*Ini belum selesai*

Penulis: SBom

Genre: Sad, Angst, Keluarga

Pair: keluarga HunHan

Cast. : Sehun, Luhan, Haowen, Ziyu, dan akan muncul seiring berjalannya cerita

Rate : T-M (tapi masih lama menuju ke M)

Legth. : Bab

*Disini para uke bergender GS, jika tak suka gak usah mampir. Kasar? Terimakasih karna saya adalah seorang BAD GIRL... NYIAHAHAHA.. #Abaikan

*Pisah

CKLEKK

Suara pintu Utama terbuka memunculkan seorang pria tampan yang disambut hangat oleh suara lembut sang istri yang terdengar seperti nada sindiran.

"Baru pulang Tuan OH?"

Oh Sehun, pria tampan itu mengernyit menatap istri cantiknya yang berdiri menghadang jalan dengan tangan tersila didada.

"Kau belum tidur, Luhan?" Sehun menatap malas sang istri yang masih berdiri teguh dengan posenya.

Luhan, istri sekaligus ibu dari anak-anak Sehun itu menatap terkejut pada Sehun.

"Luhan? Apa kau terlalu senang dikantor sampai melupakan 'Panggilan Sayangmu' padaku?" Luhan mencoba melembutkan suaranya selembut mungkin. Ini sudah malam ia masih sadar untuk tak berteriak, walaupun ia ingin.

"Sudahlah, Luhan. Aku lelah, aku sedang tak ingin berdebat denganmu" Sehun melewati Luhan begitu saja tanpa menatapnya sama sekali.

"SEHUN!" Luhan yang mulai naik darah berteriak kepada Sehun.

"Aku baru saja pulang dari kantor, dan kau terus terusan merecokiku dengan asumsi tak bergunamu?" SEHUN kembali berbalik dan menatap tajam Luhan.

"Tak berguna kau bilang? Kemarin lusa, aku memintamu untuk menjemput ziyu dari sekolah, tapi kau melupakannya dan membuat Ziyu menunggu sambil menangis selama 5 jam. Dan kemarin, kau memarahi ziyu hanya karena ia memintamu untuk menggendongnya dan mendorongnya hingga kepalanya terantuk sudut meja. Dan sekarang kau enak-enakan berdua dengan sekertaris sok kecantikan itu, dan kau mengatakan semua teguranku hanya asumsi tak berguna?"

Luhan mengingat semua kejadian yang membuatnya menegur sang suami. Tentu saja ini bukan teguran yang pertama, tapi setelah kejadian tadi siang ia yakin ia harus melakukannya lagi walaupun berujung dengan pertengkaran.

"Apa maksudmu?" Sehun mengernyit bingung

"Tadi siang aku datang ke kantormu, sekertaris Hong bilang kau ada urusan, tapi saat aku hendak masuk dan menunggumu. Aku melihatmu.." Luhan menatap sendu sang suami.

"A-apa? Kau.." Sehun merasa tertohok.

Hohoho, karena keasikan kau jadi lupa dunia Oh Sehun?

"Aku melihat semuanya... wanita itu, kau dan ciuman itu" Luhan mulai menunduk, tapi tidak menangis ia menahan air asin itu untuk mengalir di pipinya.

"I-itu hanya..."Sehun mulai gelagapan, kegiatannya tadi siang diketahui oleh sang istri.

"Apa? Kau mau bilang kalau aku salah paham, begitu?" Ketika gadis itu mengangkat wajahnya, air mata tak bisa lagi dithannya pun leleh membasahi pipi tirusnya.

"Maaf" Sehun tak berani menatap sang istri dan hanya bisa menatap kearah lain.

"Aku tak butuh maaf mu, kau mengingkari janji mu" Luhan menatap tajam kearah Sehun walau dengan wajah yang di penuhi air mata.

"aku tidak-" Sehun maju selangkah mencoba untuk merengkuh wanita dihadapannya ini, namun pelukannya ditolak oleh Luhan bahkan Luhan mundur menjauhinya.

"Luapakan saja. Kau memang tak pernah peduli pada keluargamu. Kau membenci Ziyu dan kau hanya memperdulikan wanita busuk itu."

"Krystall tidak seperti itu" Sehun merasa tak terima akan hinaan Luhan

Ingatlah Oh Sehun, dihadapanmu adalah istrimu. Bagaimana bisa kau membela wanita lain tepat dihadapan istrimu?

"Ohh, kau mash bisa membela wanita menjijikan itu?"

"LUHAN!" Sehun mengangkat tangannya hendak menampar Luhan

"APA? OH.. KAU MAU MENAMPARKU OH SEHUN? AYO TAMPAR SAJA "

"KAU!" Ia hendak melayangkan tangannya, namun ia urungkan karna kemunculan dua anak laki-laki yang berlari kearah mereka

"Ma!" Anak yang paling kecil langsung memeluk kaki Luhan sambil menangis

"Appa!"Anak yang besar berdiri diantara kedua orang tuanya dengan menatap tajam sang ayah dengan mata tajam yang diwariskan oleh sang ayah.

"Anak-anak, kenapa kalian kesini? Bukankah ibu sudah menyuruh kalian untuk tidur? Sekarang kembalilah." Luhan yang awalnya terkejut karna kemunculan kedua anaknya itu hanya bisa pasrah dengan sikap mereka yang mencoba melindunginya dari sang ayah.

"Tidak, eomma. Haowen takkan kembali. Haowen akan menjaga eomma dari appa" anak yang lrbih besar itu, Haowen. Dan yang kecil itu Ziyu.

"Haowen! Bawa Ziyu dan masuk kekamar kalian. Sekarang" Sehun memerintah tanpa penolakan, namun..

"Tidak akan" Haowen tetap juga berpegang teguh pada keputusannya untuk melindungi ibunya.

"HAOWEN!" Sehun menatap nyalang sang anak sambil berteriak

"APA!" Haowen tak peduli lagi apa yang akan dilakukan sang ayah, yang ada dipikirannya saat ini adalah menjaga sang ibu dari amukan ayahnya.

Plak

Kejadian itu tak terelakan lagi, Sehun menampar Haowen dengan keras hingga sang anak jatuh tersungkur diantaranya dan juga Luhan. Ziyu yang melihat itu langsung berlari kearah sang kakak dan semakin terisak saat melihat bekas tangan kemerahan dipipi kakaknya.

"SEHUN! Apa, apa yang kau lakukan?"

"Itu pelajaran untukknya agar mendengarkan apa yang dikatan orang tuanya."

"Cukup, Sehun. Aku muak."

" Baiklah itu terserah denganmu. Kalau begitu pergi dari rumahku"

"Baik aku pergi. Ayo anak-anak"

Luhan menarik Ziyu dan Haowen yang sudah berdiri dengan sedikit terisak. Sungguh hatinya sangat sakit saat mendengar sang ayah mengusir ibunya.

"Cepat pergi dan jangan lupa bawa semua benda tak berhargamu itu dari rumahku" Sehun menatap datar Luhan yang menangis sambil berjalan kearah kamar mereka -ups apa aku mengatakan itu kamar mereka? Kurasa tidak lagi-

Luhan turun dengan tas jinjingnya yang berisi bajunya juga kedua anaknya. Ia menangis dalam hati atas perlakuan sang suami yang dengan keji mengusirnya.

Luhan berjalan melewati Sehun yang berdiri didepan pitu, saat berpapasan Sehun menarik Haowen sampai genggaman Luhan dengan anak sulungnya itu terlepas.

"Kau pergilah, tapi jangan kau berfikir bisa membawa Haowen bersamamu. Kau bawa saja anak lelet itu"

"Sehun. Kau!"

"Tidak, Appa. Haowen ingin bersama eomma. Lepas Appa." Haowen berontak digenggaman Sehun. Sehun semakin mengeratkan genggamannya pada tangan Haowen sampai anak itu meringis kesakitan.

"Tidak, Sehun. Haowen adalah anakku. Dia akan ikut denganku"

"Tidak. Dia akan tetap disini. Dan kau cepat pergi dari rumahku." Sehun mendorong tubuh mungil sang istri lalu menutup pintunya kasar.

NO

"SEHUN.. SEHUN.. KUMOHON. KBALIKAN HAOWEN PADAKU. SEHUN. SEHUN" Ia menggedor berteriak memanggil, namun sama sekali tak ada hasilnya. Justru ia mendengar suara tangis anak sulungnya yang begitu mengiris hatinya.

Percuma saja sayang, suamimu itu -atau kusebut Mantan Suami- takkan mendengarkan ucapanmu. Dia terlalu Egois untuk mendengarkan apa yang kau katakan.

Akhirnya pun Luhan pergi dari rumah itu dengan perasaan hancur berkeping-keping, Ziyu yang dari tadi hanya menangispun mulai kelelahan dan hanya terdengar isakan-isakan kecil. Luhan sungguh bingung kemana dia harus pergi sekarang. Ia tak memiliki tujuan saat ini. Apa yang harus ia lakukan di waktu semalam ini? Ya Tuhan tolong jaga kedua makluh indah itu.

Luhan semakin kebingungan karena sang anak yang mulai menggigil. Astaga, bagaimana ia bisa lupa kalau ia juga membawa malaikat kecilnya yang hanya memakai baju tidur. Dengan segera ia membuka tasnya dan mengambil jaket anaknya itu dan memasangkannya. Mata sembab mereka berdua pun bertatapan.

"Ziyu, mulai hari ini kita akan tingga berdua tanpa haowen hyung maupun appa. Gwenchana?" Luhan menatap sendu sang anak yang hanya diam menatapnya. Tapi tak lama kemudian sang anak menganggukkan kepalanya, walau hanya anggukkan kepala Ziyu, Luhan dapat sedikit merasa tenang didalam hatinya dan kembali berjalan tanpa tujuan

Diperjalanan Luhan sedang menimang-nimang sesuatu sambil menggenggam erat tali tas miliknya. Ia ragu akan sesuatu, tapi lagi-lagi tatapannya beralih ke Ziyu yang terdiam sunyi. Dengan ragu ia mengeluarkan handphone dari sakunya dan menelpon seseorang, dalam hati ia mengucap doa berulang-ulang kali agar telponnya diangkat oleh orang itu.

Tersambung..

'Yeoboseyo?'

'Oppa... '

'Luhan? Ada apa kenapa kau-'

'Tolong, bantu aku oppa...'

Seketika dari sebrang terdengar suara gaduh yang diiringi suara mobil gemuruh.

'Katakan, dimana kau sekarang'

TBC

Typo? Mangap ini pan ff pertama.. mohon maklum