasi campur jengkol di bibir rukia. Rukia menatapnya diam.
"Kenapa? Ini halal kok, tanpa bahan pengawet, bebas racun bebas formalin, tanggal kadaluarsanya juga masih lama. Hahaha!" ichigo menampakkan bakat salesnya.
"Oke deh, gue coba dulu sesendok, kalo gue kejang-kejang lo musti tanggungjawab." Rukia membuka mulutnya menerima suapan Ichigo dengan ragu.
*Author sakau*
"Hmmph..." Wajah Rukia memerah.
"Hah? Kenapa wajah elu kaya gitu?" Tanya Ichigo cuek.
"Em...e...nak.. Lumayan... Banget." Jawab Rukia gaje.
Alhasil, acara suap menyuap semur jengkol pun terjadi selama beberapa menit sampai tiba-tiba.
"PRIIITTT! PRIT! PRIIIITTT!"
Terlihat beberapa pria berseragam yang membawa peluit dan pentungan berlari-lari menghampiri mereka.
"Yoolooh! Lupa gue! Gue kan masih pake seragam! Kesialan berlanjut nih." Kata Rukia pelan.
Sementara Ichigo yang tidak mengerti apa-apa hanya bengong dan merapikan buntelan dengan santainya.
Penasaran dengan kelanjutannya? Tunggu ya! Chapter kedua dalam proses pengeditan wb
Arigatou~
