Title : [Not] Just Friend

Author : Kazuki Fernandes

Genre : Friendship, Romance

Pairing : SasuIno

Slight : GaaIno, SasuSaku, and other slight

Rating : T+

Summary : Jika kau bertanya apa hubungan kami saat ini, mungkin aku sendiri tak bisa menjawabnya. Sahabat… atau kekasih?

Disclaimer :- Naruto © Masashi Kishimoto

- [Not] Just Friend © Kazuki Fernandes

Warning : OOC, AU, typo (maybe), etc

Chapter 1-Uchiha Sasuke

Ino's POV

Terjadi lagi. Ini sudah kesekian kalinya lelaki itu terlambat!

Kuedarkan pandanganku kesekeliling, mencari sesuatu yang menarik atau pun seseorang yang mungkin kukenal untuk mengalikan perhatian. Namun nihil. Ini menyebalkan!

"Sudah siap memesan, Nona?" suara seorang pelayan kafe sedikit mengejutkanku, namun aku hanya menggeleng seraya berucap singkat,"Nanti saja." pada sang pelayan. Kulirik sekilas jam metalik hitam yang melingkari tangan kiriku, sudah satu jam. Kemana lagi dia? Ponselnya sama sekali tak bisa dihubungi, telepon rumahpun tak diangkat.

"Lihat saja, aku akan menghukummu nanti, Sabaku Gaara!"

.

Tatapanku beralih pada pintu yang baru terbuka, seorang pemuda yang tampak familiar memasuki kafe dengan wajah datar. Sepasang mata gelapnya menatap kearahku sekilas, namun ia terus berjalan menuju meja kosong dibelakangku. Yah, tapi aku tak terlalu peduli soal itu, aku tengah menunggu seseorang yang lain saat ini. Seseorang yang sudah tinggal bersamaku selama satu tahun ini. Kami belum menikah, hanya tinggal bersama. Seharusnya hari ini kami berangkat bersama kesini untuk merayakan hari jadi kami yang pertama. Namun ia justru harus pergi kekantornya untuk rapat mendadak dengan klien dan berjanji akan menemuiku disini, tapi apa yang kudapat? Kekecewaan. Dan ini bukan yang pertama kalinya. Aku hanya bisa tersenyum kecut. Haah~

"Yamanaka Ino?"

Eh? Aku menoleh kebelakang dengan cepat, memastikan pendengaranku,"Kau memanggilku?"

Pemuda yang kulihat tadi mengangguk,"Menunggu seseorang?" tanyanya datar.

Kali ini aku yang mengangguk, hanya sekilas, sebelum mengedikkan bahu,"Tapi kurasa yang kutunggu tak akan datang." aku tersenyum pahit.

Mendengar jawabanku, pemuda itu berdiri dari tempat duduknya dan duduk tepat dihadapanku. Sebelah alisku terangkat. Hey! Apa aku mengenalnya? Baru saja aku akan mengeluarkan suara untuk protes, tapi ia lebih dulu memotongku.

"Uchiha Sasuke. Kau ingat?" ucapnya seolah membaca pikiranku.

Uchiha? Sepertinya aku tak asing dengan nama itu…

"Dia Uchiha Sasuke. Kekasihku." sepintas ingatan tentang sahabat lamaku, Sakura melintas dibenakku. Ah! Tentu saja! Uchiha Sasuke!

"Ah, ya, aku ingat. Kau kekasih Sakura."

Ia mengangguk singkat. Dan pelayan tadi kembali menghampiri kami, kali ini aku memesan makanan yang anehnya sama dengan Sasuke. Namun aku hanya tersenyum tipis dan menganggapnya kebetulan semata.

Satu jam. Dua jam. Tiga jam berlalu begitu saja. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, aku juga tak menyangka Uchiha Sasuke yang seingatku dulu sangat dingin bisa menjadi teman mengobrol yang menyenangkan –ia hanya merespon singkat setiap ceritaku sebenarnya. Tapi setidaknya aku bisa mengetahui beberapa hal mengenainya, misalnya ia yang ternyata masih berhubungan dengan Sakura setelah sekian lama –yah sebenarnya hanya sepuluh bulan, tempatnya bekerja yang ternyata hanya berjarak satu blok dari tempat kerjaku, dan hal-hal kecil lain. Yah, jadi akhirnya hari ini tak sepenuhnya mengecewakan. Tapi aku akan tetap menghukum Gaara setelah ini!

-K-A-Y-

Sudah cukup larut, aku baru saja keluar dari mobil Sasuke (ia memaksa untuk mengantarku pulang) saat pintu gerbang terbuka, menampakkan wajah datar Gaara yang biasanya. Namun sekilas, aku bisa melihat ada kilatan tak suka dalam tatapan Gaara kearah Sasuke. Kedua tangannya terlipat didepan dada, pose itu selalu membuatku merasa terintimidasi. Sayang sekali kali ini aku sudah cukup marah padanya hingga tak memedulikan tatapan tak sukanya. Aku berbalik kearah Sasuke dan tersenyum sebelum melambai kearah mobilnya yang mulai melaju.

"Darimana saja?" suara baritone Gaara dari arah belakang memasuki indra pendengaranku. Kedua mataku memejam sesaat sebelum berbalik dan memasuki gerbang tanpa mengucapkan sepatah katapun padanya. Aku kesal. Aku marah. Tapi aku tak ingin melampiaskan kemarahan yang memungkinkan retaknya hubungan kami berdua, bagaimanapun juga aku mencintainya.

"Ino, jawab pertanyaanku." suaranya datar, tapi aku bisa merasakan getaran emosi disana. Mungkinkah ia cemburu?

'Tidak.' kugelengkan kepalaku sebelum meneruskan jalanku masuk kedalam rumah, meletakkan sepatuku dirak dan terus berjalan hingga kekamar. Tas dan pakaian yang tadinya kukenakan, kubiarkan berhamburan dilantai. Aku butuh mandi air hangat sekarang.

"Apa yang kau inginkan sebenarnya?" Baru saja aku merasa santai sejenak, suara dingin itu kembali memasuki gendang telingaku. Tak sadarkah ia kalau ini semua salahnya? Apa yang ia lakukan sampai melupakan janjinya? Dan sekarang, ia justru marah padaku? Yang benar saja!

"Ino, jangan menguji kesabaranku!"

Tsk! Kau benar-benar mengesalkan Sabaku Gaara! Baiklah, tenang Ino, kau hanya perlu beri dia pelajaran dengan acuhkan dia sampai besok pagi. Baiklah!

"Akh! Sakit!" sial! Untuk apa dia menarik lenganku sampai sekasar ini?!

"Ino, jawab aku!" o-okay, tatapan matanya kali ini sangat mengerikan, kurasa aku tak bisa menahannya lebih lama lagi.

"Apa maumu dariku?" aku berusaha mengontrol emosi semampuku.

"Aku ingin kau menjawabku, darimana saja kau baru kembali jam segini? Dan siapa pria yang mengantarmu pulang tadi?!" matanya berkilat. Oh astaga, aku sudah membangunkan singa tidur! Tapi aku tak bisa mengalah begitu saja..

"Apa pedulimu, eh? Apa pedulimu dengan siapa aku pulang saat kau sendiri tak ingat janjimu padaku, bodoh! Apa pedulimu darimana aku saat seharusnya kau juga bersamaku ditempat yang sama?! Aku kecewa padamu, Gaara!" Sial! Aku tak dapat menahan mataku untuk tak menangis. Ini membuatku tampak lemah.

Penglihatanku sedikit buram, namun aku masih dapat menangkap keterkejutan dimata Gaara. Apa ia baru mengingat janjinya sekarang? Kepalanya menunduk hingga rambut bagian depan menutupi sebagian matanya, aku tak yakin bagaimana ekspresinya saat ini.

"K-kau… menungguku?" Ia bergumam lirih. Aku hanya diam tak menjawab, aku tak ingin menangis lebih parah dari ini. Tapi…

"Happy anniversary, Gaara-kun.." aku tersenyum pahit sebelum naik ketempat tidur dan berbaring membelakanginya. 'Aku mencintaimu...'

-K-A-Y-

Normal POV

Kicauan burung-burung dipagi hari begitu menenangkan, membuat sang gadis pirang ingin terus bergelung dalam selimut tebalnya. Namun cahaya menyilaukan dari jendela yang terbuka didekatnya mau tak mau memaksa kedua aquamarine itu terbuka. Mengerjap beberapa kali, ia sempat terpana menatap makhluk tampan yang tengah menatapnya datar. Tidak, pria didepannya bukan Gaara. Apa Ino masih bermimpi? Karena pemuda itu terlihat seperti… Uchiha Sasuke.

"Yo, sleepyhead!" oh? Dia menyapa Ino. Gadis itu menggeleng, dia memang bermimpi!

Tuk!

"Ittai!" Ah, sepertinya bukan mimpi..

"Ini bukan mimpi?"

"Baka! Tentu saja bukan." wajah datar itu.. suara yang seperti itu… tentu saja, dia memang Uchiha Sasuke.

Menatap sekeliling, Ino berusaha memastikan ia memang berada dikamarnya dan Gaara. Dan tak salah lagi.

"A-apa yang kau lakukan disini?!" teriaknya panik,"Bagaimana kau bisa masuk kekamarku?!"

Sang Uchiha tak menjawab, hanya menunjuk kearah jendela dengan dagunya.

'Ia pasti bercanda. Ini lantai dua!'

"Kau bercanda!"

"Kau pikir untuk apa aku berbohong, eh?"

"Lalu apa yang kau inginkan dengan memanjat jendela kamarku? Gaara-kun akan membunuhmu jika ia melihatmu disini!"

"Tenang saja, Gaara-mu itu sudah berangkat bekerja sejak satu jam yang lalu. Lagipula aku hanya mampir, tak ada niat aneh-aneh." Ia menyeringai, seolah bisa membaca isi kepala si pirang.

"Terserah kau saja." bangkit dari tempat tidur, Ino melangkahkan kakinya kekamar mandi, mengabaikan Sasuke yang masih duduk dipinggiran tempat tidur, menatapnya.

"Kau mandi lama sekali."

"Huh? Kau masih disini?" pertanyaan bodoh. Padahal ia bisa melihatnya sendiri.

Bersikap acuh, pemuda itu hanya mengedikkan bahunya sekilas, seolah berkata 'kau lihat sendiri, bukan?'

"Jadi, apa yang kau inginkan?" tanya Ino mulai bosan.

"Kau ingin makan sesuatu?"

"Tentu."

Diam. Ia hanya memberi tatapan 'ingin makan apa?'.

"Apa saja!" Ino sudah mulai kesal rupanya.

"He-hey! Kau mau kemana?!"

Tanpa menghiraukan pertanyaan Ino, Sasuke sudah melompat begitu saja keluar jendela dan menghilang bahkan sebelum gadis itu menyadarinya.

"Makhluk apa dia sebenarnya?"

Satu jam berlalu dengan cepat, namun tak sedikitpun ada tanda-tanda Sasuke akan kembali, dan Ino dibuat mondar-mandir dikamarnya layaknya orang kebingungan.

Tap!

"Sasuke?" untuk kesekian kalinya.. ia tak menjawab, hanya menyeringai seraya melemparkan beberapa bungkus makanan siap saji kearah Ino.

"Aku tak tahu makanan apa yang kau suka, jadi aku beli beberapa jenis makanan berbeda." wajahnya kembali datar.

Dengan cekatan Ino membuka satu per satu kotak makanan pemberian Sasuke dan beberapa kali dibuat mengernyit saat mendapati tak ada satupun makanan yang ia sukai. Ah! Tapi tunggu! Hampir saja ia memekik girang saat membuka kotak terakhir yang ternyata berisi salad kesukaannya.

"Kau suka salad?" rupanya sejak tadi pemuda itu memperhatikan ekspresinya setiap kali membuka kotak makanannya.

Ino mengangguk senang,"Tentu saja, dan lihatlah! Banyak tomat ceri-nya!"

Ia mengangguk mengerti, lalu mengambil salah satu kotak yang tak dipilih Ino untuk memakan isinya,"Makanlah, Ino."

"Um! Ittadakimasu!"

-K-A-Y-

Beberapa hari ini terasa menyenangkan bagi Ino, bukan karena Gaara tentu saja, pemuda berambut merah itu justru bersikap dingin padanya. Yang membuatnya senang justru Uchiha Sasuke yang baru-baru ini dekat dengannya. Mereka memang tak melakukan banyak hal berarti, hanya sekedar makan siang bersama dikamar Ino, menceritakan tentang hubungan dengan pasangan masing-masing –Ino yang paling dominan tentu saja, atau sekedar duduk-duduk disofa tanpa melakukan apapun. Hanya pertemanan biasa. Tapi bagi Ino yang selalu ditinggalkan sendirian dirumah, itu adalah kebahagiaan tersendiri. Ia hanya berharap Gaara tak akan pulang tiba-tiba dan memergoki mereka berdua lalu berpikir macam-macam atau justru mengamuk dan menghajar Sasuke habis-habisan. Ino menggelengkan kepalanya.

Jangan berpikir yang tidak-tidak, Ino.

"Merindukanku, Nona?" sebuah tepukan dibahu seolah menarik Ino kembali ke dunia nyata. Ah, rupanya dia sudah datang.

"Sasuke! Kau mengejutkanku!"

Sasuke tertawa. Sungguh, itu adalah hal yang sangat langka untuk seorang Sasuke yang selalu berwajah angkuh. Dan Ino adalah salah satu orang beruntung –selain Sakura yang bisa melihatnya hampir setiap hari.

"Maafkan aku. Jadi, apa yang sedang kau pikirkan, Ino?" tanyanya dengan wajah kembali datar.

Gadis pirang itu menggeleng pelan,"Bukan apa-apa."

"Kau ada masalah? Apa kau sedang sakit?"

"Aku baik-baik saja, Sasuke."

"Bagaimana hubunganmu dan Gaara?" seperti biasa, ia akan menanyakan hubungan Ino dan Gaara sambil berkeliling kamar Ino. Diangkatnya sebuah figura berisi foto Ino yang tengah tertawa bahagia memeluk Gaara yang hanya menunjukkan senyum tipisnya,"Kalian berdua terlihat bahagia disini." Ia bergumam pelan.

Beberapa lama ia menunggu, tak ada sahutan. Rupanya Ino hanya menundukkan kepalanya dengan ekspresi sedih.

"Ino?"

"Kami… baik-baik saja. Dia masih seperti sebelumnya… mengabaikanku." Ia tersenyum pahit,"Kurasa aku sudah tak sanggup lagi, Sasuke. Hubungan kami makin lama semakin merenggang. Kurasa dia sudah tak mencintaiku lagi." dan ia mulai menangis.

"Hey, dengarkan aku! Bukankah kau mencintainya?"

Ino mengangguk.

"Kalau begitu perjuangkan hubungan kalian! Jangan cengeng, Ino. Aku benci gadis cengeng!" Dipeluknya erat tubuh sang gadis, membuat Ino sedikit terperanjat namun perlahan balas melingkarkan kedua tangan mungilnya kepunggung Sasuke.

"Maafkan aku. Aku tak akan menangis lagi."

"Berjanjilah!"

"A-aku berjanji.."

-K-A-Y-

"Gaara-kun?"

"Hn."

"Kau baik-baik saja? Kau kelihatan lelah.." kedua tangan mungil itu perlahan menautkan jemarinya dileher sang pemuda berambut merah, memeluknya dari belakang.

"Yah, kau tahu sendiri pekerjaanku, Ino. Ini sangat melelahkan." pemuda itu tak bergeming, tak balas memeluk ataupun menepis kedua lengan sang gadis.

Jemari-jemari ramping itu mulai bergerak menuju kedua bahu Gaara dan memijatnya lembut.

"Ino.."

"Kau tak suka aku memijatmu?" dan gerakannya terhenti.

"…"

"Padahal dulu kau selalu memintaku memijatmu sepulang berkerja. Kau bilang kau suka pijatanku." beberapa tetes cairan bening membasahi bahu Gaara, membuatnya menoleh cepat pada sang gadis.

"Maafkan aku.."

"Kau benar-benar sudah berubah, Gaara-kun."

"Maaf."

"Kau hanya minta maaf, tapi kau bahkan tak menyesal sama sekali, bukan? Aku merindukanmu yang dulu, Gaara-kun. Aku ingin kita seperti dulu lagi! Apa yang harus kulakukan agar hubungan kita kembali seperti masa awal kita bersama? Aku mencintaimu, Gaara-kun!"

"Sudahlah, Ino. Aku sedang tak ingin membahas ini." pemuda itu bangkit dari tempat duduknya dan melangkah menuju kamar mandi,"Tidurlah. Aku akan mandi dulu."

'Apa salahku… Gaara-kun?'

-K-A-Y-

Hari ini seperti biasa, Ino menghabiskan siangnya bersama Sasuke. Mereka menikmati sarapan bersama, makan siang bersama, menonton tv bersama, dan banyak lagi. Namun tak seperti hari-hari sebelumnya, gadis pirang itu tampak sendu. Ia yang biasanya selalu mengajak Sasuke untuk mengobrol, untuk mendengarkan ceritanya tentang hubungannya dan Gaara, kali ini hanya diam. Hampir tak sepatah kata pun keluar dari bibir mungilnya, hal ini sedikit banyak membuat sang pemuda Uchiha khawatir juga.

"Ino?"

Gadis itu menoleh dengan tatapan sayu.

"Apa Gaara menyakitimu?"

Gadis itu hanya menggeleng. Masih tak berucap sedikitpun.

"Ino, jika aku memang temanmu, harusnya kau cerita padaku." baiklah, kali ini Sasuke sudah terlihat OOC dengan kecerewetannya.

"'Ino, katakan sesuatu!" Ia mengacak rambutnya kesal.

"Pulanglah, Sasuke. Aku sedang ingin sendiri."

Menghela nafas pelan, pemuda Uchiha itu akhirnya menjauh dari sang gadis menuju jendela,"Hubungi aku kalau kau butuh sesuatu." dan pemuda itu melompat keluar melalui jendela dihadapannya tanpa menunggu sahutan dari Ino.

Kepergian Sasuke tak membuat Ino lebih baik, rumahnya justru terasa lebih sepi dari sebelumnya. Kedua netranya tak henti-hentinya mengalirkan cairan bening, ia tak habis pikir apa yang terjadi pada kekasihnya akhir-akhir ini. Pemuda merah itu selalu pulang lebih terlambat dari biasanya, terkadang sampai tak pulang sama sekali. Sikapnya saat bersama Ino pun terasa lebih dingin dari sebelumnya, ia bahkan pernah membentak Ino hanya karena masalah kecil. Sungguh, Ino tak tahu harus berbuat apa lagi. Ia sudah lama kehilangan teman-temannya, dan Sasuke? Ia tak bisa terus menerus menganggu pemuda itu dengan masalah percintaannya.

'Gaara-kun, aku merindukanmu..'

To be Continued…

A/N: Yo, minna! Kay is back with another fic! Nyahaha..

Maafkan Kay yang selalu datang dengan fanfic baru padahal yang utang fanfic masih numpuk. Tapi apalah daya, Kay belum punya ide untuk melanjutkan yang lain ^^V tapi gak aka nada fanfic yang discontinue kok, ini juga masih proses untuk meneruskan beberapa fanfic lama dan beberapa fanfic yang udah lama ditulis tapi belum selesai sampai sekarang.

Ah, anyway, Kay minta maaf kalau Sasuke rada OOC disini, itu karena sosok Sasuke disini terinspirasi dari seseorang yang sifatnya agak err.. susah dijelaskan ahaha..

Intinya, jangan protes soal ke-OOC-annya, itu disengaja! *nyengir

Okay, sekian deh bacotan gak penting dari Kay. Minta RnR-nya, minna~! ^^/

Arigatou!