Kesukaan Boboiboy terhadap permen membuat Fang gemas melihatnya/Sho-ai/FangBoy/OOC.
.
Permen
Warning : Summary gak nyambung. Sho-ai. OOC. Maenstream. Boring. Gaje. Typo. Dll
Disc : Animonsta
.
"Boboiboy. Tolong jaga kedai, Atok nak keluar bentar" kata Tok Aba sambil memakai jaket. Entah akan pergi kemana kakek satu cucu itu, tapi sepertinya akan pergi lama. Mendengarnya membuat Boboiboy berhenti memasukkan bukunya ke dalam tas dan menatap Atoknya dengan alis mengerut.
"Atok nak kemana memang? Boboiboy ada belajar bersama habis nih," kata Boboiboy, bermaksud menolak secara halus. Besok ada ujian matematika. Dan jika nilainya dibawah enam, pasti Papa Zola akan memberinya kelas tambahan selama seminggu. "Bukannya ada Ochobot?"
Tok Aba menghela napas dan mengambil kunci motor yang tergantung. " Atok nak ke Bank. Tak bisa, Ochobot harus antar pesanan Koko hari ini"
"Lah, ayolah Tok.." Boboiboy menelangkupkan kedua tangannya. Berharap kakeknya melepaskannya hari ini. Demi apa-pun, kelas tambahan itu bahkan lebih mengerikan dibanding dengan ujiannya. Tok Aba terlihat berpikir. Beliau sendiri tidak akan tega menyerahkan semuanya pada Ochobot. Terakhir kali robot itu pingsan seharian karena kelelahan. Jangan tanya bagaimana robot bisa pingsan, karena itu tidak logis.
"Aha! Bagaimana kalau kau pecah tiga aja Boboiboy!?"
"Eh!balonmeletup-balonmeletup"
"Iish. Kau nih, jangan muncul tiba-tiba, Ochobot!"
Tok Aba berkata sedikit membentak. Mungkin jika Beliau punya penyakit jantung, pasti sudah kambuh sekarang. Sedangkan yang dibentak hanya cengengesan. "Aduh.." Boboiboy mengeluh memegangi pinggangnya dan kembali duduk setelah jatuh dengan tidak elitnya. "Hehe.. Maaf.." kata Ochobot sambil mengaruk kepalanya(?)
"Dah lah. Betul kata Ochobot, sekalian kau temani dia antar pesanan Koko" Tok Aba keluar dari kedai dan segera menaiki motor kesayangannya. "Atok pergi dulu, ye. Jaga kedai baik-baik!" lanjutnya sebelum menghilang diujung jalan. Sedangkan Boboiboy hanya bisa menghela napas dan kembali memasukkan beberapa buku yang masih tersisa dimeja.
"Aih. Tunggu apalagi, Boboiboy. Nanti kesorean loh," kata Ochobot kini sedang menyusun beberapa kardus Koko yang akan diantar. "Iye lah. Boboiboy kuase tiga!"
Nah, dan tidak perlu waktu lama. Kini sudah muncul tiga Boboiboy dengan level 2. "Eh? Kenapa langsung level 2?" tanya Ochobot bingung. Sedangkan yang ditanya hanya mengangkat bahu, tanda tidak mengerti. "Aih. Terserah lah" lanjutnya yang kemudian menulis sesuatu di note kecil, mengabaikan ketiga pecahan dari orang yang sama itu berdebat.
"Oke. Kita bagi tugas." Gempa mulai bersuara. "Siapa yang pergi belajar bersama, jaga kedai, dan temani Ochobot?"
Semua saling menatap satu sama lain, dan.. "Hom Pim Pa!"
.
"Cih. Sial, aku kebagian jaga kedai" Halilintar mengerutu, bahkan permen yang kini berada dimulutnya tidak bisa mengurangi rasa bosannya. Menatap sekitar dengan malas, Halilintar meletakkan kepalanya diatas meja. Kedai sedang sepi, mungkin semua orang malas keluar rumah dan lebih memilih memesan untuk diantar kerumah. Lagipula siapa juga yang mau keluar ditengah terik matahari seperti sekarang? Bahkan untuk belajar bersama saja, ketiga temannya berebut supaya tidak keluar rumah –yang akhirnya dimenangkan Yaya.
"Special Ice Chocolate satu!" seru seseorang. Tanpa menoleh, Halilintar segera menyiapkan pesanan dengan cekatan dan meletakkannya didepan –
"–Fang?" tanyanya sedikit terkejut melihat sosok rivalnya itu yang dibalas gumaman tidak jelas, Halilintar mendengus. Tanpa perlu bertanya kenapa Boboiboy didepannya itu berpecah, Fang tahu penyebabnya dari tidak adanya Tok Aba dan Ochobot. Sambil meminum perlahan Ice Chocolate yang dipesannya, dia menatap datar Boboiboy Halilintar didepannya yang sedang mengerutu. Walaupun pelan namun Fang masih bisa mendengarnya dengan jelas. "Bodoh"
"Kau bilang sesuatu?"
"Tidak."
Mendengar jawaban singkat dari Fang membuat Halilintar menatapnya sejenak kemudian mengalihkan pandangannya. "Cih. Sial" gumamnya. Bolehkah dia berharap Adu Du menyerangnya sekarang juga? Menurutnya itu hal yang lebih baik dibanding landak irit bicara didekatnya.
Merasakan rasa manis dimulutnya memudar, Halilintar kembali memasukkan permen kemulutnya. Pipi chubbynya terlihat mengembung karena mencoba mengecap rasa manis disertai bibirnya yang mengerucut menahan permen agar tetap didalam. Fang terpaku melihatnya. Dengan perlahan dia mendekatkan wajahnya tepat disamping wajah Boboiboy Halilintar. Merasakan pergerakan disampingnya membuat Halilintar refleks menoleh dan terkejut mendapati jarak wajahnya dengan Fang yang dekat hingga hidung mereka bersentuhan.
"Kau tahu?" seringai tipis menghiasi wajah Fang. "Makanan manis seperti permen itu tidak baik jika berlebihan?"
Boboiboy Halilintar menyergit mendengarnya, melupakan sejenak jika wajah mereka bisa dikatakan terlalu dekat. "Jika kau ingin, aku bisa memberikannya" katanya. Dia menganggap jika Fang menginginkan permen seperti yang dimakannya. Tentu saja dengan senang hati akan dia berikan.
Seringai Fang semakin lebar mendengarnya. "Benarkah?"
Boboiboy Halilintar mendengus. "Tentu sa-"
Belum sempat melanjutkan perkataannya sesuatu yang lembut menyapa bibirnya yang sedikit terbuka. Memanfaatkan cela itu, Fang meneluspkan lidahnya kedalam mulut Boboiboy Halilintar didepannya. Memberikan sapuan halus kedalam rongga basah itu. Fang bisa merasakan rasa manis dari permen, pantas saja jika orang didepannya ini sangat menyukai makanan bulat tersebut. Dia bermain sedikit lama disana sebelum lidahnya membelit permen dan memasukkannya kedalam mulutnya sendiri. "Terimakasih" kata Fang dengan seringai yang terpasang diwajahnya pada Boboiboy Halilintar yang masih berdiam –shock– tanpa menolak perlakuannya tadi.
Fang mengecup singkat pipi chubbynya sebelum pergi dari sana dan pecahan dari Boboiboy paling pemarah itu sadar. Fang yakin, mungkin setelah ini dia akan merasakan seluruh tubuhnya tersengat listrik bervolt tinggi. Tapi kapan lagi dia bisa melihat ekspresi langka dari sang pengguna elemen petir? Belum lagi dia bisa mendapat sedikit bonus –mencuri ciuman pertama sang Rival yang sudah lama disukainya.
Wajah Boboiboy Halilintar bersemu. "SIALAN KAU AH MENG!"
Ups! Sepertinya Pahlawan kita mulai kehilangan ingatannya?
.
Sementara itu dimarkas kotak. Terlihat Probe yang tiduran dengan posisi terbalik. Adu Du dengan rahang yang jatuh. Dan Komputer yang memasang wajah –entahlah memangnya Komputer memiliki ekspresi?
Mereka tidak menyangka jika pengintaian untuk mencuri Koko Tok Aba berakhir dengan disuguhi adegan live sho-ai dari Fang dan Boboiboy yang merupakan musuh mereka. "Komputer!" panggil Adu Du setelah mematikan layar led besar didepan mereka. "Ya Incik Bos?"
"Lain kali kita langsung serang saja"
"Baik Incik Bos"
-Fin-
A/N : Fin dengan jelek dan Gaje pula -,- Sebenernya ragu mau di-up apa gak, tpi dripda numpuk di Doc jdi saya up sajalah. Jdi klu jelek maklumin aja ya, :'v *Reader : Gak!* #pundungdibwhmeja.
Em.. Ini oneshot pertama di fandom ini :3. Pengalaman pertama bikin sho-ai, dgn otak setengah fujo(?)/Shiro : Gak mau ngaku klu dia sndiri fujo,*dibekep*/
Inspirasi dari makan permen smbil nonton Boboiboy di TV :v. Btw, entah kenapa saya lebih suka FangBoy dibanding BoiFang XD. Jadi kemungkinan besar fic yg saya buat bertema FangBoy.
Oke. Terimakasih buat yg udah baca. Salam kenal~ Panggil saja Hiko atau Koko –bkn Koko tok aba loh.. :3, karena Shiro udah terlalu maenstream :v #plak.
