Title: Grow

Author: barbequez

Cast: Wong Yukhei, Qian Kun

Rating: T

Genre: Family, Romance

"Hiks…hiks" isakan tangis seorang bocah lelaki yang tengah terduduk di taman bermain, kira-kira umurnya masih enam tahun, darah segar mengalir dari luka goresan di lutut mungilnya. Tak lama kemudian bocah lelaki lainnya datang berlari cepat menghampiri yang lebih muda, umurnya sekitar sembilan tahun, tiga tahun lebih tua dari bocah lelaki yang lebih kecil itu.

"Astaga kau kenapa Yukhei?" tanya yang lebih tua panik sembari berjongkok menyamakan tingginya dengan bocah yang bernama Yukhei.

Bocah yang ditanyai hanya menggeleng pelan tanpa mengucapkan sepatah kata pun, yang lebih tua pun paham dan segera membantu Yukhei berdiri kemudian menuntunnya ke sebuah kursi panjang di taman.

"Kau diam di sini dulu ya, jangan kemana-mana aku akan segera kembali" bocah sembilan tahun itu pun membuka tasnya dan merogohnya, setelah mendapatkan apa yang ia cari ia pergi ke keran yang ada di taman itu, tak jauh dari kursi panjang yang Yukhei duduki. Anak itu membasahi handuk kecilnya, setelah handuk itu sudah basah sepenuhnya ia memerasnya tidak terlalu kuat agar handuknya tidak menjadi terlalu kering. Kedua kakinya melangkah ke mana Yukhei terduduk sambil menangis terisak-isak, yang lebih tua berjongkok di depan yang lebih muda itu "Tahan ya, kalau sakit bilang oke?", tangannya dengan perlahan membersihkan pasir-pasir yang ada di sekitaran luka lutut Yukhei "Aw..hiks.. itu sakit Kun-ge", anak yang dipanggil Kun-ge itu pun memperlembut usapannya pada lutut Yukhei.

"Kau anak yang kuat Yukhei, luka seperti ini bukan apa-apa harusnya bagimu" Kun menyemangatinya, tanpa disadari tangisan Yukhei pun sudah berhenti, begitu pula dengan aktifitas Kun membersihkan lutut Yukhei.

"Nah sekarang sudah bersih lukanya" ia bangkit dari posisi jongkok kemudian mengacak rambut Yukhei pelan "ayo pulang ke rumah agar bibi Wong bisa mengobati lukamu. Ayo" Kun pun berjongok membelakangi Yukhei, dengan hati-hati yang lebih muda bergerak ke punggung yang lebih tua kemudian melingkarkan tangannya di leher yang menggendongnya.

"Jadi kenapa kau bisa melukai lututmu Yukhei?" tanya Kun pada Yukhei yang berada dalam gendongannya

"Tadi saat pulang sekolah aku melihat ada seekor kucing yang berkelahi dengan seekor anjing di taman ge. Aku ingin menyelamatkan kucing itu ge jadi aku langsung berlari ke taman mengusir anjing itu ge. Tapi aku tersandung batu lalu terjatuh dan melukai lututku, tapi untungnya anjing itu jadi pergi ge hehehe" jelas Yukhei panjang lebar, Kun yang mendengar cerita Yukhei pun tersenyum tulus "waah didinya gege sekarang adalah seorang jagoan! Gege bangga padamu" ujar Kun, yang dipuji pun hanya bisa tersenyum bangga "ayo beri aku hadiah ge!" ujarnya. Kening Kun sedikit berkerut memikirkan hadiah apa yang akan dia berikan "ah! Besok habis pulang sekolah gege traktir es krim di warung paman Wu, bagaimana?" mendengar kalimat itu membuat Yukhei senang bukan main, ia bahkan menggucangkan tangannya di leher Kun "aku mauuuu! Gege memang yang terbaik!", Kun pun tertawa akan reaksi Yukhei.

Jarak taman bermain dengan rumah mereka bisa dibilang tidak terlalu jauh dan lokasi taman bermain pun juga tidak jauh dari sekolah mereka jadi mereka bisa berjalan kaki berangkat ke sekolah. "Yukhei sekarang sudah menjadi seorang pahlawan ya" ujar Kun dengan lembut "Aku ingin melindungi kucing itu dari anjing jahat itu ge, seperti gege melindungi aku dari orang-orang jahat" balasnya.

"Arra arra, kau hebat Yukhei! Kalau sudah besar kau harus bisa melindungi dirimu sendiri Yukhei"

"Tentu ge! Kalau sudah besar aku harus bisa melindungi diriku sendiri, dan aku juga akan melindungi Kun-ge juga!" Kun pun terkekeh pelan mendengar ucapan Yukhei

"Kamu ingin melindungi gege bagaimana? Bahkan kau lebih kecil disbanding teman-teman seumuranmu, yang ada gege yang akan melindungi kamu. Nah sudah sampai, jangan lupa langsung minta bibi Wong obati lukamu, oke?"

Wajah Yukhei berubah masam merasa diremehkan oleh Kun "aku akan banyak minum susu! Lihat saja nanti aku pasti akan melindungi gege" ujar Yukhei tidak terima. Kun hanya tertawa pelan sambil mengacak-acak rambut bocah lelaki yang dia anggap seperti adik kandungnya sendiri "baik baik, banyak banyak minum susu ya? Hahaha, gege pamit dulu" Kun pun berjalan menuju rumahnya yang berada di sebelah Yukhei.

Yukhei pun masuk ke dalam rumahnya dengan kesal, ia membuka pintu tanpa mengucapkan salam setelahnya, ia bahkan melupakan luka di lututnya dan langsung berjalan menuju dapur lalu membuka kulkas mengambil susu yang ada di sana. Tangannya menarik kursi meja makan dengan kesal, duduk di kursi kemudian meminum susu yang ada di tangannya. Ibu nya yang baru masuk ke dapur mengerutkan keningnya melihat anak laki-lakinya meminum susu dengan wajah kesal "ada apa denganmu Yukhei?" tanya ibunya, Yukhei menghentikan aktifitasnya kemudian menatap ibunya dengan wajah sungguh-sungguh "mama aku ingin cepat tumbuh besar!" mendengarnya membuat ibu Yukhei terkekeh geli, tangannya megacak pelan rambut anaknya "arra arra, cepat tumbuh besar ya?" kemudian ibunya berjalan ke luar dapur. 'Lihat saja aku pasti akan tumbuh besar dan kuat!' batin Yukhei.

Yukhei terbangun dari tidurnya, ia tersenyum seketika mengingat hal yang ia mimpikan tadi, mimpi tentang masa kecilnya bersama Kun 'ah mimpi itu, how nostalgic'.

Ia bangun dari kasurnya lalu bergegas untuk siap-siap berangkat ke kampus, ia membersihkan dirinya terlebih dahulu di kamar mandi, setelah selesai ia mengambil kaos hitam polos dan kemeja merah lalu blue jeans. Menatap dirinya di depan cermin, tangannya membuat wajahnya menghadap ke kiri ke kanan bergantian 'tampan!' pujinya dalam hati.

Yukhei menyalakan motornya lalu mengendarainya menuju kampus. Sesampainya di kampus ia memarkirkan motornya di parkiran motor, tak sedikit mahasiswi-mahasiswi yang lewat memperhatikannya. Bagaimana tidak, tubuh yang sangat tinggi dan tegap, kedua bola mata yang besar, hidung mancung serta bibir tebalnya yang menggoda.

Ia berhasil membuktikan kalimatnya saat masih kanak-kanak bahwa dia akan tumbuh besar dan kuat, dan tak lupa pula dengan kalimatnya bahwa dia akan melindungi Kun-ge nya.

Cahaya matahari pagi menyinari wajah seorang pria tampan yang baru saja datang ke kampusnya, senyum hangat terpatri di wajahnya, siapa pun yang melihatnya pasti akan ikut tersenyum "pagi Yukhei" sapanya, yang disapa pun otomatis tersenyum ketika melihat senyuman secerah mentari itu "Pagi Kun-ge".