The Past And Future

Diclaimer : Masashi Kishimoto

Pairing : NaruGaa, SasuNaru, NejiGaa

Rate : T

Genre : Romance, Supernatural, Fantasy

Warning : OOC, Typo, Yaoi

This story was inspired by the comic "Angel Or Devil?" by Orie Moro

.

.

.

Abad 17

.

.

.

Siena, Italy.

Di kota yang indah dan megah. Kota ini tumbuh dengan makmur, bangunan yang indah dan kokoh pun terbentuk di kota ini.

Di kota ini banyak keluarga-keluarga ternama, di kota ini pun banyak persaingan antar keluarga ternama.

Di kota ini, aku dilahirkan sebagai putra bungsu di salah satu keluarga ternama, yaitu keluarga Sabaku. Aku bernama Sabaku No Gaara.

Aku di sini, di kamarku yang megah dan mewah. Aku pun menatap datar langit-langit kamarku.

Tok tok tok

Terdengar suara dari luar yang mengetuk pintu kamarku.

"Masuk," perintahku dengan nada datar. Lalu, seseorang yang mengetuk pintu pun masuk kedalam kamarku. Ternyata pelayanku, Matsuri.

"Permisi, Tuan muda," katanya sambil membungkuk hormat.

"Ada apa?" tanyaku dengan bingung.

Terlihat ia tersenyum, "Anda di panggil, Tuan besar dan Nyoya besar." Katanya dengan sopan. Aku pun menaikan sebelah alisku bingung, "Untuk apa?" tanyaku dengan nada datar.

"Kedua orang tua anda ingin menjodohkanmu dengan putri tunggal dari keluarga Haruno," katanya dengan senyuman manis terlukis di wajahnya. Seketika kedua bola mataku terbelalak.

Perjodohan? Kalau ada perjodohan, berarti ada pernikahan.

"Mari saya antar ke ruangan kedua orang tua anda," aku pun hanya mengangguk, dan mengikuti Matsuri yang berjalan menuntunku menuju ke ruangan kedua orang tuaku.

.

.

.

Di sinilah aku, duduk dengan sopan di hadapan Padre, dan Madre. Terlihat Padre sedang menatap lekat kedua iris Jade ku. Aku yang mulai merasa kesal, akhirnya aku pun yang membuka suara.

"Jadi, apa maksudnya semua ini?" tanyaku memulai pembicaraan.

"Kau akan di nikahkan oleh Putri tunggal keluarga Haruno. Putri itu bernama, Sakura Haruno." Kata Padre dengan santai.

"Tapi, umurku masih 17 tahun, Padre!" protesku dengan sedikit berteriak. Aku pun mulai mengatur napasku agar tidak lepas kontrol,

Terlihat Padre, dan Madre mengehela napasnya.

"Lagi pula, aku belum pernah bertemu dia," lanjutku dengan suara yang di rendahkan, aku pun mencoba untuk tidak lepas kendali.

"Malam ini kau akan bertemunya di pesta, semua keluarga ternama akan datang di pesta ini, termasuk musuh keluarga kita," kata Madre dengan senyuman lembut di wajahnya. Mau bagaimana lagi, aku harus menuruti keinginan kedua orang tua ku. Karena bagaimanapun juga, aku sangat menghormati keduanya.

"Baiklah, Padre, Madre, saya permisi." Kataku dengan sopan. Lalu aku pun meninggalkan kedua orangtuaku yang sedang memasang wajah bahagiannya.

.

.

.

Yang aku pikirkan adalah kenapa? Kenapa aku harus menikah dengan orang pilihan kedua orang tuaku? Hidupku selalu di kendalikan oleh kedua orang tua ku. Sampai akhrinya, kedua orang tuaku lah yang menentukan pendamping hidupku. Apakah mereka tidak memikirkan perasaan ku? Aku hanya ingin jatuh cinta dengan orang yang di ciptakan untukku.

.

.

.

Pesta malam ini begitu meriah, dengan pesta yang klasik, di suguhkan beberapa minuman anggur di meja. Terlihat orang-orang sedang berdansa dengan pasangannya yang disuguhi lagu klasik. Para perempuan pun memakai gaun yang mewah, sedangkan para lelaki memakai Tuxedo. Aku pun berjalan tanpa arah, aku pun mengedarkan pandanganku ke segala penjuru arah, sampai akhirnya aku melihat seorang pria berambut pirang indah. Tidak tau kenapa, aku tertarik dengan lelaki itu. Tanpa sadar aku memperhatikannya. Sepertinya ia tersadar kalau sedari tadi aku memperhatikannya, lalu ia menoleh ke arahku. Kami pun saling berpandangan. Iris mata itu indah sekali, warnanya seindah Ocean. Terlihat ia tersenyum padaku, senyumannya begitu indah. Aku pun merasakan sesuatu yang bergemuruh di dadaku.

Sampai akhirnya, aku tersadar dari lamunanku. Terlihat ia sudah menghilang dari pandanganku. Aku pun merasa ingin mengejarnya, tidak tau kenapa aku ingin mengejarnya. Aku pun terus berlari sampai akhirnya aku menuruni tangga, aku menuruni tangga dengan langkah yang terburu-buru, sehingga aku terpeleset. Aku pun memejamkan kedua mataku, seketika aku merasa ingin jatuh ke lantai marmer yang dingin, sebelum aku merasakan tangan kekar yang menahanku. Perlahan aku membuka kedua kelopak menataku, menampilkan iris mata hijau pucat yang aku milikki. Terlihat wajahnya yang sangat dekat dengan wajahku, aku pun kembali terpaku dengan keindahan wajah, dan iris matanya.

Terlihat ia tersenyum manis, "Siapa yang kau cari, sehingga kau begitu terburu-buru?" tanyanya dengan suara lembutnya.

DEG

Aku merasa detak jantungku berdetak lebih cepat. Padahal kami baru saja bertemu, tapi kenapa aku sudah merasakan hal ini? Sadarlah, Gaara! Ia lelaki, dan aku pun lelaki, dan hubungan sesama jenis sangat di tentang di kota ini!

Lalu ia melepaskan tangan yang menahan tubuhku, aku pun berdiri dengan tegap dan memandangnya, "Aku mencarimu," apa? Kenapa aku terlalu jujur? Astaga, apa yang telah ku katakan? Seketika aku merasa wajahku mulai menghangat. Lalu, aku lihat kembali ekspresi nya. Terlihat ia sedikit terkejut, tapi ekspresinya kembali tenang seperti semula, "Aku tau," sahutnya dengan nada yang datar.

Apa? Dia tau? Bagaimana bisa?

"Bagaimana kau bisa tau?" tanyaku dengan sebelah alis yang terangkat.

"Karena aku memang mengarahkanmu," katanya dengan tenang.

"Kenapa kau melakukan itu?" tanyaku dengan bingung. Terlihat ia menaikan sebelai alisnya, lalu ia kembali tersenyum, "Kenapa, ya?" terlihat ia menghela napas, "Aku tak tau, aku hanya mengikuti naluriku saja." Katanya melanjutkan.

DEG

Aku merasakan pipiku memanas, kami pun saling bertatapan.

Sapphire dengan Jade.

Kami pun saling berpandangan diiringi musik klasik yang mengalun dengan lembut. Tiba-tiba aku mendengar suara yang berasal dari belakangku, "Sabaku No Gaara, menyingkirlah darinya!" teriak orang yang mengangetkanku. Aku dan pria di sampingku pun menoleh kearah sumber suara. Terlihat Kankuro –Kakak ku- yang sedang menatap kami dengan dingin, dan tangan yang di lipat di depan dada.

"Kankuro?" tanyaku dengan nada datar. Aku pun menoleh ke arah pria yang berdiri di sampingku. Terlihat ia menaikan sebelah alisnya, "Sabaku? Jangan-jangan.." ia pun tidak melanjutkan kata-katanya. Terlihat ia menoleh ke arahku dengan raut wajah terkejut, ia pun menatapku dengan pandangan tidak percaya.

"Dia," kata Kankuro sambil menujuk pria yang di sampingku dengan telunjuknya, "Dia adalah, Uzumaki Naruto."

DEG

Uzumaki Naruto?

Uzumaki?

Berarti ia musuh keluargaku?

"Hei, Uzumaki!" teriak Kankuro kepada pria di sampingku, "Jauhi adikku! Ia berasal dari keluarga Sabaku, begitupun dengan denganku." Kata Kankuro sambil menyeringai.

Terlihat wajahnya dengan ruat wajah kecewa, lalu ia pun pergi meninggalkan kami berdua.

Terlihat Kankuro mengembalikan ekspresinya menjadi hangat, "Gaara, waktunya kau bertemu dengan calon istrimu, Sakura Haruno." Terlihat ia pun menjadi ramah kembali, aku pun mengangguk dan mengikuti arahnya.

Kami pun menuju lorong istana ku, terlihat ukiran-ukiran indah terlihat jelas di dinding. Kami pun terus berpadangan lurus ke depan. Lama kami menelusuri jalan, kami pun berdiri di depat ukiran patung terakhir di lorong ini. Di belakang patung itu ada sebuah pintu. Kami pun mendekati pintu, saat kami semakin mendekati pintu itu, pintu itu terbuka secara otomatis. Aku dan kakakku pun segera masuk kedalam ruangan itu.

Terlihat mereka semua yang berada di ruangan itu pun menoleh ke arah ku dan Kankuro. Terlihat Madre berjalan kearahku, lalu ia menarik lenganku dengan lembut. Ia pun tersenyum lembut, "Ini anak kami, Sabaku No Gaara," aku yang mendengar itu hanya memandang datar mereka semua. "Gaara, ini calon istrimu," kata Madre sambil menunjuk perempuan yang sedari tadi di sebelah kedua orang tuanya. Aku pun mengamati perempuan itu.

Terlihat rambut yang berwana merah muda, memiliki iris mata berwarna Emerald, hidung yang mancung, bibir yang berwarna merah muda, kulit yang putih halus terawat, serta gaunnya yang mewah. Terlihat ia seperti anak perempuan manja yang sangat memperhatikan penampilannya. Aku tidak tertarik.

Tidak tau kenapa, pikiranku tertuju dengan orang lain. Orang yang baru ku kenal. Rambut pirangnya yang berkilau, iris mata yang berwarna Sapphire, hidung yang mancung, senyumannya yang memukau. Ah, kenapa aku terus memikirkannya?

Aku pun membungkuk hormat di depan keluarga Haruno, "Nama saya Sabaku No Gaara, senang bertemu dengan keluarga besar Haruno," kataku dengan sopan, aku pun menengakkan kembali tubuhku. Terlihat Putri Sakura Haruno membungkuk hormat kepadaku, "Nama saya Sakura Haruno, senang bertemu dengan anda, dan keluarga anda," katanya dengan sopan, ia pun menegakkan kembali tubuhnya, lalu ia tersenyum manis.

"Baiklah, kami rasa kalian butuh saling mengenal lebih dalam. Gaara, ajak Putri Sakura berjalan-jalan di istana kami.

"Baik, kami permisi." Aku pun menuntun perempuan ini keluar dari ruangan ini. Kami pun kembali menelusuri lorong-lorong yang berada di istanaku. Lorong ini sedikit gelap, di tambah dengan ukiran-ukiran di sepanjang dinding lorong. Dan beberapa patung di setiap lekungan lorong ini.

"Tuan, Gaara. Aku takut," katanya dengan lirih, ia pun merapatkan tubuhnya ke tubuhku. Ck, dasar perempuan manja.

Aku pun menghiraukannya, dan terus berjalan menelusuri lorong. Kami berjalan dalam keheningan, aku pun berniat membuka suara, "Apa kau menyukai perjodohan ini?" tanyaku dengan nada datar. Terlihat ia sedikit ragu, lalu ia menjawab, "Tidak, aku tidak menyukai perjodohan ini," terlihat ia menunduk sedih, "Aku mencintai orang lain," lanjutnya dengan lirih.

"Aku juga," balasku dengan datar.

Terlihat ia kembali mengangkat kepalanya, "Tapi, aku baru saja bertemunya di pesta ini. Dia, seorang lelaki yang tampan," katanya dengan wajah yang merona.

Aku pun hanya memutar kedua bola mataku dengan bosan, "Aku juga baru bertemu dengannya di pesta," balasku dengan datar.

Lalu suasana kami kembali hening, sampai akhirnya aku kembali memulai pembicaraan, "Nona Sakura, menurutmu, apa percintaan sesama jenis adalah hal yang wajar?" tanya ku dengan ragu. Terlihat raut wajahnya sedikit terkejut, "Menurut hukum norma di negara ini memang tidak wajar, bahkan percintaan sesama jenis sangat di tentang keras," terlihat ia menghela napas, dan kembali melanjutkan,

"Tapi, menurutku itu hal yang wajar, karena hal ini sudah memasuki masalah perasaan. Cinta tidak dapat di paksakan. Cinta tidak memandang siapapun, entah itu perempuan, lelaki, atau rakyat biasa yang sangat di larang menjalin hubungan dengan keluarga bangsawan seperti kita. Jadi, menurutku itu hal yang wajar, memangnya ada apa?" katanya dengan lembut. Ya benar, cinta tidak memandang siapapun. Tapi, perasaan ini di larang. Aku pun kembali membalasnya, "Tidak ada. Aku hanya bertanya," balasku dengan datar. Aku melihat wajahnya kembali sendu, "Aku hanya berharap, semoga perjodohan ini di batalkan," katanya dengan lirih.

"Ya, aku harap juga begitu." Balasku sambil menatap langit-langit lorong istana ini.

.

.

Bulan bersinar terang malam ini. Ya, malam ini adalah bulan purnama. Angin pun berhembus sepoi-sepoi di sekitarku. Aku masih ingin memastikan perasaanku, karena sampai detik ini, aku terus memikirkan dia. Aku pun menatap kosong langit kelam itu. Di langit itu, terbayang wajah tampannya, melihat itu aku pun menghela napasku.

'Dia adalah Uzumaki Naruto, Putra bungsu dari keluarga yang bermusuhan dengan keluargaku, keluarga Uzumaki.' Batinku dengan miris. Sekalipum ia bukan dari keluarga Uzumaki, aku tetap tidak boleh mencintainya, karena ia lelaki.

"Naruto.." aku pun menghela napas, dan memandang sendu langit kelam itu, "Kenapa kau harus berjenis kelamin lelaki? Dan kenapa kau harus dari keluarga Uzumaki? Kenapa kau tidak ganti gender atau nama saja, agar dapat bersamaku?" gumamku dengan lirih.

"Kalau begitu, mulai sekarang aku ganti nama apa, ya?" seketika mataku terbelalak, karena orang yang sedari tadi aku pikirkan tiba-tiba muncul di hadapanku, seketika aku merasa wajahku mulai memerah.

"Naruto! Kenapa kau berada di sini?" teriakku dengan panik, terlihat ia malah tersenyum tanpa dosa. "Aku memanjat pohon besar ini," katanya sambil menunjuk kebawah dengan jari terlunjuknya. Lalu ia kembali tersenyum polos, senyuman apa itu? Imut sekali! Ck, apa yang sedang ku pikirkan, sih!

"Gaara.." panggilnya dengan nada datar, dan serius.

"Hmm?"

Lalu ia meraih tanganku, ia pun menyatukan jarinya ke jariku, aku pun merasakan kehangatan terpancar dari tangannya, ia pun mengecup tanganku. Aku merasa pipiku semakin memerah karena perlakuannya.

"Gaara, aku tidak perlu mengubah gender ku, atau pun mengubah namaku. Karena, itu tidak artinya. Yang harus kau tau adalah," ia mengecup lembut tanganku,

"Ti amo."

.

.

.

TBC

Padre : ayah

Madre : ibu

Ti amo : aku mencintaimu

Maaf kalau ada kesalahan, maaf kalau ada Typo. Jadi, kalau ada kesalahan saya minta kritik dan sarannya. ^^

Fict ini terinspirasi dari cerita "Angel Or Devil?" by Orie Moro. Tapi, kalau di komik itu Straight. Kalau ini, saya ubah jadi ke Yaoi, hehe.

Terimakasih yang sudah mau membaca Fict ini.

Review/Flame?

Terserah kalian ^^