Ichizuki
.
.
.
Happy reading…
Disclaimer : Naruto Masashi Kishimoto
KATAI
By Ichizuki_Takumi
Pairing : SasuNaru, dkk
Rated : T
Genre : Drama/Romance
Warning : AU, BL, OOC, tidak memeperhatikan EYD
DON'T LIKE! DON'T READ !
Prolog
Hidup adalah anugerah. Tiap orang pasti bersyukur dapat merasakan hidup di dunia ini, meski terkadang banyak juga yang menganggap hidup ini adalah sebuah bencana. Kejam bukan? Padahal kita sudah diberi kenikmatan dan dapat merasakan secuil dari kenikmatan itu. Ya, hanya secuil, bahkan mungkin lebih kecil? Karena kenikmatan yang sesungguhnya ada di dunia sana. Dunia yang tidak mungkin bisa dibayangkan oleh akal manusia.
Aku sangat bersyukur dapat menjalani kehidupan ini dengan keinginanku sendiri. Meski hidup di dunia ini penuh kebohongan, yang selalu ditutupi oleh kenyataan yang belum tentu bisa dipastikan kebenarannya.
Dunia yang penuh dusta. Dusta yang mau tidak mau harus diterima. Karena yang berkuasalah yang menang. Tak ada yang adil didunia ini. Tak ada kebenaran lagi. Semua telah dilumuri oleh dosa. Dosa yang akan dibalas dikehidupan selanjutnya. Dan balasan itu tidak akan bisa dihindari lagi.
-End of Prolog-
Chapter 1
Brakk…
"Hahaha…"
"Hei, kembalikan Naruto."
"Tidak akan, sebelum aku mengetahui isinya."
"Awas saja kalau kau sampai membacanya."
"Ambil saja kalau bisa."
"Narutooo…"
"Hahaha…Hup."
"Dasar bodoh. Kau itu cewek, apa kau tidak malu kalau berdiri di atas meja seperti itu?"
"Kenapa harus malu? Akukan pakai celana pendek."
"Dasaaarr…" muncul semburat merah di muka Kiba.
Sreek
"Hei, Sasuke, lihat pacarmu ini. Dia berulah lagi."
"Naruto, turunlah. Kenapa hanya meminjam PRnya Shikamaru saja kau sampai seperti itu? Kau kan bisa mencontek punyaku?" ujar Sasuke.
"Bukan itu yang ku perebutkan. Hehe…aku ingin membaca surat Kiba yang ada dibukunya Shikamaru," Naruto tersenyum licik sambil memperlihatkan sebuah kertas yang terselip disampul buku.
'Sialan si Shikamaru. Kenapa kemarin dia tidak mengambil suratku dan membacanya? Bisa gawat kalau sampai dibaca oleh Naruto. Harga diriku sebagai seorang Uk-Cih- maksudku sebagai seorang lelaki bisa hancur.' Batin Kiba. 'Kesempatan.' Lanjutnya saat melihat Naruto tidak focus pada buku yang di pegangnya.
"Hup. Yeaahh…dapat." Ujar Kiba sambil membentuk tanda victory pada jari ditangan kirinya.
"Kibaaa…kembalikan, aku kan belum baca…" Naruto turun dari meja yang di naikinya.
"Hehe..inikan punyaku, kau tidak usah baca segala."
"Huh, dasar pasangan Ho-"
"Dasar bodoh, kau mau menyebarkannya diseluruh sekolah?" ujar Kiba yang memotong ucapan Naruto dengan menutup mulutnya.
"Ehm-ehm," Naruto hanya menggeleng.
"Ehem," intrupsi Sasuke yang memandang pemandangan yang menurutnya mesra.
"Eh, ada Sasuke," ujar Kiba pura-pura terkejut. "Nih, Naruto ku kembalikan," ujarnya sambil melepaskan Naruto.
"Hn. Ayo Dobe."
"Dasar Kiba pelit."
"Sudahlah," ujar Sasuke sambil mengajak Naruto duduk dengan mendorong belakang kepalanya.
"Huh. Kalau begitu aku pinjam PR-nya."
"Kau itu pinjam apa menuntut?"
"Yang mana saja boleh. Cepat, mumpung belum bel masuk."
"Hn."
SMP Konoha. Inilah sekolah Naruto, gadis manis dambakan setiap laki-laki. Meskipun begitu, tapi sifatnya sangat tomboy, seperti laki-laki saja. Orang-orang juga terkejut saat melihat sifat dari Naruto ini. Padahal saat dia diam, dia terlihat sangat anggun, dengan rambutnya yang pirang panjang bagaikan seorang putri. Tapi karena sifatnya yang tomboy itu, orang-orang jadi menyebutnya 'keren'.
Gadis yang keren bahkan pacarnya pun tidak kalah keren. Semua wanita mau bertekuk lutut dihadapan pria ini. Uchiha Sasuke. Laki-laki yang bisa dibilang sempurna. Perawakannya yang tampan dan kekayaan orang tuanya yang melimpah. Wanita mana yang tidak rela mati demi dia?
Pasangan yang serasi kan?
Sungguh malang para wanita yang patah hati saat mengetahui mereka berdua jadian. Tetapi mau bagaimana lagi, mereka memang pasangan yang serasi.
Bak lukisan mahal saat mereka bersama. Sungguh beruntung wanita yang bisa menakhlukkan hati keras sang Uchiha Sasuke. itulah jeritan dalam hati setiap wanita yang mengagumi ketampanan Sasuke.
Dan hanya wanita bodohlah yang berusaha merebut Sasuke dari tangan Naruto.
'Huh, sial, padahal pelajaran sebentar lagi selesai. Tapi aku sudah tidak tahaaan…' batin Naruto.
"Teme, aku mau ke toilet dulu," bisik Naruto kepada pemuda di sampingnya.
"Hn."
Naruto pun berjalan kedepan kelas.
"Ada apa Uzumaki?" tanya Iruka sang guru matematika.
"Saya mau minta izin ke toilet pak."
"Tapi sebentar lagi kan jamnya habis?"
"Tapi aku sudah tidak tahan lagi pak," seru Naruto. Semua siswa yang ada dikelas itupun menahan tawa mendengar perkataan Naruto.
'Dasar Dobe,' batin Sasuke yang sudah terbiasa dipermalukan oleh Naruto.
"Kalau begitu si-" ucapan Iruka terpotong.
"Aku tidak tahan lagii…" seru Naruto sembari berlari keluar kelas.
"Ha ha ha ha ha…" suara tawa pun meledak setelah kepergian Naruto.
"Anak itu," ujar Iruka pelan.
'Dobe bodoh.'
Itulah sebabnya kenapa Naruto tidak dibenci oleh teman-temannya yang lain. Karena sikap konyolnya lah dia mendapat pengakuan dari temannya. Tidak seperti gadis lain yang akan menjaga sikap demi dianggap dewasa oleh orang lain terutama orang yang dicintainya.
*Teng Tong Ting Tong*
"Baiklah, pelajaran cukup sampai disini. Kalian boleh bersiap untuk pelajaran berikutnya. Selamat pagi."
"Pagii…"
Wa wa wa
Bla bla bla
Was wes wos
Kelas itu pun mulai gaduh setelah pelajaran Iruka selesai. Karena setelah itu adalah pelajaran olahraga, jadi mereka keluar kelas menuju ruang ganti dan segera menuju lapangan olahraga.
'Mana si Dobe? Lama sekali,' batin Sasuke. 'Ku tinggal saja, nanti juga akan menyusul.'
"Haahh..lega…jam berapa ya sekarang?" ucap Naruto saat kembali ke kelasnya.
"Sepertinya sudah ke lapangan semua," ujar Naruto saat tiba dikelasnya yang sudah kosong.
"Harus cepat ganti baju. Dikelas sajalah, kebetulan tidak ada orang," ujar Naruto. Dia menutup pintu kelas dan berjalan menuju mejanya kemudian mulai mengganti pakaiannya.
*Sreekk
"Um?" Naruto mengarahkan pandangannya ke pintu untuk melihat siapa yang datang. "Waa…Sai…apa yang kau lakukan? Cepat tutup pintunya!" seru Naruto yang akan memakai baju olahraganya. Saat itu Naruto hanya memakai dalaman singlet warna hitam. (Celana olahraganya sudah dipakai)
"Maaf," Sai pun menutup pintunya kembali.
*Sreek. (ditutup)
*Sreek (dibuka)
Pintu terbuka kembali karena ada suatu kejanggalan yang dirasakan oleh Sai. Saat itu Naruto sudah memakai baju olahraga lengkap.
"Dasar bodoh, kenapa kau tidak mengetuk dulu sebelum masuk?" ujar Naruto.
"Naruto?"
"Apa?" ujar Naruto ketus.
"Kau, laki-laki?" tanya Sai. Naruto yang ditanyai jadi cengok dibuatnya.
"Kau bercanda? Aku ini perempuan, bodoh."
"Tapi, dadamu?"
"Kau melihatnya? Dasar Sai mesum," ujar Naruto. Muncul semburat merah di pipi tan miliknya karena malu.
"Maaf. Tapi apa benar kau itu laki-laki?"
"Sudah kubilang aku ini perempuan."
*Grep* Sai mengunci Naruto antara badannya dan tembok.
"Aku tidak percaya," tangan Sai mulai bergerak menyentuh dada Naruto. "Tuh kan… dadamu itu menunjukkan kalau kau itu laki-laki," Naruto terpaku karena mendapat perlakuan seperti itu. "Atau jangan-jangan…" Sai mengalihkan pandangannya dari mata Naruto menuju ke bawah.
"Dasar mesum," *Plak* "Aku tidak terima dilecehkan seperti ini," Naruto melepaskan diri dari Sai. "Sai bodoh!" ujarnya sambil berlari keluar kelas.
"Ouch, sakit juga tamparannya. Pasti mukaku merah," ujar Sai sambil mengusap bekas tangan di pipinya. "Oh, iya, aku kesinikan mau mengambil buku presensi," ujarnya. Sebelum dia beranjak dari kelas, dia memandang singkat tempat duduk Naruto, setelah itu dia beranjak pergi.
Naruto POV
Sai bodoh, bodoh bodooohh…
Aku ini perempuan! Kalau tidak percaya lihat saja akte kelahiranku. Jangan seenaknya bicara. Dasar bodoh!
aku berjalan sambil menghentak-hentakkan kaki disepanjang koridor yang ku lewati.
Tapi memang aneh sih kalau aku perempuan tidak ada tanda-tanda kalau aku ini memang perempuan. Terkadang aku berpikir mungkin saja orang tuaku salah mengira kalau aku perempuan. Apa benar ya? Tapi Kaasan selalu bilang kalau aku ini perempuan. Mana yang benar? Arrgghh… aku pusing.
Mungkin saja Sai yang salah. Mana mungkin orang tuaku salah mengenali anaknya? Ya kan? Ya, memang pasti. Lama-lama aku bisa gila.
Tapi…
ku pegang dadaku.
Kenapa dadaku tidak ada perubahan ya? Kenapa suaraku tetap cempreng? Tinggiku juga diatas rata-rata, meski tidak setinggi anak laki-laki, terutam Sasuke, hiraukan yang itu, dia itu tidak normal, masa jadi orang tinggi banget. Dan yang terpenting, kenapa aku belum juga mengalami masa puber? Sangat aneh.
Sudahlah, tidak usah dipikirkan, mungkin saja ini hanya kebetulan saja. Ya, pasti kebetulan.
"Haahh…" aku menghela nafas panjang.
"Hai Naru-kun?"
"Em? Waa, Saaiii… aku bukan laki-laki!" seruku sambil berlari meninggalkan Sai.
"Hihi…" kulihat dia tersenyum melihat tingkah lakuku. Sialan kau Sai. Awas saja kalau ternyata kau hanya mempermainkanku.
End of Naruto POV
TBC
