Brak.
"BOGE! Sudah kubilang untuk tetap tinggal disana, lihat keadaanmu sekarang!"
Shoji yang reot itu terbuka setelah digeser kasar bersamaan dengan bentakan menyeruak masuk ke kamar sempit beralas kayu tua yang berdecit itu.
Terperanjat, gadis pemilik kamar sempit itu yang tengah bergumul di dalam futon refleks menoleh. Didapatinya pria surai hitam berseragam polisi khusus tengah menatapnya garang.
Ia mendapati Wakil Komandan Iblis 'menggrebek' rumahnya.
[Your Fullname, gadis itu, tersenyum hangat sebisa mungkin untuk membalas tatapan galak kekasihnya, Hijikata Toushiro—si Wakil Komandan Iblis. Ia perlahan mencoba bangkit, berusaha menjamu tamu spesialnya sebisa mungkin. Tapi pergerakannya tidak berlanjut ketika Toushiro sigap menahan tubuh lemah itu tetap di tempatnya. Wajah Toushiro makin galak.
"Mau apa lagi kau, hah?!"
[Name] memasang tampang bersalah. Bukan karena sudah membakar amarah kekasihnya, tapi karena ia tak kuasa menyambut kedatangan 'tamu spesial'nya.
"Selain Sougo dan Yorozuya, rupanya kau juga masuk daftar orang yang berani melanggar perintahku," Toushiro berucap masih dengan tatapan galaknya. [Name] menatap lurus iris perak milik Toushiro, semburat tipis muncul menghiasi pipinya.
"Maaf," [Name] berucap singkat. Ia kembali mengulas senyum hangat. Mengakui kesalahannya melupakan payung saat berangkat dan nekat pulang menerobos hujan deras meski Toushiro sudah melarangnya ketika ia kebetulan menelepon saat itu.
Juga, ia menghargai Toushiro yang rela membuang waktu kerjanya hanya untuk melihat kondisinya. Ia menghargai kekhawatiran Toushiro meski pria itu tak mau mengakuinya.
"A.. Asal kau tidak mengulanginya lagi!" Toushiro nampak memalingkan wajah. Pria itu meletakkan kotak makanan disamping futon.
"Makan itu." Ujarnya singkat lalu membalik badan, berniat pergi.
Puk.
Toushiro menoleh, kembali membalik badan menghadap [Name] setelah merasakan tangannya digapai oleh tangan kurus sang gadis. Iris peraknya menatap [Name, menyiratkan kalimat 'ada apa?'.
"Tanganmu hangat. Lebih hangat dari punyaku. Padahal aku sedang sakit." Ucapnya diakhiri tawa kecil. Tak peduli bahwa ucapannya barusan mengundang rona tipis di wajah pria yang dikenal dengan julukan 'Wakil Komandan Iblis' itu.
"Tinggallah di sini sebentar. Aku hanya ingin meminjam tanganmu." Ujar gadis itu lagi.
Toushiro, masih dengan rona tipis di wajahnya, hanya memalingkan wajah sambil kembali duduk di samping futon milik [Name]. [Name] untuk kesekian kalinya tersenyum, mengeratkan genggaman pada tangan besar milik Wakil Komandan Iblis.
Grep.
"E..eh? Toushiro-san?!" [Name] terperanjat dengan wajah memanas ketika Toushiro tiba-tiba mendekap tubuh lemahnya.
"Kau yakin hanya tangan? Bagaimana kalau aku memberikan kehangatan dari seluruh tubuhku?"
