Like The Sun

By yourdailyangst

.

.

Main cast: Park Jimin BTS, Min Yoongi BTS, mention!Yuju GFriend

Warning: Broken!MinYoon, plot twist

Genre: Drama

.

.

Please be kind and leave your comment ^^

.

.

Izinkan aku tuk mencintaimu

Bagaikan matahari

Biarkan aku menyinarimu dengan lembut

Bagaikan matahari

Biarkan aku menghangatmu di dinginnya musim hujan

Bagaikan matahari

Aku akan terus bersinar akan cintaku

Bagaikan matahari

Aku akan mencintaimu dari jauh

Karena aku…

Tidak ingin kau terbakar jika berada di dekatku

.

.

.

Pernahkah kau ketika melihat seseorang untuk pertama kalinya, kau bagaikan melihat sekumtum bunga di subuh yang berembun? Sangat indah sekaligus begitu rapuh. Ia Min Yoongi. Seorang pria yang sangat indah. Aneh bukan? Aku yang merupakan pria menanggapnya begitu indah. Aku ingin menggenggamnya dengan kedua tanganku. Melindunginya dengan segenap hatiku. Tapi sayangnya, aku bagaikan matahari yang bersinar hangat dari kejauhan, tapi akan membakarmu ketika berada di dekatku.

Aku, Park Jimin. Mencintai Min Yoongi bagaikan matahari.

.

.

.

"Ya, Jimin. Berhenti mengambil fotoku diam-diam begitu," kau, Min Yoongi berteriak marah padaku ketika aku mengambil fotomu secara diam-diam. Kau hendak merebut kameraku, tapi aku lebih cepat menghindar. "Hyung! Kau itu indah sekali tau. Aku kan jadi tidak tahan untuk mengambil fotomu," ujarku. Kau mendelikkan mata kucingmu, menatap jengkel kepadaku yang sibuk melihat hasil bidikanku. "Dasar anak aneh. Aku ini laki-laki tapi kau bilang indah,"

Aku tersenyum dan merangkul pundakmu, "Hyung~ sadarlah. Meskipun kau ini laki-laki, kau itu benar-benar indah. Kau itu bagaikan sekumtum bunga di subuh yang berembun," kau tertawa manis hingga gusimu terlihat. "Lihatlah Park. Kau puitis sekali. Kau ini sastrawan atau fotographer sih?" aku semakin mengeratkan rangkulanku, ku dekatkan wajahku ke rambutmu dan menghirup harummu. Ah… betapa aku ingin aku menggengammu dengan kedua tanganku.

"Aku bisa menjadi apapun. Apapun itu selama kau menginginkannya, Yoongi…"ujarku sambil mengecup kepalamu. Kau tertawa dan melepaskan rangkulanku, "Jangan mengada-ada, Jimin. Katakan itu pada pacarmu kelak dan hei! Berhentilah dengan kebiasaan skinship-mu itu. Bisa-bisa orang salah paham lho," aku tersenyum dan terus memandangmu.

"Nah, sudah saatnya hyung-mu ini pergi," kau mengambil tasmu dan hendak beranjak pergi.

"Kau mau kemana hyung?"

"Menemui tunanganku tentu saja,"

Sial. Kenapa aku lupa bahwa ada orang lain yang menikmati keindahanmu? Harusnya… hanya aku yang dapat mengagumi keindahanmu. Tapi nyatanya ada orang lain yang telah meraup segala keindahanmu. "Ah… begitu? Kalau begitu aku titip salam, ya,"

"Tentu. Yuju pasti senang menerimanya. Bagaimanapun ia penggemar karyamu. Aku pergi dulu," tiba-tiba kau berbalik, "dan jangan lupa hapus foto candid-mu itu!" tudingmu. Aku tertawa, "Tentu. Siapa juga yang mau menyimpan fotomu? Hyung saja yang selama ini terlalu percaya diri,"

"Sial kau, Park!" tawamu sebelum benar-benar pergi.

.

.

.

.

.

Namanya Min Yoongi. Pertama kali aku melihatnya tepat di sebelum matahari terbit. Saat itu aku sedang berjalan-jalan di sekitaran jalan apartemen baruku di Seoul. Dengan membawa kamera, aku ingin memotret matahari terbit. Pada saat itu sedang gerimis dan aku melangkahkan kakiku tak tentu arah hingga aku tiba di sebuah bukit yang ditumbuhi dengan bunga daisy putih.

Aku menemukan tempat yang bagus untuk memotret. Aku terus menyusuri bukit itu sambil membidik lensaku ke seluruh pemandangan yang pantas untuk 'ku bidik. Aku terus berjalan hingga tidak sadar bahwa aku telah sampai di puncak bukit itu.

Min Yoongi berada di sana. Duduk diantara hamparan bunga daisy putih dengan memegang buku. Matahari terbit menyinari rambut hitam hingga kulit pucatmu dan membuat kilasan cahaya ketika mengenai rintik-rintik hujan. Saat itu aku terus menekan shutter kameraku untuk mengambil gambarmu, tidak setitikpun gerakanmu terlewatkan oleh kameraku.

Namun, kau berbalik menghadapku. Kau terlihat terganggu. Mungkin karena suara dari shutter kameraku mengganggu aktivitasmu. Aku pun memberanikan diri untuk berkenalan denganmu. Sikapmu sangat dingin, tapi kau tetap menjawab pertanyaanku dengan baik.

Ketika tahu bahwa kita satu universitas, aku berjanji akan memberikan hasil bidikkanku. Sayangnya kau hanya menggangguk tidak tertarik.

.

.

Besoknya aku mendatangi fakultasmu sesuai janjiku. Kau saat itu duduk di paviliun. Aku menghampirimu sambil menyerahkan fotomu. Kau menerima dengan sungkan sambil berterimakasih. Kau memandang foto itu dengan takjub dan semakin terkejut melihat tanda tangan yang ada di bagian belakang.

Chim.

Itu nama samaranku sebagai fotographer. Sebenarnya, aku tidak pernah ingin seorang pun tahu identitas asliku. Entah mengapa… aku ingin kau tahu, dengan harapan kau menyukaiku karena aku merupakan fotographer muda yang selalu dielu-elukan berbakat dan telah menghasilkan banyak penghargaan di usia muda.

Ternyata benar. Sikapmu berubah dan menjadi lebih ramah. Kau mulai terbuka dan menyampaikan kekagumanmu. Hatiku membuncah. Perasaanku melambung tinggi hingga kau mengatakan bahwa kau… telah memiliki tunangan. Kau bercerita, bahwa kau mengetahui karya-karyaku dari tunanganmu.

Kau menceritakan tentang tunanganmu dengan mata bersinar. Kau menceritakan namanya Yuju, ia merupakan penggemar beratku, ia merupakan gadis yang manis dan baik. Kau berharap, aku akan menemui gadismu. Terlihat jelas bahwa kau sangat mencintai tunanganmu. Karena melihatmu begitu bahagia, aku pun menyetujuinya.

Hari itu di mana hatiku membuncah… juga merupakan hari di mana hatiku terhempas.

.

.

.

Aku sadar diri. Aku tidak mungkin memilikimu. Aku tidak mungkin merusak kebahagianmu. Aku hanyalah orang baru yang datang tanpa diundang. Tapi… rasa cintaku terasa sangat nyata… ini sangat menyakitkan. Melihatmu tersenyum sebahagia itu dengan orang lain. Apa yang bisa aku lakukan? Aku hanya bisa memandangimu dari kejauhan. Bagaikan matahari yang selalu memandang indahnya bunga daisy di bukit itu. Tapi tidak bisa mendekat. Jika matahari itu mendekat, maka bunga itu akan terbakar habis.

Satu-satunya pilihanku adalah… mencintaimu dari kejauhan.

Bagaikan matahari yang hanya bisa menghangatkan bunga daisy dari jarak yang sangat jauh.

Dan tanpa sadar, aku terus memotretmu dari kejauhan. Terus menggagumi keindahanmu. Tawa, senyum, amarah dan airmatamu yang sayangnya tidak akan pernah tertuju kepadaku. Potret keindahanmu aku simpan dalam memori kepalaku dan di kamarku. Kamar khusus untuk memuja keindahanmu.

.

.

.

Potretmu hari ini pun, akan masuk ke kamar pemujaanku.

~yourdailyangst~

Kau datang padaku ketika berada di bukit rahasia kita. Aku menyebutnya bukit rahasia, karena bukit inilah tempat di mana aku jatuh padamu. Kau tersenyum hingga gusi indahmu terlihat. "Hai, Jimin. Aku punya kabar bahagia," aku ikut tersenyum melihatmu riang, "Kabar gembira apa Hyung?"

"Sebelumnya, maukah kau mengabulkan permintaanku?"

"Tentu, Hyung. Apapun itu,"

Kau tersenyum semakin lebar. Kau merangkulku dengan riang, "Aku ingin kau memotretku dengan Yuju,"

"Baiklah. Tapi dalam rangka ap—"

"Untuk wedding photoshoot kami!"

Aku terdiam. Apa tadi? Apa aku salah dengar?

"Hai, Park! Kau dengar tidak?"

Aku menggelengkan kepalaku linglung, "Apa, Hyung? Wedding photoshoot? Foto per—" kau tertawa dengan riangnya, "Ya! Tolong jadi fotographer untuk foto pernikahanku dengan Yuju. Aku berhasil melamarnya kemarin malam dan ia menerimaku! Dan kami ingin photographer terhormat Chim yang memotret kami. Tentu saja, kami akan bayar. Kau bisa kan, Jimin?"

Aku merasa duniaku seakan berhenti. Aku seakan sudah tidak menapak bumi dan terhempas ke dasar neraka. Perutku rasanya berputar dan ingin muntah. Kepalaku pusing tapi rasanya aku tidak dapat memikirkan apapun selain 'Min Yoongi akan menikah'. Mataku terasa panas dan perih. Sial, rasanya aku akan menangis.

"Jimin, kau kenapa?" tanyamu dengan tatapan khawatir. Ah… rasanya ini akan jadi terakhir kalinya kau memandangku dengan khawatir seperti ini. Aku memaksakan senyum, "Maaf, Hyung. Aku terlalu terkejut. Aku tidak menyangka kau berhasil melamar Yuju," ujarku tersendat, "dan ya… tentu saja aku bisa memotret untuk pernikahanmu…"

"Wow, Jimin! Terima kasih banyak. Aku tidak keberatan bayar mahal untuk hasil potretmu,"

"Ya, Hyung… tenang aku akan memberikan diskon untukmu," lirihku.

"Baiklah, aku akan segera memberitahu Yuju. Pasti ia akan senang sekali aku berhasil memintamu untuk memotret kami," dengan riang kau bangkit untuk pergi.

Aku menahan tanganmu. Aku menunduk ketika kau memandangku bingung. Brengsek, aku tidak ingin kau dimiliki siapapun. Hanya aku yang bisa memilikimu! Hanya aku!

"Aw, Park! Kau meremas tanganku terlalu kuat," ternyata tanpa sadar aku menggenggam tanganmu terlalu kuat. Aku kembali memaksa senyum, "aku…. Aku lupa bilang, Selamat untuk pernikahanmu,"

"tentu. Terima kasih, Jimin. Aku pergi dulu untuk mengabari Yuju,"

Kau pergi meninggalkanku sendiri di tengah bunga daisy yang mulai layu ketika matahari terbenam. Kejamnya… ternyata tempat di mana aku jatuh hati kepadamu… merupakan tempat di mana hatiku hancur.

.

.

.

.

.

~yourdailyangst~

Hari ini merupakan hari pernikahan Min Yoongi. Cintaku yang bagaikan bunga di subuh yang berembun. Aku tidak dapat hadir di pernikahanmu, aku belum siap harus melihatmu berada di altar dengan gadis yang selalu membuatmu bahagia. Tidak… aku belum siap merelakan cintaku padamu. Meskipun dari awal aku sadar bahwa aku tidak akan memilikimu, tetap saja aku belum siap ada orang yang akan memonopoli seluruh perhatianmu.

Maka, aku memutuskan untuk tidak hadir karena aku akan melakukan hal lain. Tapi… tentu saja aku akan mendo'akan kebahagiaanmu. Kau berhak bahagia Min Yoongi. Terimakasih, telah menjadi bagian karya-karyaku. Sekarang… aku akan merelakanmu dan pergi. Selamat tinggal, bungaku…

The End

~yourdailyangst~

Yourdailyangst note:

Hai halo~ ini merupakan fanfic pertamaku yang aku publish. Biasanya aku bikin fanfic Cuma buat konsumsi pribadi atau event menulis kecil ^^ dan… baru sekarang aku memberanikan diri untuk publish tulisanku karena aku pengen tau, sampai di mana batas kemampuan aku menulis karena selama ini aku selalu merasa bahwa Bahasa yang aku gunakan untuk menulis bener2 terbatas dan masih sangat kurang~

Cerita ini sedikit terinspirasi dari game Mystic Messenger rutenya V atau Kim Jihyun. Game ini bener2 game yang plot storynya bener2 bikin aku takjub :') endingnya bener-bener gak terduga buat aku yang gak biasa sama cerita yang plot twist wkwkw. Tapi tentu saja sangat berbeda dengan fanficku ya~

Saya suka Yuju kok. Kenapa saya pake Yuju? Karena kebetulan aja pas bikin ini saya dengerin lagunya GFriend

Dan kenapa yourdailyangst? Karena saya emang jagonya buat cerita sad ending atau gantung tapi gak menutup kemungkinan akan buat cerita fluff atau happy ending ke depannya :P

Buat para pembaca, terima kasih sudah merelakan waktunya buat baca fanficku. Tolong komentar dan koreksinya ya.

Oh ya, kalian bisa panggil aku El. Nah, sampai jumpa di lain waktu ya~

.

.

Buat yang gak suka sad ending bisa lanjut ya~

~yourdailyangst~

Apa kau pikir aku akan merelakan Min Yoongi begitu saja? Tentu saja tidak, bodoh. Bukankah sudah kukatakan bahwa cintaku seperti matahari? Ya, aku akan membakar apa saja yang berada di dekatku, termasuk apapun yang hendak merebut bunga daisy yang selalu aku sinari.

Saat sang pengantin gadis sialan itu akan berangkat menuju altar, aku menyuruh seseorang untuk membawa truk dan menabrak mobil yang membawa wanita sial itu. Dan… BAM! Wanita mati di tempat dengan gaun pengantin putih yang berlumuran darah. Kemudian, aku muncul di samping Min Yoongi bagaikan seorang pahlawan. Tentu saja, sebelumnya aku mengambil potretnya yang sedang terpuruk di depan makam gadis sial itu. Sungguh, Min Yoongi yang sedang terburuk jauh lebih indah daripada Min Yoongi yang bahagia ketika memberikan kabar pernikahannya.

Aku kemudian menghiburnya. Dan ya, YA! Aku kemudian membawanya ke kamar pemujaanku untuknya. Saat itu ia hanya memandang kosong kamar pemujaannya. Aku bisa melihat binar terkejut di mata kosongnya. Ia tidak merasa takut atau pun jijik. Bahkan ketika aku mulai menciumnya dan berkata bahwa aku mencintainya, ia hanya diam saja.

Min Yoongi yang terpuruk benar-benar sangat indah… ia rela menyerahkan dirinya. Dengan bodohnya, ia menyerahkan dirinya untukku, untuk ku jamah dan ku eksplorasi setiap titik sensitifnya. Dan menjadi milikku selamanya…

Milikku… Park Jimin. Kini, Park Jimin akan membakar Min Yoongi dengan cintanya.

~Real End~