Haikyuu sepenuhnya adalah mahakarya Haruichi Furudate. Fiksi ini diperuntukkan hanya untuk kesenangan batin. Tidak ada keuntungan material diperoleh.

OMG Ushijima (c) Imorz

Perayaan reuni di kediaman Tendou. Syaratnya harus menggunakan kostum yang serupa dengan rekannya. Kebetulan, Semi berpasangan dengan Ushijima.

[ Haikyuu Pair Parade: Minggu ke-8—Salah Kostum ]


Warna biru.

Pengundian berakhir dengan sorakan.

"Semi-san, kau dapat warna apa?"

Suara Goshiki terhiraukan. Semi masih menatap seram kertas yang ia dapatkan. Dewi fortuna mungkin sedang berada di pertandingan olahraga seseorang, jadi ia meninggalkan Semi yang juga sedang membutuhkannya. Ia tipikal yang kurang pandai memilih kertas gulung acakan, hasilnya selalu kena sial. Seperti minggu lalu, saat pengundian teman kelompok untuk salah satu tugas mata kuliah. Semi harus dihimpit empat orang laki-laki yang seluruhnya bermulut besar dan punya otot dada menyembul. Itu jelas bukan suatu keberuntungan (dan ia harus sabar dirayu sepanjang mengerjakan tugas, katanya Semi adalah bidadari kelompok).

Reuni yang dicetuskan oleh Tendou adalah suatu ide yang brilian. Setelah tiga tahun lulus dari Shiratorizawa, Semi memutuskan untuk mengambil perguruan tinggi di ibu kota, begitu pula dengan Tendou. Ushijima mungkin lain hal, ia mendapatkan beasiswa untuk kemahirannya dalam bermain voli di instansi khusus atlet. Anak emas memang. Jadi reuni mungkin dapat menjadi ajang lempar momen nostalgia masa-masa jaya.

Para junior pun juga sudah lulus. Goshiki, misalnya. Yang masih saja tidak ada perubahan, masih saja berisik dan menjadikan Ushijima sebagai panutan. Tidak ada yang salah, bagus justru, tapi sejujurnya Semi menginginkan perubahan kecil dari anak itu. Mengubah gaya rambut agar bisa mengajak gadis berkencan contohnya. Begini, Semi menyayangi Goshiki sebagai seorang senior, tentu ia ingin Goshiki mendapatkan kebahagiaan pula.

Agak melankolis sepertinya.

"Semi-san!"

Buang dulu kejadian lampau barusan. Acara reuni ini sederhana, tapi merepotkan. Karena Tendou memberi syarat kepada yang lain untuk memakai kostum ketika datang ke acara. Dua orang harus memakai kostum yang sama. Pasangan diundi dengan potongan kertas gulung yang dikocok. Jika mendapatkan warna yang sama, maka mereka harus datang dengan kostum yang kompak. Boleh berbeda sedikit, tapi masih berhubungan satu sama kostum. Tentu ada hukuman bagi yang melanggar.

Kreatif benar kawannya ini. Antara ingin senang-senang atau menjerumuskan teman sendiri ke jurang malu.

Dan, ya, Semi mendapatkan warna biru. Berhubung Ushijima tepat berada di sebelahnya, dan ia tidak sengaja mengintip lelaki itu membuka kertas miliknya. Terpampang coretan stabilo warna biru. Hm, ya, biru.

Lalu Semi membuka kertas miliknya.

Warna biru. Persis. Warna biru. Seperti kertasnya Ushijima. Stabilo warna biru.

"Oh, kau dapat warna yang sama dengan miliknya Wakatoshi-kun rupanya."

Tendou bajingan.

"Ah! Padahal aku mau berpasangan dengan Ushijima-san! Kau beruntung sekali, Semi-san!"

Goshiki Tsutomu.

"Selamat."

Terima kasih, Shirabu Kenjiro. Dan untuk Reon, terima kasih juga untuk senyummu itu. Semi tahu kau tertawa miris dalam hati.

Semi terkekeh. Niatnya ingin menutupi rasa kecewa. Ia berpikir untuk bertukar dengan Goshiki, tapi mimik Tendou yang sepertinya sudah tahu (astaga, lihatlah senyum pamer gigi mirip setan itu), mengurungkan keinginan dan memilih berpasrah.

"Semi," Ushijima menepuk pundaknya. "Mohon bantuannya."

"Ah, ya."

Iya. Mohon bantuannya juga, Ushijima Wakatoshi, Dewi Fortuna, dan Dewa-Dewa lainnya.


Kostum penyihir telah disepakati.

Semi kesusahan dengan jubah hitam yang sepenuhnya menelan badan, dari pundak hingga puncak kuku kaki. Ujung bawahan sudah kotor terkena debu dan tanah, kerap kali terinjak dan membuatnya tersandung. Belum topi segitiga yang mencuat ke atas, khas penyihir-penyihir hasil olahan fantasi orang Eropa. Sebelum pergi, Semi sempat bercermin dan penampilannya sudah layak. Tapi saat diaplikasikan ternyata sangat merepotkan, mirip dengan persyaratannya Tendou.

Ia menunggu di perempatan dengan terus mengetuk kaki konstan. Orang lain berlalu-lalang sambil melempar tatapan aneh. Mungkin lucu ketika ada orang yang mengenakan pakaian begitu bukan diperayaan halloween. Ah, demi reuni yang berharga, Semi rela membuang malu.

Ponselnya bergetar, pesan dari Tendou. Wakatoshi sudah sampai lebih dulu, katanya. Alhasil, Semi menggerutu sepanjang berjalan karena menunggu lelaki yang lebih dulu sampai di tempat tujuan.

Tapi ekspektasi tidak sesuai realita. Kostum penyihir Ushijima berbeda dari yang ia bayangkan. Seperti bayangannya, Ushijima akan menjadi penyihir garang yang tinggi, yang ditakuti manusia manapun. Cocok sekali. Pemilihan tema pun sebenarnya demi menunjang penampilan Ushijima, yang nampaknya akan sangat keren jika memakai kostum penyihir jahat.

Tapi sekali lagi, ekspektasi tidak sesuai realita. Bayangan beken Ushijima dengan kostum penyihir jahat hitam-hitam harus luntur.

Lelaki itu memakai baju putih lengan panjang, celana pendek putih dengan luaran rok pendek berenda merah muda. Tangannya menggenggam tongkat dengan liontin bintang yang jika dinyalakan akan mengerjap bagai lampu-lampu jalan serta nyanyian nada aneh.

"Selamat datang, Semisemi. Melihat Wakatoshi memakai rok, aku kira kau juga akan mengenakan rok. Lalu, kenapa kostummu suram begitu?"

Tendou melihatnya turun-naik, aneh karena berbeda jauh dengan yang dipakai pasangan Semi Eita. Namun, Semi bergeming meratapi kesialan. Benar, kenapa Ushijima Wakatoshi sulit sekali diajak kooperatif di luar tentang voli?

"Semi, maaf datang lebih dulu. Aku lupa kita janji pergi bersama."

Ah, ya. Itu sudah tidak penting lagi. Kostum parahmu itu harus kita perbaiki, ganteng.

"Tendou, aku pinjam kamar mandimu."

Dan Tendou melambaikan sehelai kaus tangannya ketika Semi menyeret Ushijima ke belakang. Diikuti Reon dan Yamagata yang bersiul.

Pintu kamar mandi dibanting kencang, Ushijima mengerjap bingung.

"Semi, kau kenapa?"

"Kenapa, kau bilang? Aku yang harus bertanya, kenapa kau mengenakan kostum seperti ini, huh? Tema yang kita pilih bukankah penyihir?"

"Ini kostum penyihir, Semi. Penyihir putih."

Semi agak merasa tersindir. Kostum yang mereka kenakan amat sangat berlawanan. Hitam dan Putih. Si jahat dan si baik. Hm, ya, terserah saja.

"Yang kau pakai itu kostum peri, Ushijima."

"Peri itu ... menggunakan sihir, 'kan?"

Ingatkan Semi Eita untuk membuka mesin pencarian internet dengan kata kunci; perbedaan penyihir dengan peri. Ya, mereka sama-sama menggunakan sihir. Tapi umumnya, bayangan yang pertama muncul adalah kostum jubah hitam dengan topi kuncup serta tongkat kayu. Bukannya kostum serba cerah, berenda, bahkan dengan tongkat bintang mainan anak-anak warna merah muda. Kostum milik anak siapa yang Ushijima pinjam sebenarnya?

Di sisi lain, Semi ingin melihat Ushijima mengenakan pakaian yang berbeda. Awalnya, ia cukup setuju dengan ide Tendou, tapi rasanya agak menyesal, karena harus berpasangan dengan Ushijima yang memiliki pemahaman tersendiri. Semi ingin melihat Ushijima mengenakan kostum bajak laut, seperti Kawanishi dengan Shirabu, atau kostum pelayan seperti Reon dan Goshiki. Oh, atau kostum drakula milik Tendou dan Yamagata.

Dan, bukan yang seperti di depannya ini.

"Ushijima, bertukarlah denganku."

Ada jeda sebentar, "Kau yakin?" tanyanya.

Semi mengangguk. Barometer kepercayaan diri Semi sudah hampir mencapai titik penghabisan, dan ia perlu solusi yang tepat. "Ya, kita bertukar. Kau pakai saja jubah dan topi ini."

"Tapi apa pakaianmu muat denganku? Tubuh kita berbeda."

"Paksa saja."

Semi yang pertama kali membuka pakaiannya. Jubah, topi, baju, celana. Ushijima mengikuti, semua atribut ditenggalkan. Semi menatap pakaian yang teronggok itu dengan jijik.

Celana dan baju yang Ushijima pakai memang terasa sangat longgar, ada banyak ruang pada tubuhnya yang tersisa. Semi ingin menangis.

Lalu, ada suara robekan.

Ushijima berubah menjadi batu.

"Ah, celanamu robek." Ia bahkan belum memasang sepenuhnya.

Benar-benar, Semi benar-benar ingin menangis.

Baju miliknya yang dikenakan Ushijima nampak begitu lekat, otot-otonya timbul. Semi menjerit dalam hati. Untung nanti bisa ditutup dengan jubah panjang. Tapi apa kabar nasib celananya yang robek? Mana pula Ushijima berjalan-jalan di kediaman Tendou tanpa celana hanya ditutupi jubah? Kalau terserak angin, bagaimana? Kolor keren miliknya bisa jadi tontonan banyak pihak.

"Ya sudah, pakai celanamu saja."

Dan kini bagian bawah tubuhnya hanya bersisa rok pendek renda mekar di atas lutut.

"Kakimu ternyata ... mulus."

"Setiap bulan aku memang selalu mencukurnya. Eh—bukan itu masalahnya!" Wajah Semi sudah terbalut merah penuh. Ia lekas berbalik malu.

Tidah tahu Ushijima menyipit pada paha belakang yang terpampang ... dan juga mulus. Lelaki itu pelan mendekat, menyentuh bagian tadi dengan tangan dingin.

Semi menjerit. "Apa yang kau lakukan?!" Tangan menyilang menutupi paha.

"Hanya ingin tahu rasa dari kulitmu saja."

"Apa maksudnya ingin tahu rasa kulitku?! Asal kau tahu, tanganmu itu menyentuh pahaku! Kau menggenggamnya!"

"Dan meremasnya sedikit." Ushijima sedikit mengoreksi.

Semi tidak dapat memahami mengapa Ushijima harus penasaran, padahal dulu sehari-harinya mereka selalu mengenakan celana olahraga voli yang notabene di atas lutut.

"Jangan lakukan itu lagi!"

Ushijima mengangguk iya. Semi berjalan paling depan setelah membuka pintu, ia agak mengambil jarak. Yang lain tentu saja menyoraki, terutama Tendou. Kawanishi memotretnya berulang kali, barangkali siap sebagai bahan meme suatu hari nanti. Dasar, tubuh saja yang tumbuh besar, dalamnya masih balita.

"Coba ucapkan manteramu, peri Semi!" teriak Tendou paling mendominasi.

Semi meremas ujung rok, sudah tidak terbendung lagi rasa malunya. Mungkin sudah memenuhi tubuh Semi lebih dari sel-sel normal. Pulang nanti ia mau memblokir semua kontak teman-temannya.

Ia tertunduk dengan tangan menutupi wajah. Yang lain masih menyoraki sekeliling tubuh. Kostum Semi adalah yang paling menarik sejauh ini. Satu-satunya bidadari dalam kelompok hura-hura. Ia tampak manis sekaligus seksi.

"Ide bagus, Wakatoshi-kun!"

Ushijima baru hadir, ia datang keheranan. "Apanya?" sambil menatap Semi yang menutupi wajah.

Tendou mencuat dua ibu jari, matanya mengerling sekali. "Soal pergantian kostum ini."

"Itu idenya Semi."

Semuanya kembali menatap. Semi tahu benar dirinya sedang dipelototi tatapan kata tanya; ia menyumpah Ushijima bodoh dalam hati.

Tapi kemudian ia didekap, disembunyikan dalam balutan jubah hitam panjang. Beberapa saat bibirnya tidak kuasa berkata-kata, lalu menatap lelaki di samping.

"Kau pakai saja jubahnya." Ushijima lebih mendekat, dan berbisik.

Tendou yang paling keras memprotes. Katanya Wakatoshi seenak hati menyembunyikan berlian yang sedang berkilap.

Acara dilanjutkan ketika tukang pengantar pizza tiba di depan pintu. Selama acara berlangsung, Semi selalu merapat pada lelaki bertopi segitiga ala-ala penyihir. Tidak ada yang curiga. Semuanya berjalan dengan seperti biasa. Bercengkerama, sedikit bermain, makan-makan, makan-makan, ya lebih banyak makan-makan. Hanya Ushijima yang memilih meredam kunyah.

Ketika semuanya sudah tertidur pulas di ambang waktu dini hari, Semi masih terjaga. Tendou di sampingnya, bertanya hal yang krusial.

"Tadi, Wakatoshi berbisik apa padamu?"

Jangan perlihatkan kakimu. Aku tidak mau kau jadi bahan tontonan, selain aku.

Semi menghela napas. "Tidak ada. Tidak ada apa-apa. Tidak perlu dipikirkan."

Beruntung Tendou Satori tidak ada niat ingin mengetahui lebih jauh, lelaki itu memilih mengikuti yang lain untuk tidur.

Ya, tidak perlu dipikirkan.

Semi saja yang perlu memikirkan maksud dari perkataan Ushijima itu. Ia perlu terjemahan, omong-omong.

Tadi Semi membuka pencarian di internet. Yang namanya peri itu, ia punya sayap lucu di balik punggung. Jadi, Ushijima tidak salah. Hanya Semi yang terlalu menggebu-gebu ingin lelaki itu tampak menawan dengan kostum suram.

Astaga, ada apa dengannya hari ini.

.

.

.

Selesai.


a/n: tembus 1k lebih, tidak disangka-sangka astaga. Ushisemi pertama saya, semoga terhibur. Terima kasih sudah membaca!