GLOSSARIUM
Elvish
Manusia peri, berparas rupawan dan memiliki wajah secerah bintang. Kini, sebagian besar Elvish sudah tidak bersayap karena mereka sudah berevolusi. Setiap Elvish mempunyai obellix sebagai bentuk keajaiban mereka dan juga sebagai anugerah dari dewa.
Klan
Kelompok orang yang disatukan oleh kekerabatan dan keturunan yang sebenarnya. Meskipun detail garis keturunan mereka tidak diketahui, anggota klan dapat diatur berdasarkan keturunan anggota yang mendirikan klan. Ikatan berbasis kekerabatan mungkin bersifat simbolis, dimana klan berbagi berdasarkan nenek moyang yang sama sebagai simbol persatuan klan.
Obellix
Kekuatan yang dimiliki oleh setiap Elvish diarda,semakin banyaknya kekuatan yang Elvish itu kuasai, semakin kuat dan tak terkalahkan pula Elvish tersebut.
Thread
Sebuah hubungan istimewa pemberian dewi Hera yang hanya mengikat Astra dan Estelle untuk saling melengkapi, mengasihi dan melindungi antar satu sama lain. hal ini sering disebut dengan cinta sejati. Thread akan semakin mengikat kuat jalinan di antara keduanya jika mereka sudah menjalani sebuah ritual resmi. Ritual itu dijalankan secara sakral dan suci, dan juga memiliki tujuan sebagai rasa syukur atas pemberian yang sudah dewa berikan kepada para Elvish yang hidup di bumi arda. Thread berada di atas tahapan hubungan pernikahan. Karena Thread terjalin di antara orang-orang yang terpilih. Jika pasangan dari Astra dan Estelle tidak segera diikat oleh ritual resmi, maka hal itu akan menyalahi nikmat yang sudah dewi hera berikan, akibatnya dewa akan memberikan bala bencana yang dahsyat di atas muka bumi. oleh karena itu, ritual itu tetap dilaksanakan sampai sekarang.
Firebrick
Sebuah klan yang tinggal di bagian selatan negri arda. Klan ini merupakan pencerminan semangat yang tinggi. Memiliki sifat yang keras,giat,aktif, dinamis, serta jiwa ingin mendominasi yang begitu kuat. Tidak mau berada di bawah kemampuan orang lain. Selalu ingin dipandang dan menjadi pusat perhatian. Susah untuk jatuh cinta.
Crimson
Sebuah klan yang hidup berdampingan dengan klan firebrick, karena sebenarnya mereka masih dalam satu keturunan yang sama. Pencerminan klan ini tidak ada beda jauhnya dengan klan firebrick, yang membedakan hanyalah klan crimson jauh lebih statis dan mereka cenderung mudah untuk jatuh cinta
Cyan
Sebuah klan yang tinggal di bagian timur negri arda. Klan ini Melambangkan perasaan yang mendalam, pasif, mendambakan ketentraman dan ketenangan. Sulit dalam hal pergaulan, pintar menyembunyikan perasaan. Posesif, setia, sensitive dan bisa diandalkan. Sosok penyayang dan berjiwa bebas. Tidak mudah berubah pikiran dan protektif.
Silver
Sebuah klan yang tinggal di bagian tenggara negri arda. Klan ini pencerminan sifat Serius, bisa diandalkan dan stabil. Memiliki kepandaian dan ketangkasan yang baik. Serta memiliki sifat lainnya yaitu tenang, sederhana, konservatif, praktis, profesionalitas.
Ebony
Sebuah klan yang tinggal di bagian barat negri arda. Pada umumnya klan ebony ini lincah dalam hal-hal tertentu saja, berkesan elegan, penuh rahasia, tidak mudah terpengaruh, bersifat
kuat. Selalu tampil menarik, pelambangan dari perlindungan, mengikat, kekuatan, perasaan yang dalam. Memiliki pemikiran yang konservatif.
Moonstone
Sebuah klan yang tinggal di pusat negri arda. klan ini penuh dengan Kedamaian, pencapaian diri, spiritualitas, kesempurnaan dan kesederhanaan. Tak suka memihak dan tak banyak bicara. Bersikap tenang dan mudah berteman. Banyak dikagumi karena sifat anggun, idealis dan moral yang dijunjung tinggi.
Khaki
Sebuah klan yang tinggal di bagia utara negri arda. Klan khaki memiliki Antusiasme yang tinggi. Kegembiraan, optimis, tipe periang dan senang bergaul. Mempunyai sifat toleransi yang tinggi dan setia kawan. Memiliki daya ingatan yang kuat dan sering menjadi pusat perhatian karena daya tarik yang tinggi.
Fuchsia
Sebuah klan yang tinggal di bagian timur laut, pada umumnya klan fuchsia banyak ditemukan dipemukiman daratan tinggi. Klan fuchsia tidak pernah ragu-ragu dalam menghadapi keputusan. Tidak pernah sia-sia dalam melakukan hal apapun. Pandai dan tangkas. Tetapi kerap misterius dan sensitif. Sangat dewasa dan perhatian.
OoOoOo
BETWEEN ASTRA, ESTELLE AND THREADED
By. Hapkidotwink
This story contains :
BOY X BOY-YAOI-SHONEN AI-BL-MATURE CONTENT.
If you don't like this contents, you can click close button
Main Cast :
Byun Baekhyun & Park Chanyeol
Support Cast:
Find it by yourself
Genre : Fantasy, Drama, Romance.
Rated : M
!WARNING!
Out Of Character, Typos.
The characters belongs to themselves, but the plot belong to me
.
.
.
.
Enjoy! Hope you like it
[ Benang 1.1 – Cyan Baekhyun ; Dia, api yang membara ]
"Bangsa Elvish adalah keturunan dewa, Elvish yang pertama kali lahir di bumi arda dinamai Astra. Astra lahir di bawah sinar bintang atas bantuan dewi hera. Karena kesepian, dewi hera pun menciptakan pasangan untuk Astra dari potongan bulu sayapnya. Dewi hera menamainya dengan Estelle.
Sayap adalah lambang pelindung dan kesetiaan bagi pemiliknya, oleh karena itu Estelle selalu mengabdi, bergantung dan setia kepada Astra-nya, pengabdian dan kesetiaan ini pun menimbulkan ikatan yang kuat di antara mereka, benang tak kasat mata itu seolah membuat mereka terikat dan tak bisa jauh antara satu sama lain. Ikatan ini disebut dengan Thread, ikatan yang istimewa dan abadi.
Namun, perjalanan dalam ikatan yang istimewa itu harus berujung dengan timbulnya mala petaka. Sang pencipta mengirimkan badai dan tsunami ke bumi arda. Terjangan ombak yang tinggi menghantam Estelle dan menyeretnya jauh dari Astra. Ketika air itu surut, Astra sudah terpisah dengan Estelle-nya
Tahun-tahun yang sudah berlalu menjadi tahun yang begitu menyiksa bagi keduanya. Thread yang keduanya alami membuat batin mereka amat tersiksa. Walaupun Astra sudah menikahi beberapa Elvish lain-yang lahir setelahnya- dan memiliki keturunan, ikatan itu tetap ada. begitupula dengan Estelle, ia tetap mencintai Astra-nya walaupun ia sudah mempunyai keturunan dari hasil percampurannya dengan Elvish lain.
Hingga bertepatan pada abad ke-2 setelah mereka berpisah, berkat Thread mereka dipertemukan kembali. Di bawah sinar rembulan dengan kegelapan yang pekat, mereka kembali dalam pelukan masing, mengklaim antara satu dengan yang lain.
Namun, saat di perjalanan. malangnya Estelle tak sengaja menghirup serbuk dari bunga foxgloves, membuat Estelle menjadi mandul dan tidak mempunyai keturunan dari Astra-nya. Mengetahui hal ini, keduanya begitu terluka.
Merasa iba, dewi Hera pun mengkaruniai ikatan istimewa itu kepada masing-masing keturunan mereka. Thread tetap terjalin sampai sekarang. terjalin di antara Elvish-Elvish terpilih yang mempunyai sifat murni dari sang Astra dan Estelle. Tentu, ikatan ini begitu istimewa. Itu semua karena-Awww!"
Lemparan bola kertasku pas mendarat di kepala bulatnya
"Bisa tidak kau membaca buku sejarahmu itu dalam hati saja?" nyatanya ucapanku terlihat seperti penyataan dibanding pertanyaan, terbukti dengan wajah Kyungsoo yang membenarkan itu tanpa harus memberi jawaban. Cepat-cepat Kyungsoo mengubah ekspresi wajahnya dengan drastis, memasang wajah tak peduli seperti tengah membela diri.
Kyungsoo memang selalu seperti itu, ia tidak ingin dianggap lemah dalam hal apapun. Termasuk dengan membiarkanku menang dalam berargumen. Ia senang bersaing dalam hal apapun, dengan siapapun , dan di manapun.
"Sebenarnya aku sengaja" Kyungsoo pun menutup buku tebal itu, beralih menatapku sembari bertopang dagu "Agar Elvish yang notabene berdarah keturunan Estelle, tau kisah nenek moyangnya sendiri"
"Seingatku, Thread terakhir kali terjadi pada berabad-abad tahun yang lalu. Di era sekarang kau masih saja percaya dengan dongeng anak kecil" merasa tersudut, kini beralih menjadi diriku yang membela diri. Ketidak tahuanku bukan murni kesalahanku sendiri. Ibu yang membatasi itu semua sehingga pengetahuanku tentang thread dan komponen pengikutnya sangatlah minim. Ibu tidak begitu senang jika aku bertanya tentang Thread, dan kawanannya . Ia akan begitu marah tanpa alasan, jadi lebih baik aku diam. Mencari aman.
"Kau seharusnya tau, tak lama lagi Thread akan terjadi. Berita ini sudah tersebar ke penjuru bumi arda. Bahkan semua Elvish sudah tau siapa Astra dan Estellenya" Kyungsoo pun mengetuk-ngetuk jemarinya di atas meja, ketukan jemarinya selaras dengan suara dentingan jarum jam yang menggema. Ia terus menatapku sembari memasang senyuman kecil yang perlahan terus mengembang. Ada yang tersirat dalam pandangannya dan dalam sekali tangkap aku dapat menangkap apa yang ia maksud dengan cepat "Kau seharusnya tau siapa Estellenya bukan, Baek?"
"Ya, aku tau. Dia adalah sepupuku. Cyan Sulli" cepat-cepat kupotong ucapannya sebelum ia melanjutkan kalimat yang tak seharusnya ia ucapkan. Menyadari gelagatku tawa khas Kyungsoo menggelegar memenuhi ruang perpustakaan. Membuat Russian Blue yang sedang tertidur pulas sedikit terlonjak dari tempatnya.
"Kau terdengar begitu putus asa ketika menyebut namanya" Kyungsoo memegang perutnya geli, merasa senang atas pengakuanku. Aku merasa awas akan tawanya yang begitu kencang, Kyungsoo begitu bodoh untuk menyadari bahwa kini kami sedang berada di dalam perpustakaan. Bisa-bisa kami di tendang oleh Madam.
"Kau seharusnya tidak terlalu naif untuk menyukai sepupumu sendiri, Baek" menyudahi tawanya, Kyungsoo tergerak untuk menepuk-nepuk bahuku seolah aku ini adalah pecundang "Secantik apapun dia, tetap saja. Ia akan menjadi Estelle untuk ter-Thread dengan Astranya. "
Semuanya terlihat begitu menyedihkan ketika Kyungsoo mengatakan semua itu dengan jelas. Aku sudah menelan semuanya dengan mentah-mentah, aku tidak ingin menelannya kembali. dan merasakan untuk kedua kalinya lagi. Bagiku, Thread hanyalah sebuah ritual konyol yang diiming-iming sebagai hubungan spesial anugerah dari Dewa. Dan entah bagaimana ritual itu tetap dilaksanakan sampai sekarang. Lagipula kisah itu hanya disampaikan dari mulut kemulut. aku bahkan merasa sanksi untuk mencari tau kebenarannya.
"Persetan dengan Thread" sepelan apapun gumamanku, Kyungsoo tetap dapat mendengarnya dengan jelas. Terbukti dengan respon yang ia berikan. Matanya yang sudah sebulat biji kelereng ia paksa untuk mencuat keluar. Benar-benar mengerikan.
"Kau seharusnya tau, sedari dulu Estelle pasti berasal dari klan cyan. Darah Estelle pastinya mengalir di darah klanmu. walaupun hanya Sulli yang mewarisi kemurniannya namun tetap saja...Kau tetap lah bagian dari keturunan sang Estelle" terang Kyungsoo sembari bersedekap dada. Sedari kecil, ia memang paling antusias dalam masalah Thread dan komponen pengikutnya. Aku tidak mengerti, aku yang berdarah keturunan Estelle sama sekali tidak menemukan hal yang menarik dalam 3 komponen itu. Kenapa klan lain begitu terobsesi dengan Thread?
"Semua Elvish ingin merasakan ikatan Thread. Kau seharusnya bersyukur. Sampai sekarang, klan cyan sangat disegani oleh klan lain" Kyungsoo pun bangkit dari tempat duduknya. Mengambil buku tebal yang sudah dibacanya dan menyematkannya di ruang yang masih tersisa. Diam-diam aku memperhatikan gerakan Kyungsoo yang terlihat lamban dan biasanya. Dahiku sesekali mengernyit ketika mendapati Kyungsoo tengah sesekali memegangi pinggulnya, seperti ada yang janggal.
"Hey Kyungsoo, ada apa dengan pinggulmu. Kenapa memeganginya terus?"
"Ah- ini aku terjatuh dari pohon saat berburu babi di hutan" timpalnya dengan cepat. walaupun terdengar santai dan spontan, aku tetap dapat menangkap keganjalan yang tersirat dari ucapannya. Membuat pandangan anehku tetap melekat pada setiap inci tubuhnya, mencari keganjalan lain yang kemungkinan belum kutemukan.
Ingin kutanya kembali, namun tiba-tiba saja Kyungsoo mengalihkan pembicaraan kami dengan cepat "Baekhyun, bukankah kau memintaku untuk menemanimu ke hutan? Awan gelap sudah mulai mendominasi angkasa, bagaimana kalau kita ke hutan sekarang?"
Menyadari ucapannya, kutolehkan kepalaku ke jendela. Menampilkan 2/3 langit bumi arda yang di dominasi kelamnya awan gelap. Ucapan Kyungsoo memang benar adanya. Mungkin sekitar beberapa jam lagi bumi arda akan diguyur hujan yang lebat.
"Ah ya.. kau benar. Baiklah kita pergi sekarang".
OoOoOoOo
Suasana hutan begitu gelap, rindangnya pohon yang menjulang membuat minimnya cahaya masuk dari celah dedaunan. Aku bersyukur mengingat Kyungsoo ada menyertaiku di sepanjang perjalanan. Ia bisa saja menjagaku dari serangan Cerberus yang kelaparan.
Jika saja aku pergi sendiri, Aku tidak bisa melakukan penyerangan apapun dengan obellix cahayaku. Obellix seperti itu hanya dapat berfungsi sebagai kamuflase dan bentuk perlindungan dari musuh. Tidak seperti Kyungsoo yang memiliki obellix bumi. Ia mempunyai kekuatan yang luar biasa dari elemen bumi manapun yang akan dipijaknya. Tentu, itu sangatlah berguna.
"Baekhyun, sebenarnya apa yang kau cari?" Kyungsoo berjalan tergopoh mengikutiku dari belakang. Sembari awas melihat kesekitar jika saja ada hewan buas yang tiba-tiba datang menerkam.
"Manisan arbei, Yerim meminta manisan arbei sebagai kudapan di hari ulang tahunnya" kuperbesar intensitas bola cahaya yang kubuat dalam kepalan tanganku, untuk memperjelas keadaan sekitar yang terlihat kelam karena tertutup oleh tumpukan awan hitam yang tebal.
"Cih, benar-benar sosok kakak yang baik" dahiku mengernyit mendengar ucapannya, yang mana mempunyai maksud lain untuk meledek posisiku sebagai anak laki-laki tertua. Hah, memang benar aku adalah sosok kakak yang baik. Memangnya apa yang perlu diragukan lagi?
Tiba-tiba terbesit di pikiranku untuk sengaja mempercepat langkah, meninggalkan Kyungsoo yang berjalan tergopoh dibelakang. Sedikit mengerjainya karena, kenapa tidak? Lagipula kami sudah berteman cukup lama. Hal itu adalah hal yang lumrah untuk sepasang kawanan lama.
"Kau memang kakak yang baik. Namun tidak untuk teman yang baik" tau-tau Kyungsoo sudah menyusul langkahku, mengenggam erat sutraku seolah ingin mencabiknya "Jangan menggodaku, cepat kembalikan penglihatanku!"
"heheheh" sembari terkekeh geli, kukembalikan kadar cahaya yang masuk ke dalam retina matanya. Membuat penglihatan Kyungsoo kembali seperti semula. Lagipula aku juga tidak ingin berlama-lama mengerjainya dengan membuatnya buta sesaat. Bisa saja Kyungsoo tak segan-segan akan merobek sutraku, terlampau kesal karena kerap kugoda.
Kami pun berjalan beriringan, dengan langkah yang kuperlambat agar setara dengan langkah Kyungsoo yang berjalan seperti penguin "Jangan bercanda di saat seperti ini, bodoh. Kalau tiba-tiba ada binatang buas yang menyerang bagaimana? aku tidak bisa mempercayaimu karena kau adalah Elvish yang teledor" nafasnya terdengar memburu begitu mengatakan hal itu, yang mana kutandai bahwa Kyungsoo sedang dalam mode serius, atau mungkin kemungkinan terburuknya, ia sedang marah.
Beruntung kami sudah dihadapi ladang arbei hutan, membuatku punya alasan untuk mengalihkan pembicaraan. Kyungsoo itu memang cerewet, jika ia sudah menggerutu maka gerutuan itu tak akan ada habisnya, maka lebih baik aku memilih untuk melarikan diri, memasang wajah tak peduli dan berpura-pura tuli.
Dihadapkan manisan arbei yang terlihat segar, membuatku cepat-cepat menghampiri tumbuhan itu dan memetiknya dengan tidak sabaran. Ketika petikan arbei itu sudah memenuhi telapak tangan, kumasukkan manisan itu ke dalam kantung makanan dengan sesegera mungkin demi menghemat waktu. Langit sudah semakin gelap, aku tidak ingin pulang dengan keadaan basah kuyup.
"Kyungsoo, kata paman Jae di sekitar sini ada manisan arbei langka terenak yang tumbuh liar di pohon-pohon tinggi. Bisakah kau membantuku untuk memanjat pohon tinggi itu?" Kyungsoo yang sedari tadi menunggu sembari memainkan batu-batuan kecil di tangannya pun mengalihkan perhatiannya kepadaku
"Kenapa tidak kau gunakan saja obellix cahayamu untuk memanjat pohon itu. Bukankah kau sudah gatal sedari tadi untuk menggunakannya?" dari nada ucapannya, sepertinya Kyungsoo masih marah kepadaku.
"Ayolah Kyungsoo, kau tau sendiri kalau aku tadi hanya bercanda. Jangan marah seperti ini...bantu aku ya?" ucapku sembari mempertemukan kedua telapak tanganku. Menggesek-geseknya pelan sembari meminta dengan nada memohon. Namun usahaku nampaknya tidak membuahkan berhasil, terbukti dengan Kyungsoo yang terlihat acuh, ia tetap saja memainkan bebatuan kecil di tangannya tanpa menghiraukanku.
"Tak usah muluk-muluk, ambil saja manisan arbei yang bisa kau ambil disini. Tak usah repot-repot untuk memanjat pohon"
Hah, saat sedang marah. Ia bisa saja menjadi Elvish yang sangat menyebalkan.
"Baiklah. Aku akan mencari pohon itu dan memanjatnya sendiri!"
Dengan kesal kupunggungi Kyungsoo yang tengah bersandar di pohon Red Cedar. Terpintas di pikiranku untuk mencari manisan arbei itu ke area timur hutan. Tak lupa ditemani dengan bola cahaya ditelapak tanganku untuk menemani pencahayaanku di sepanjang perjalanan.
"Kuharap keesokan hari aku dapat menemui bangkai tubuhmu dengan mudah. Bisa saja sampai kau mati kau masih sangat merepotkan" teriak Kyungsoo ketika langkah sudah membawaku cukup jauh dari pohon Red Cedar tempatnya bersandar.
"Ya, semoga itu tidak berbalik kepadamu karena kau tidak memiliki cukup penerangan untuk kembali ke kastil" balasku dengan tidak kalah kencangnya. Huh, dia pikir aku ini lemah? Aku mempunyai sedikit keterampilan berkelahi. Oh ayolah, aku adalah Elvish yang mempunyai darah keturunan dewa, agaknya binatang buas pun mudah untuk ditakluki oleh Elvish sepertiku.
Ya, semoga saja.
Dalam setiap langkah, sesekali kutolehkan kepalaku kebelakang. Untuk berjaga-jaga jika saja ada sesuatu yang mencurigakan. Namun ada satu hal yang baru saja kuketahui, Aku tidak melihat sosok Kyungsoo yang nampaknya sudah hilang termakan jarak, ataupun terhalang oleh pohon-pohon ek besar yang rimbun dedaunannya. Sepertinya langkahku sudah cukup membawaku jauh dari tempat Kyungsoo berada. Atau mungkin lebih tepatnya, aku sudah mulai memasuki kawasan timur hutan
Aku pun kembali melanjutkan perjalananku. Menyusuri hutan yang begitu lebat dan lembab membuat tubuhku terasa lengket dan gatal. kulitku sedikit sensitif, jika terlalu berkeringat atau terkena debu kulitku akan terasa gatal di daerah tertentu, seperti di leher contohnya.
Awalnya, kukira rasa gatal yang mulai terasa di leherku adalah bentuk dari kulitku yang sedikit sensitif. Namun begitu aku berusaha untuk menggaruk spot yang terasa gatal, aku mendapati serangga kecil hinggap di kulit leherku, tengah berusaha untuk mengorek kulitku dan menyelinap masuk. Beruntungnya aku dapat melepaskan gigitan serangga itu sebelum ia menyeruak masuk kedalam. Menimbulkan bentolan kecil di leherku karena gigitannya, yah setidaknya...serangga itu tidak masuk menggerogoti bagian dalam tubuhku.
Kuedarkan pandanganku ke atas pohon-pohon tinggi yang menjulang, untuk menangkap manisan merah yang menjadi tujuan utamaku ke sini. Setelah sekian lama aku berputar-putar, akhirnya aku mendapati manisan itu. Tumbuh secara liar di pohon tertinggi yang terletak di arah jarum jam 2 dari tempat ku berdiri
Beruntungnya pohon itu mudah untuk dipanjat,walaupun sedikit yang kusesali yaitu menjadi lelaki yang memiliki tubuh berukuran mini, tentunya dengan ukuran tubuh seperti ini membutuhkan waktu lebih ama untuk menggapai dahan pohon tertinggi. Tapi tak apa, ini semua demi Yerim. Aku tidak ingin mengecewakan adikku.
Panjatan pertama terasa lebih mudah dari perkiraan. Namun, aku harus menggunakan sedikit energiku ketika sudah sampai di sepertiga perjalanan. angin yang berhembus hampir mengacaukan keseimbanganku sampai-sampai aku hampir saja terlepas dari pegangan. Beruntungnya kaitan kakiku cukup erat, sehingga keseimbanganku masih bertumpu padanya.
Setelah sekian lama aku berusaha untuk menggapai dahan tertinggi, akhirnya aku dapat meraih dan memetik manisan arbei langka itu. Arbei langka ini berukuran sangat besar jika disanding dengan kerabat-kerabatnya, warnanya begitu merah dan ranum. Aku dapat menebak rasa dari arbei itu. Pasti manis sekali!
Kubuka kantung makanan berisi manisan arbeiku dan kutambah hasil petikanku kedalamnya, membuat kantung makananku menjadi terisi penuh. Ketika sudah sampai pada petikan terakhir, kualihkan manisan arbei itu kedalam mulutku, dan dugaanku memang tak salah, arbei ini benar-benar manis dan lezat. Yerim pasti akan menyukainya.
Sekiranya sudah cukup, aku pun memeriksa keadaan di bawah. Sebagai ancang-ancang untuk turun dari dahan. Namun, begitu melihat tingginya posisiku saat ini tiba-tiba nyaliku menjadi ciut. Sepandai-pandainya kucing memanjat pun hampir dari seluruhnya tidak bisa turun ke daratan. Layaknya diriku saat ini. mungkin kucing tidak terlalu peduli untuk menjatuhkan tubuhnya dari tempat yang tinggi, karena 9 nyawa yang mereka punyai. Namun bagaimana denganku? Jika aku nekat, yang ada aku malah kedapatan remuk dibagian belakang punggungku.
Dibanding untuk berdiam diri, lebih baik aku harus segera memulainya. tidak akan ada yang datang menolongku. Aku bukanlah karakter utama di drama yang bisa diselamatkan oleh siapa saja, dan dimana saja. Aku harus berjuang dan menghadapi semuanya sendiri.
Baiklah, aku akan memulainya pelan-pelan.
Satu kaki kuturunkan dengan perlahan, diikuti dengan kaki berikutnya. Setelah sekiranya tubuhku sudah tidak bergetar hebat maka kuulang itu berkali-kali. Kini aku sudah mencapai ketinggian di mana letaknya tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek untuk sampai ke daratan. Aku yakin aku bisa melakukannya sampai bawah, kalaupun aku berhasil. kuyakin Kyungsoo pasti akan tercengang.
Kaki dan tanganku terasa pegal karena harus menumpu berat badanku agar tidak terjatuh. Buku-buku jariku sedikit terluka, akibat tergesek dengan permukaan batang pohon yang kasar. Ternyata ini tidak mudah, aku harus berhenti berkali-kali di sepertiga perjalanan. dan lagi satu hal yang aku dapati, pohon ini banyak sekali serangga!
Kini perhatianku menjadi lebih berpusat untuk membunuh serangga-serangga kecil itu dibanding memikirkan bagaimana caranya agar aku bisa turun. Rasa gatal yang kurasakan terlalu mendominasi, membuatku tak tahan untuk cepat-cepat menggaruknya. Namun jika kugunakan satu tanganku untuk menggaruk tanganku yang lain maka aku tidak akan mempunyai pegangan dan bisa saja aku terjatuh dari pohon nantinya. Sialan! Ini semua karena semut sialan ini!
Aku sudah tidak bisa menahan ini semua, tanganku terasa terbakar oleh hujaman gigitan halus yang semut-semut itu berikan. Terlebih ketika semut terbesar dari kawanannya itu menggigit jempolku. Membuatku menjerit kesakitan dan kehilangan kendali untuk tetap bertahan. Peganganku pun terlepas dari pohon itu sehingga membuat tubuhku menjadi ringan, terjatuh melawan angin yang berhembus berlawanan. Seperkian detik kemudian, terdengar suara retakan keras, yang kuyakini adalah suara retakan tulang punggungku ketika sudah mencium daratan.
Aku menjerit dengan parau, jeritanku begitu kencang hingga menggema diikuti dengan siulan alam. Oh dewa.. ini sakit sekali, Rasanya tulangku telah begesar dan tidak bisa untuk diluruskan. Kuharap sakit yang didera di punggungku tidak menimbulkan penyakit yang berkelanjutan. Kalaupun aku mati, aku tidak ingin dijadikan santapan binatang liar, aku ingin pulang sebelum binatang-binatang buas menemui tubuhku yang tergeletak tak berdaya di tengah-tengah hutan. Aku akan melanjutkan perjalananku setelah sekiranya nyeri di punggungku mulai menghilang, Kurasa, sedikit menunggu tidak ada salahnya.
Selepas nyeri yang terasa di punggungku. kuhadapkan wajahku kelangit dengan posisi terlentang. Menimbang-nimbang, kenapa aku terlahir sebagai Elvish yang sering tertimpa kesialan. Seakan menjawab pertanyaanku, kelamnya langit menurunkan serintik hujan tepat di pipiku. Diikuti rintikan lain dan mulai menghujani wajahku. Sutraku perlahan menjadi basah kuyup, begitu pula hal serupa terjadi dengan rambut brunette milikku. Oh, ya dewa. aku hargai jawabanmu.
Berlama-lama menghadapkan wajah ke arah tintikan hujan membuat mataku menjadi perih. Kukedipkan mataku berkali-kali untuk mengurangi kadar air yang menggenang di kelopak mataku. Nampaknya punggungku sudah tidak terasa nyeri, maka dari itu aku pun bangkit dengan posisi terduduk dan memutuskan untuk berjalan pulang menuju kastil. Ibu dan Yerim pasti sudah menungguku dengan cemas. Terutama ibu, ia tentunya mengingat dengan pasti bahwa aku tidak kuat akan cuaca dingin.
Saatnya pulang! Membawa manisan arbei di kantung makanan dengan keadaan segar. Mungkin perjuanganku ini bisa disebut-sebut sebagai hadiah ulang tahun untuk adikku. Semoga Yerim bisa mengerti akan hal itu dan merasa bangga kepadaku.
Keadaan hutan bertambah mengerikan begitu rintikan hujan itu berubah menjadi guyuran yang deras. Awan hitam benar-benar sudah menguasai seluruh langit bumi arda. Apakah mungkin ini pertanda Thread? Alam nampaknya begitu antusias menyambut ikatan konyol itu, terlihat sudah hampir genap satu windu bumi kami tidak diguyur hujan yang lebat.
Semua Elvish mungkin mengira ini adalah berkah, namun tidak untukku. Bagiku ini adalah sebuah mala petaka.
Bola cahayaku semakin meredup, rasa dingin mulai terasa menusuk tulangku. Pertahanan tubuhku mulai menipis, badanku menggigil hebat seiring dengan bibirku yang memucat disertai bunyi gigi yang saling bergemelatuk. Tubuhku lemah akan cuaca yang dingin. Dan aku membenci hal itu.
Di tengah kesadaranku, aku dapat mendengar suara gemerisik semak-semak yang berada tak jauh dariku. Suara gemerisik itu sangat jelas walau hampir tertelan derasnya hujan yang mengalir di sela-sela hutan ini. Pertanda, mungkin ada sesuatu di sana, atau mungkin sesuatu dengan ukuran yang besar. Jika harus mengambil situasi terburuk, maka kemungkinan besar gemerisik semak-semak itu ditimbulkan oleh hewan buas yang sedang mengintaiku diam-diam.
Seakan memperkeruh situasi, suara gemerisik itu kini diiringi dengan suara yang terdengar seperti geraman mengerikan yang terpendam, membuatku semakin menggigil ketakutan dengan kening berkerut cemas. Apa lagi ini? kenapa hari ini aku sial sekali?
Aku harus melakukan siaga satu untuk perlindungan diri. Langkah tegas yang sebelumnya kuambil kini kurubah dengan langkah kecil agar menimbulkan suara yang minim. Begitu suara mencurigakan itu sudah tidak terdengar, sekiranya kumanfaatkan keadaan ini untuk berlari menjauh dari sana secepat mungkin.
Merasa aman di awal, membuatku berubah kalut begitu mendengar suara gaduh dari arah belakangku. Suara gaduh itu lebih terdengar seperti suara tapak kaki yang tegas dengan suara auman yang bersahutan. Kubuat seberani mungkin untuk menolehkan kepalaku ke belakang, yang mana membuatku semakin menggigil ketakutan begitu menangkap 3 pasang mata tengah menatap nyalang kearahku. Kami hanya terpaut oleh jarak yang terbilang tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat. Dalam samar, aku mendapati 3 pasang mata itu tengah menatapku dengan kelaparan. Lebih tepatnya dengan sangat kelaparan.
Oh sial 3 pasang mata! Tentu saja itu adalah Cerberus!
Aku terus berlari, mengusahakan untuk tidak menoleh ke belakang lagi. Lututku terasa lemas karena tubuhku yang terus menggigil ketakutan. Rasanya aku ingin menangis, seharusnya aku tidak melupakan satu hal bahwa hutan bukanlah tempat yang cocok untuk Elvish sepertiku. Aku menyesal karena telah membuat Kyungsoo marah. Mungkin ia sedang menghangatkan dirinya di kastil, meminum susu coklat di depan perapian, ditemani nyanyian moonElvish dengan mainan harpanya.
Aku bukanlah tipe Elvish petarung. Satu-satunya hal yang bisa kulakukan adalah mengelabui musuh. Namun, menghilangkan kadar cahaya yang masuk ke dalam 3 pasang mata tentunya akan sulit, terlebih energiku kini sudah terkuras habis. Jikalaupun aku harus merelakan energiku untuk menghilangkan penglihatan mereka untuk sementara, aku tidak akan sanggup berlari dan melanjutkan perjalanan untuk melarikan diri setelahnya. Semuanya terasa akan sia-sia.
Namun apa boleh buat? Aku tidak ingin Cerberus itu berakhir untuk menggapaiku dan menyobek pangkal leherku.
Setelah menggunakan obellix milikku, Cerberus yang tengah mengejarku kini menuju arah yang berbeda. Membuatku bernafas sedikit lega. Aku harus berlari secepat mungkin di sisa energiku. Sampai penglihatan Cerberus itu kembali, aku tidak bisa dikatakan dalam keadaan aman.
Berlari melawan derasnya hujan membuat mataku sedikit perih, sepertinya aku sudah berlari cukup jauh dari tempat di mana Cerberus itu berlari berlawanan arah denganku, mungkin tidak ada salahnya jika aku mencari tempat yang aman untuk bersembunyi dan beristirahat sebentar.
Sekiranya sudah mencapai tempat yang aman, aku pun menghentikan langkahku. Bersembunyi di balik pohon ek dan bersandar di batangnya yang kokoh dengan dedaunan yang rimbun, memiliki kegunaan tersendiri untuk melindungiku dari derasnya air hujan. Aku memeriksa kantung makanan berisi manisan arbei milikku, dan mencicipnya sedikit demi sedikit untuk menambah energi. Walaupun bertambah hanya sebiji kacang kenari, aku tidak akan menyia-nyiakannya.
Di sela-sela waktu beristirahat, kumanfaatkan itu untuk mencari getah tumbuhan bulan. Paman Jae pernah memberitahuku kalau getah tumbuhan bulan bisa menyembuhkan luka goresan, gigitan ataupun luka bakar. Kakiku terasa perih karena goresan dari semak belukar, dan lagi tanganku pun merasakan hal yang sama karena gigitan semut pohon yang mengerikan.
Aku pernah menemui tumbuhan itu di kebun paman Jae, bentuknya mengerucut seperti sebuah bel tangan. Warnanya sepucat bulan. Batangnya lunak, sedikit bergerigi dan kasar. Aku hanya perlu menggores batangnya untuk mengambil getahnya.
Kata paman Jae, tumbuhan itu mudah di temui di mana saja terutama di sekitar pohon tua yang sudah layu. Dan ternyata ada benarnya, tak lama aku mencari tumbuhan bulan ke sekitar, aku pun mendapati perawakannya tumbuh di bangkai pohon yang sudah lama layu dan mengering. Batangnya lunak dan lemah, jadi aku tidak perlu menggunakan kekuatan penuh untuk mematahkan batangnya menjadi dua bagian.
Kuoleskan getahnya di atas luka yang ingin kusembuhkan, terutama luka gigitan semut di tangan dan luka goresan di lututku. Bagian yang kuolesi terasa dingin mengejukkan, luka yang kuolesi perlahan mengecil dan menghilang, ternyata efeknya lebih cepat dari yang kubayangkan.
Lukaku sudah kembali pulih, aku harus kembali melanjutkan perjalanan. jika tidak, bisa-bisa aku akan menemui hal yang lebih buruk dari seekor Cerberus. Dengan energi dari manisan arbei, aku pun berlari melawan derasnya hujan yang membasahi bumi. Aku memiliki daya ingat yang baik. oleh karena itu, sedikit kemungkinan aku akan tersesat dan tak bisa pulang karena lupa arah jalan.
Kiri, lalu... berlari terus mengikuti arah jalan. Jika dihadapi pohon ek malaikat, aku harus mengambil laju kanan.
Yah.. aku masih mengingat semuanya dengan jelas.
Terlalu larut dalam pemikiran, sampai dibuat tak sadar jika kini aku sedang menginjak area yang dipenuhi oleh lumpur, pijakanku pun meleset dan hampir terjatuh membentur tanah. Beruntungnya tubuhku tidak langsung mencium daratan, karena kedua tangan yang sudah menopang berat tubuhku. Aku segera bangkit ketika sudah mendapatkan keseimbangan dan mendapati wajahku terkena cipratan lumpur yang kental, Yikes baunya sangat tidak enak!
Kuhadapkan wajahku ke langit. Bertujuan agar cipratan lumpur itu dapat terbilas oleh derasnya rintikan air hujan. Aku mengusap wajahku untuk menghilangkan kotoran yang tersisa di wajahku, dan mengerjap-ngerjapkan mataku untuk menatap langit yang gelap. Namun ketika aku tengah mengedarkan pandanganku ke atas, aku menangkap sosok bersayap tengah hinggap di dahan pohon. Tengah menyantap sesuatu dengan rakus dan lapar.
Bersayap... dan memiliki kulit yang berwarna gelap. Sosok itu terlihat seperti... Harpy?
Dalam pandanganku, di cakarnya terlilit sesuatu dengan batu yang berkilauan. Terlihat seperti liontin dengan ukuran yang cukup besar. Harpy dikenal suka mencuri, apakah ia baru saja mencuri liontin dari Elvish lain? Apakah ada Elvish lain selain diriku di sini?
Tidak, di saat seperti ini aku tidak ingin memikirkan hal yang lain. Persetan dengan Harpy ataupun liontin itu. Aku ingin cepat-cepat pulang. Tubuhku terasa lengket dan beraroma tak sedap. Dan juga, aku sangat lapar.
Baru satu langkah aku berpijak, Harpy tersebut tau-tau sudah menghadapkan pandangannya ke arahku. Menatapku tajam sembari memekarkan sayapnya yang membentang hampir selebar 3 meter. Pandangannya tertuju kepada kantung makanan yang kuikat di kaitan pinggangku, seakan tau ada sesuatu yang menarik di dalam sana.
Ketika Harpy tersebut sudah berancang-ancang untuk terbang kearahku, cepat-cepat kubawa tubuhku berlari menjauh darinya. Melihat diriku melarikan diri pekikan nyaring tak suka ia lontarkan kepadaku. Dia mengejarku! Sepertinya ia sangat tertarik dengan isi kantung makananku.
Dan itu adalah pertanda kesialan!
Ia memekik, sekali lagi. Pekikan itu terdengar sangat menganggu karena memiliki volume yang tinggi, terdengar seperti burung gagak, namun terdengar lebih nyaring. selain memiliki wajah yang buruk Harpy pun memiliki suara yang tak kalah buruk juga. Mood dewa pasti sedang tidak baik saat menciptakannya.
Lama berlari membuatku lelah. Sampai kapan Harpy sialan ini akan mengejarku? Bisa-bisa betisku terasa kebas karena terlalu sering berlari. Setelah Cerberus, lalu Harpy, setelah itu apa lagi? Apakah hydra atau griffin? Keduanya adalah pilihan terburuk, Aku tidak ingin keduanya!
Ia terbang, dan aku berlari. Jika dibandingan dengan kakiku yang tingginya tidak lebih dari 1 meter, tentu saja tidak perlu diperjelas kembali kalau aku pasti akan kalah telak, lihatlah sayapnya yang membentang hampir 3 meter itu. terlampau lebar bahkan kini sayapnya sudah datang menyambarku, membawa tubuhku mendekat ke tubuhnya yang dipenuhi bulu hijau lumut. Aku pun melakukan perlawanan walaupun itu terdengar sia-sia. Kutarik bulu-bulu sayapnya demi melepaskan lilitan sayapnya pada tubuhku. Ughh lilitannya erat sekali sampai-sampai membuatku susah bernafas.
Dalam perlawananku, aku menangkap sesuatu yang terlihat menarik terbang di angkasa. Warnanya begitu kontras dengan warna langit yang gelap, terlihat seperti api membara yang tetap dapat berkobar dalam derasnya hujan. Sayapnya membentuk seperti ekor api namun terlihat apik dan indah, sosok apakah itu?
Apakah itu adalah..
Phoenix?
Aku tidak pernah melihatnya dalam dunia nyata, namun harus kuakui ini adalah kali pertamanya aku melihat ras unggas yang terlihat begitu memesona. Di atasnya, aku dapat melihat sosok Elvish sedang menungganginya. Apakah pemuda itu adalah pemiliknya? Jika iya, tentunya Elvish itu sangatlah hebat.
Genggaman erat pada tubuhku melemas, aku dapat melihat Harpy itu mencicit ketakutan. Jika harus menebak, mungkin pemuda itu adalah pemilik dari liontin yang terjerat di cakar sang Harpy. Dan ia datang menghampiri Harpy untuk merebut liontin itu kembali. lagipula, apalagi alasannya untuk datang? Apakah untuk menolongku? Jika iya aku harus bersyukur, namun sepertinya itu hanyalah suatu kebetulan yang tak terduga.
Ukuran Phoenix tersebut besar sekali, aku harus cepat-cepat pergi sebelum aku tersambar oleh sayap apinya yang terlihat sangat panas dan membara. Pasti sakit sekali jika tersambar oleh setitik apinya.
Ketika ingin menjauh pergi, tau-tau saja Phoenix tersebut sudah tepat mendarat di depanku, menghadang jalanku untuk melanjutkan perjalanan. dihadapkan di depan sang Phoenix membuat hawa sekitarku terasa lebih hangat, tubuhku sudah tidak terlalu menggigil kedinginan.
"Hey, apa yang kau lakukan disini?" Aku mendongakkan pandanganku ke atas, dan mendapati pemuda tengah menurunkan pandangannya ke bawah, untuk menatapku yang berada di beberapa jengkal dari cakar sang burung api. Pandanganku buram karena rintikan hujan, aku tak bisa melihat wajahnya dengan jelas.
"Menurut apa yang kau lihat?"
"Ku harap kau bukanlah dalang darinya, jika benar aku akan menghanguskan tubuhmu saat ini juga"
Aku mengernyit mendengar ucapannya, apa-apaan itu! Mengapa ia seenaknya saja menuduhku. Jangan karena kau memiliki peliharaan yang besar dan kuat, bukan berarti kau bisa menuduhku seenaknya tuan!
"Aku berada dalam kesialan hingga harus bertemu dengannya, ia ingin mengambil kantung makananku" aku pun menyembunyikan kantung makananku dengan kedua tanganku yang menangkup "Berikan aku jalan, peliharaanmu menghalangi jalanku!"
"Bergeraklah dengan cepat, Phoenix tidak suka menunggu" ia membawa Phoenix miliknya untuk sedikit menepi, membuatkanku sebuah jalan tapak yang kecil. Namun, nampaknya sang Harpy tidak ingin membiarkanku pergi begitu saja. ia kembali menyambar tubuhku dengan sayapnya, dan berusaha untuk mengambil kantung makananku dengan cakar tumpul miliknya. Menjauhlah dariku dan jangan ambil manisan arbei milikku Harpy sialan!
Aku tidak perlu melakukan perlawanan lebih karena sang Phoenix kini telah menyambar sayap kanan sang Harpy yang tengah melilit tubuhku erat. Tubuhku terjatuh dari genggamannya dan mendarat dengan baik di daratan, aku menatapnya dan melayangkan tatapan terima kasihku kepada sang pemilik.
Terjatuh di lingkaran keduanya, aku dapat mendengar dengan jelas suara sang Phoenix yang terdengar memekik penuh kemarahan, mulutnya terbuka lebar memperlihatkan lidah apinya yang menjulur keluar. Harpy pun menjawab pekikan dari sang Phoenix dengan tak kalah garang, nampaknya ia masih punya nyali untuk menyerang. Menurut legenda keduanya sangatlah kuat jika dilibatkan dalam perkelahian, namun phoenix lah yang lebih kuat dair hal itu. aku pun sanksi apakah Harpy bisa melukai sang Phoenix yang mempunyai tubuh beralaskan api. Cakarnya pasti akan meleleh jika tersambar kobaran api miliknya. Aku harus berhati-hati jika harus berlari menghadang sang Phoenix, aku harus mencari celah untuk melewatinya.
Melihat mereka saling memekik bersahutan seperti tengah menyaksikan perkelahian antara sesama kerabat. Ya, ras unggas. Mereka tidak terlalu jauh bedanya, rupa mereka hampir sama. Namun, Harpy mempunyai tubuh manusia dan Phoenix mempunyai tubuh unggas yang sempurna.
"Berhati-hatilah! Aku tidak bisa menjamin kau akan selamat, carilah celah!" ucapnya sembari mengendalikan sang Phoenix, aku mengangguk sebagai jawaban.
Ketika sudah dihadapi celah kecil, aku ingin memanfaatkan itu untuk menerobos keluar dari lingkaran mereka. Namun ketika aku sudah hampir sampai untuk menggapai celah itu, tubuhku terpental jauh hingga membentur batang pohon yang padat dan keras. Di lenganku, tercipta sebuah luka bakar yang sangat mengerikan. Api itu membuat kulitku membuih dan membuat kain sutraku menjadi abu dan kering.
Aku baru saja tersambar oleh kobaran api, dan itu adalah kobaran api seekor Phoenix.
Aku menangis kesakitan begitu api itu terasa menjalar ke seluruh lenganku, darahku terasa mendidih dan dagingku telah mengasap dan hampir matang. Pikiranku berlabuh dalam lingkaran halusinasi, merasakan ada api di sekitarku, mengepungku dan membiarkanku terbakar hidup-hidup. Tubuhku terus menggelinjang dan menggelepar di atas tanah yang lembab.
Aku terus menjerit hingga tenggorokanku terasa kering, rasa ini seperti tidak asing. Aku seperti DejaVu.
Perlahan, aku mendengar suara tapak kaki menghampiriku. sepasang tangan tengah mengenggam bahuku erat, menggoyang tubuhku agar aku bangkit dari kesadaran. Namun, tubuhku terlalu lemah untuk menerima sengatan itu. Derasnya hujan sama sekali tidak membantuku untuk memadamkannya.
"Hey apa kau baik-baik saja?"
Dasar bodoh, apa kau tak lihat diriku yang hampir sekarat?
"Me..nurutmu?" ucapku lirih. Perlahan, aku membuka mataku dan menatap wajahnya dengan jarak sedekat ini. Keparat ini, aku akan terus mengingat wajahnya sampai tua nanti.
Obsidian coklat kelamnya menyapaku, tatapan matanya begitu dalam dan nyaris tak berujung. Alisnya saling bertautan menandakan ia sedang fokus akan sesuatu. Raut wajahnya tegas dan pahatan wajahnya hampir mendekati nilai sempurna. Rambut merahnya tergerai panjang hampir sebahu, tidak seperti perempuan... melainkan sangat maskulin dan jantan. Bahkan di saat seperti ini, aku tetap sibuk memperhatikan pahatan wajahnya yang sangat mempesona.
Aku tidak pernah merasakan hal ini, namun harus kuakui bahwa ia sangat tampan, ketampanannya seperti... api yang membara.
"Bertahanlah sedikit lagi, aku akan memberimu sedikit pertolongan" ia pun mengambil sesuatu dari kantungnya, sebuah toples berisi cairan yang berwarna keemasan.
"A-apa yang ingin kau lakukan, cairan apa itu!"
"Ini adalah air mata Phoenix, bisa membantumu dari rasa sakit" ia pun membuka toplesnya, dan mengoleskan cairan itu ke onggokan daging bakar yang kusebut sebagai lengan. Bagian yang ia olesi membawa rasa sejuk yang menenangkan, rasa sakit yang sedari tadi menggerogoti perlahan sudah menghilang. Aku mendesah lega, bahuku yang sedari tadi tegang mulai melemas dengan sendirinya. "Saat sekarat, kau seharusnya jangan banyak mengelak. Nyawamu sedang dipertaruhkan"
"Terima kasih" potongku cepat. Ia pun mengangguk sebagai jawaban, dan membawa setoples cairan itu ke dalam kantungnya kembali.
"Lukamu cukup parah. Mungkin akan memakan waktu cukup lama. kau harus segera kuantar ke balai, mungkin di sana kau akan mendapatkan pertolongan lebih baik " Ia menyelipkan lengannya di pinggangku dan mengangkat tubuhku yang seringan kapas. Aku tidak mempunyai tenaga untuk memberontak, satu hal yang aku tidak tau pasti adalah apakah dia Elvish yang baik hati atau bukan. Untuk kali ini, aku akan bergantung pada dewa seutuhnya, semoga ia tidak akan berbuat macam-macam, dan aku dapat kembali melihat wajah ibuku di keesokan harinya.
"Bagaimana dengannya?" ucapku sembari menunjuk sang phoenix, tengah berkelahi dengan segerombolan kawanan harpy. Nampaknya ia memanggil kawanannya dari telepati, namun sebanyak apapun jumlahnya, mereka akan tetap kalah dalam kobaran sayap sang phoenix.
"Ia akan kembali setelah melaksanakan tugasnya dengan baik. Aku mempunyai hutang kesalahan kepadamu, kau bisa tidur jika kau mau" mendapat dorongan lain, kini aku beralih untuk bersandar pada dadanya yang bidang dan hangat. Tertuju pada alasan apakah aku harus menyerahkan diriku untuk ditolongnya atau tidak.
Ah.. nyaman sekali aku ingin terus tertidur dalam kenyamanan ini.
Aku pun membuka mataku kembali dan dihadapkan sebuah simbol kecil yang timbul dari balik sutranya. Simbol itu terlihat seperti bintang kejora, terlihat tidak asing dan terletak strategis di pusat dadanya. Tapi sekarang bukanlah saatnya untuk repot-repot memikirkan hal itu. aku benar-benar lelah.. aku ingin tertidur.
Setelah itu, pandanganku gelap. Terjatuh kedalam ruang yang mereka sebut mimpi.
BETWEEN ASTRA, ESTELLE, AND THREADED
[Benang 1.2 – Cyan Baekhyun ; Sebuah Bencana]
"Baekhyun!" Kyungsoo sontak memelukku erat begitu aku terjaga dari tidurku. Aku mengernyit mendapatinya tengah menangis tersedu, menangis seperti kami tidak bertemu saja dalam satu dekade waktu.
"Maafkan aku Baekhyun-ah, aku tidak seharusnya meninggalkanmu sendiri"
Ah...ya meminta maaflah untuk hal itu
"Aku seharusnya tidak kehilangan jejakmu sampai akhir, kau tau? Aku sangat ketakutan!" mataku sedikit membulat mendengar pernyataannya. Jadi, selama ini Kyungsoo memang mengikutiku?
"Sampai kapan kau mengikutiku?"
"Aku kehilangan jejakmu saat kau di kejar oleh Cerberus"
"Baru sadar akan hal itu? Kau pikir aku setakut apa hah" degusku sembari bersidekap dada. Tengah merajuk mengingat apa yang ia katakan padaku beberapa waktu sebelumnya "Kau seharusnya menyesal karena tidak mendapati tubuhku yang sudah menjadi bangkai"
"Baekhyuuuuun..."
"Memang itu kan maumu?" Kyungsoo pun mempererat pelukannya, sebagai bentuk bujukan kepadaku yang kini tengah merajuk. Hah, jika ia bukan teman baikku. Pasti aku tidak akan pernah memaafkannya sampai aku tua nanti.
"Iya, aku tau salah. Maka dari itu maafkan aku. Apa kau tidak melihat aku semenyesal ini?" ucapnya penuh penyesalan, raut wajahnya terlihat putus asa dan lucu di saat yang bersamaan. Melihatnya seperti ini menjadi hiburan tersendiri untukku, ia memang pantas untuk mendapatkannya.
Perlahan timbul suatu kesadaran dalam pikiranku. Di mana dia, dia si api yang membara? Aku dapat memastikan bahwa ia adalah pemuda yang baik karena sudah mengantarku dengan selamat ke balai desa. Kini, onggokan daging bakar yang sebelumnya kusebut sebagai lengan sudah kembali kepada fungsi yang sebenarnya. Aku dapat menggerakan jariku seperti semula, halus dan tanpa goresan sedikitpun seperti sedia kala. Air mata Phoenix ternyata memang mujarab untuk menyembuhkan luka.
"Oh ya... apa kau tau di mana pria yang sudah menyelamatkanku?" aku pun mengedarkan pandanganku kesekitar, memastikan keberadaan surai kemerahan yang menjadi ciri khasnya
"Firebrick Chanyeol yang kau maksud?" Kyungsoo pun melepas pelukannya, kembali duduk tegak dan kini tatapannya bergulir menatap wajahku. Ah siapapun namanya, itu tidak terlalu penting. Aku hanya ingin menyampaikan ucapan terima kasihku kepadanya.
"Ya, kau menemuinya?" tanyaku penasaran, Kyungsoo pun menautkan kedua alisnya dan menatapku dengan pandangan sedikit memicing.
"Tentu saja, aku menemuinya saat ia sedang menggendongmu ke balai desa"
"Kau mengenalnya?" desakku tak sabaran
"Siapa yang tidak kenal dengan Chanyeol? Semua Elvish mengenalnya, Baek" setelah mengucapkan hal itu, Kyungsoo pun beralih menatapku dengan senyum mengembangnya yang dibuat-buat "Ah ya! aku melupakan fakta bahwa kau tidak tertarik akan suatu topik tertentu. Sepertinya, jika aku memberitahu statusnya sekarang. Kau akan merasa tersinggung"
"Apa maksudmu?"
Ia pun terkekeh geli, gerak-geriknya sedikit mencurigakan yang mana membuat dahiku mengernyit. Ayolah, kenapa ia suka sekali mengulur-ngulur waktu?
"Kau hanya perlu menjawabnya, tidak usah bertingkah seperti itu"
"Baiklah baiklah" Kyungsoo pun akhirnya menyerahkan niatannya untuk menggodaku "Jadi, sebenarnya Firebrick Chanyeol itu..." ia pun kembali menggantung ucapannya, membuatku gemas karena ia tak kunjung menjawabnya dalam satu rentetan ucapan yang sederhana. Aku adalah tipikal Elvish yang penuh rasa ingin tahu, ketika digoda seperti ini tentu saja itu membuatku kesal setengah mati.
"Kyungsoo!"
"Aku tidak akan memberitahumu sebelum kau memberiku lonceng emas yang kau dapati saat festival tahun lalu"
Kyungsoo memang biadab
"Kau pikir aku ini bodoh hah?" aku pun menjulurkan badanku ke arah Kyungsoo yang sedang duduk di samping ranjang tempat kuberbaring. Kucubit perut tebalnya berulang-ulang kali membuat tubuh Kyungsoo berjengit-jengit sakit sebagai respon dari cubitanku.
"Hey hey! Baekhyun apa yang kau lakukan?!"
"Cepat beritahu aku!" kini, cubitanku beralih dengan kelitikan brutal di bagian perut dan pinggangnya yang sedikit berisi, membuat ia menggelinjang kegelian karena serangan yang kuberikan bertubi-tubi.
"Haaa Baekhyun hentikan sialan!"
"Aku tidak akan berhenti, sebelum kau memberitahuku!"
"Baiklah baiklah!" Kyungsoo bersusah payah untuk menyingkirkan jemariku yang masih saja menari-nari lincah di bagian pinggul dan pinggangnya, tak kunjung menjawabnya maka kuperbesar intensitas kelitikanku dipinggangnya, membuat ia hampir terjungkal ke belakang "Baiklah Baek. Firebrick Chanyeol, dialah yang akan ter-Thread dengan sepupumu!"
Sontan, pergerakanku langsung terhenti begitu mendengar jawabannya. Kyungsoo terlihat sedang mengatur nafasnya sejenak karena merasa terengah-engah dari kegelian yang sebelumnya terus mendera, sembari menatapku ia pun berkata "Ia adalah sang Astra Baek, ia mempunyai tanda bintang kejora di pusat dadanya"
Sejenak, pikiranku mendadak kosong. Kata-kata yang Kyungsoo lontarkan terasa menggema-gema di dalam ruang pikiranku. Haruskan aku mempercayai itu karena... wow kebetulah macam apa ini? Firebrick Chanyeol, seseorang yang sudah menyelamatkanku. Ia adalah Astra-nya. Ia adalah seseorang yang diam-diam mulai kubenci keberadaannya
Menyimpulkan hal itu membuatku marah tanpa alasan. Ucapan Kyungsoo benar, aku merasa tersinggung setelah mengetahuinya. Ucapan terima kasihku kusimpan dan kutelan kembali, aku tidak ingin berterima kasih kepada seseorang yang akan merebut orang yang kusukai. Karena ikatan konyol itu, aku harus merelakan sulli secepat ini.
Namun, dalam amarahku. Aku sempat mengingat pahatan dirinya yang sangat piawai. Menyadari hal itu, aku seharusnya tidak melakukan perlawanan terlebih aku tidak mempunyai kuasa di atasnya. Lihatlah diriku, kami bagaikan langit dan bumi. Perbedaan yang semakin kentara membuatku meringis untuk menghadapi kenyataan yg nyatanya tidak sejalan dengan apa yang telah aku harapkan.
"Bagaimana? Ia sangat cocok dengan sepupumu bukan?" Kyungsoo menahan tawanya ketika mendapati mukaku yang sudah memerah padam "Mereka akan terlihat sangat sempurna jika disandingkan antara satu sama lain, keduanya sangat rupawan"
"Berhenti menimbulkan api, Kyungsoo!"
"Aku tidak, aku hanya sedikit membantumu untuk sadar" ucapnya membela diri. Ucapannya adalah senjata yang tersembunyi, ia sangat ahli dalam merangkai kata untuk membuat lawan bicaranya merasa semakin tersudutkan. Seperti biasa, ia akan menepuk-nepuk bahuku seakan merasa simpatik, aku menepis tepukannya di bahuku. merasa tidak perlu untuk dikasihani "Cepat atau lambat kau harus menerimanya. Sulli, ia sudah terpilih untuk ter-Thread dengan Chanyeol. Jangan bertindak kekanakan, kau pasti tau maksudku"
"Terserah apa katamu!" aku pun bangkit dari posisiku, berjalan menuju pintu dan meninggalkan Kyungsoo yang masih berkutat dalam posisinya. Masa bodoh, aku tidak peduli. Thread atau apapun itu, bagiku itu semua hanyalah omong kosong.
Thread hanyalah omong kosong.
OoOoOoOo
"Oppa kenapa lama sekali?" Ucap Yerim begitu mendapati perawakanku yang kacau balau tengah berdiri di depan daun pintu. Pandangannya berubah menjadi sangat khawatir ketika mendapati sutraku yang sudah tak berbentuk dan lusuh "Apa yang terjadi dengan oppa? Kenapa oppa sangat berantakan seperti ini?" aku pun menggeleng sebagai jawaban. Jemariku tergerak untuk menyentuh kulit pipinya, membelainya halus sembari berkata bahwa aku baik-baik saja.
"Oppa berhasil membawakanmu manisan yang kau sukai" aku pun mengambil kantung makanan yang tersampir di kaitan pinggangku lalu menunjukkan di depan hadapannya. Tatapan khawatirnya berubah menjadi tatapan penuh antusias. Dihadapkan dengan apa yang sedari tadi ia tunggu-tunggu membuat Yerim tidak mempunyai alasan untuk berlama-lama menyampir kantung itu dari genggamanku. Dan aku tersenyum lebar dibuatnya.
"Arbei langka? Kau mendapatkannya oppa?!" ucapnya histeris begitu membuka isi kantungnya dan mendapati arbei yang ia maksud. Aku mengangguk sebagai jawaban, melihat responku Yerim menatapku dengan mata yang berbinar. Merasa bangga karena aku telah berhasil mendapatkannya.
"Selamat ulang tahun Cyan Yerim... adik kecilku yang sangat kusayangi" Surai hitam yang sebelumnya ia tata rapih kini aku acak dengan usakan yang brutal. Biasanya ia akan protes kepadaku karena telah merusak tataan rambutnya, tapi sekarang rasa senang mendominasi isi hatinya. Ia merasa tidak masalah akan hal itu terbukti dengan responnya yang sangat jauh berbeda.
"Terima kasih oppa! Kau adalah yang terbaik. Aku sangat menyayangimu" tubuh mungilnya ia hamburkan ke pelukanku dan kubalas pelukannya tak kalah erat. Rasa lelah yang mendera tubuhku terasa hilang mengudara ketika melihat adikku terlihat sangat bahagia di hari ulang tahunnya. Kebahagiaan Yerim adalah kebahagiaanku juga. Aku berjanji sebagai orang pertama yang menjamin kebahagiaannya.
Aku lah yang pertama kali melepas pelukan, bertujuan untuk melihat wajahnya yang nampak lebih berseri. "Apa pesta ulang tahunmu sudah berakhir?"
"Ya oppa, bahkan Ibu sudah pergi kembali ke kastil paman Jae" Ah ya..aku baru menyadari ketidak ikut sertaan ibu saat menyambut kepulanganku, kupikir ialah orang pertama yang akan menyambutku di daun pintu. Omong-omong apa keperluan ibu di sana? Apakah ini menyangkut Thread atau semacamnya?
"Kau melaksanakan pesta ulang tahunmu tanpa oppa?"
"Habisnya oppa lama sekali, teman-teman sudah banyak menunggu. Aku merasa tidak enak"
"Kau merasa tidak enak dengan temanmu, namun kau tidak merasakan hal yang sama kepada oppa?"
"Oppaaaa... jangan membuatku berada di posisi seperti ini" ia pun meninju bahuku pelan, merasa kesal karena diriku yang kerap menggoda. Yerim kerap membuat ekspresi wajah yang lucu dan konyol, membuatku tersenyum geli akan ekspresi wajahnya yang ia buat-buat.
"Omong-omong, untuk apa ibu pergi ke kastil paman Jae?" tanyaku penasaran, aku hanya ingin memastikannya. Apakah ini ada kaitannya dengan Thread atau tidak, mengingat hal itu akan terjalin dalam hitungan hari.
"Kurang dalam 2 minggu lagi, Thread akan terjadi oppa. Semua kerabat datang membantu, termasuk ibu dan bibi-bibi yang lain" mengatakan hal itu, ekspresi wajahnya pun berubah secara drastis, aku sedikit terkejut begitu Yerim menepuk pipiku secara tiba-tiba. Belum sempat protes, Yerim tau-tau sudah memotong ucapan yang belum sempat kulontarkan "Oppa harus datang dan temui ibu di sana, ia sedari tadi memikirkan oppa karena oppa tak kunjung kembali dari hutan!"
Aku berpikir sejenak, pergi ke kastil paman Jae membuat adanya kemungkinan untuk bertemu dengan Sulli. Aku tidak akan sanggup untuk bertemu dengannya, ia pasti sudah merawat tubuhnya dengan baik dari jauh-jauh hari yang mana membuatnya akan terlihat lebih mempesona dari biasanya. Kalau begitu caranya, aku tidak akan bisa melepaskan dirinya dalam belenggu rasaku yang sudah terlanjur dalam.
"Apakah harus?"
"Ya kau harus oppa! Apa kau juga tidak ingin datang untuk menemui Sulli eonni? Dia butuh hiburan dari saudara sepupunya"
Ah ya... aku adalah saudara sepupunya.
Selamanya, ia hanya akan menganggapku sebatas itusaja. Tidak akan ada yang berubah dan tidak akan ada sesuatu spesial yang terjadi di antara aku dengannya. Apa yang telah aku harapkan? Semua harapanku akan sia-sia.
Menyerahlah Baekhyun. Apa kau tidak lihat, betawa piawainya pasangan dari sang dara? Kau sudah kalah telak Cyan Baekhyun.
Ya, aku sudah kalah telak.
BETWEEN ASTRA, ESTELLE, AND THREADED
Aku menatap pintu kayu setinggi 3 meter dihadapanku dengan ragu. Aku sudah membilas tubuhku dengan bersih, rambutku pun sudah tertata rapih. Jika ragu atas penampilanku yang terlihat kacau mungkin itu adalah dugaan yang salah besar. Jadi, sebenarnya apa yang aku tunggu sedari tadi?
Pertimbangan apakah aku harus masuk ke dalam atau memutar arah pulang untuk kembali ke kastil menahanku untuk terus mematung sendiri. Dulu, aku akan senang ketika berdiri di depan pintu ini. Namun, semuanya sudah tidak sama. Kehancuran hatiku sudah mengacaukan isi pikiranku. Berulang kali aku merafalkan kata-kata agar aku tidak bertindak gegabah dan berfikiran naif. Namun perkataan itu tetap saja mengalir ke luar pikiranku, seakan hilang destinasi.
Suara ketukan pintu memecah kesunyian di pikiranku. Tak lama, pelayan paman Jae membukakan memberi tahu identitasku pun paman itu pastinya tau siapa diriku. "Ahh Baekhyunnie? Masuklah! Sudah lama sejak kau terakhir kali datang singgah kemari" paman itu pun memberiku sedikit ruang agar aku bisa masuk ke dalam. Namun melihatnya seperti itu, tidak membuatku tergerak sedikit pun untuk masuk ke dalam.
"Ada apa? Masuklah ke dalam, cuaca sedang tidak menentu. Kau bisa kedinginan jika berlama-lama di luar" aku terlalu memaksakan diri hingga tak menyadari kalau jemariku sudah hampir sedingin es dan hidungku sudah memerah tomat, ada benarnya juga. Aku bisa mati kedinginan jika terus membiarkan tubuhku terkena terpaan angin yang lembab.
Baru menginjakkan kaki di dalam kastil, aku sudah di hadapi pemandangan yang tak biasa kujumpai. Suasananya padat sekali, aku tak pernah berfikir kalau aku mempunyai kerabat sebanyak ini. Pantas saja aku tidak dapat mengingat nama mereka satu persatu.
Semuanya terlihat saling hilir mudik, ada yang bermain-main dan ada pula yang terlihat sibuk mengurus dekorasi. Namun, tak sedikit pula yang terlihat menyibukkan diri. Termasuk lelaki tinggi tak asing yang terlihat menyibukkan diri untuk mengamati hasil dekorasi, mungkin agar terlihat keren dan mempunyai keterampilan dalam mengerjakan sesuatu, padahal aku sanksi apakah ia benar-benar melakukannya atau hanya berpura-pura saja.
Aku pun berjalan menghampirinya dan menepuk bahunya cukup keras.
"Hey!" reaksi yang kudapat terlalu berlebihan, tubuhnya terlonjak hebat dan wajahnya menatapku panik setengah mati. Begitu mengetahui seseorang yang menepuk bahunya adalah aku, ia pun merubah wajah paniknya dengan desahan lega sembari menepuk-nepuk dadanya pelan.
"Kau harus menghilangkan kebiasaan burukmu itu, jantungku hampir terasa mau copot asal kau tau"
Aku pun tertawa renyah, membalas ucapannya yang selalu dilebih-lebihkan "Kau terlihat sangat fokus sampai-sampai tidak menyadari keberadaanku. Omong-omong, kau lihat di mana ibuku?"
Ia menunjuk salah satu pintu di lantai dua dengan telunjuknya. Mengisyaratkan keberadaan ibuku disana. "Ibumu sedang berada di kamar mempelai Astra, ketuklah pintu terlebih dahulu sebelum masuk. Di sana penuh dengan kaum dara"
Hah sial, mengapa ibu harus berada di kamar mempelai Astra... Justru hal itulah yang berusaha untuk kuhindari sedari tadi.
Tiba-tiba terbesit di pikiranku sebuah ide yang terbilang bagus. Sebuah ide untuk membawa Tao ikut bersamaku, agar aku tidak terlalu mati kutu saat dihadapi oleh parasnya secara langsung. Walaupun tujuan utamaku adalah untuk bertemu ibu, namun tidak ada salahnya untuk sedikit mempersiapkan hatiku.
"Daripada kau terus berdiri di sana memaksakan diri agar terlihat sedang melakukan sesuatu, lebih baik kau ikut pergi bersamaku" ucapku tak sabaran. untuk menolak pun Tao tidak mempunyai kesempatan karena tarikanku yang cukup kuat di lengan kirinya, membuatnya mau tak mau ikut bersamaku.
"Padahal aku belum mengatakan iya"
"Kau seperti tak tau tabiatku saja" Tao pun mengiyakan jawabanku dengan anggukan yang malas.
Kini kami berjalan beriringan, dengan lengannya yang beralih mengapit di lenganku. Itu adalah kebiasaannya sedari kecil, ia akan mengapit lengan siapapun yang berjalan beriringan dengannya, karena terbiasa akan hal itu, aku tidak merasa terganggu sama sekali.
"Kau sudah berapa lama di sini?" tanyaku, membuka suara.
"Tidak lama, hanya sejak jam 9 pagi"
"Wow, kau memerhatikan hasil dekorasi sejak jam 9 pagi?"
"Tidak, sebelumnya aku bekerja di bagian dapur. Namun setelah melihatku memotong lobak, cepat-cepat bibi Jae menendangku dari sana"
Aku pun tertawa mendengar ucapannya yang terdengar lugu "Ide yang buruk jika harus menempatimu di bagian dapur. Bibi Jae masih menyayangkan dapur kastil ini, dan juga saudara yang datang agar tidak keracunan masakan buatanmu"
"Kau sangat jahat, Baekhyun"
"Tidak, sungguh aku menyayangimu" mendengar pernyataanku, Tao pun mencubit lenganku dengan main-main dan tertawa kekanakan ketika melihatku beberapa kali gagal untuk membalas cubitannya.
Kami pun tertawa bersama, terus berjalan beriringan hingga tak menyadari bahwa kini kami sudah dihadapi oleh pintu yang sebelumnya Tao maksud. Menyudahi tawa, aku pun mengikuti arah jemari Tao yang sedang mengetuk pintu, dan setelahnya kutatap pintu kayu itu dengan perasaan cemas dan ragu-ragu, aku takut tidak bisa mengkontrol ekspresi wajahku dan debaran yang bersumber di hatiku, entah debaran apa yang dimaksud, apakah debaran kegugupan ataupun debaran yang kurasakan kepada seseorang yang kemungkinan ada di dalam sana.
Tak lama, seseorang membukakan pintu untuk kami. Wajah bibi Heo tersapa di penglihatanku. Ia tersenyum kecil begitu mendapati kami tengah berdiri di depan daun pintu, dan senyuman manisnya itu pun semakin mengembang begitu tatapannya bergulir kepadaku "Ahh Tao, dan Baekhyunnie! sudah lama sekali kau tidak datang kemari untuk bermain. Masuklah!"
Semua orang menyambutku dengan perasaan senang, namun aku sama sekali tidak dapat merasakaannya.
Ketika aku berjalan memasuki ruangan dari celah pintu, pandanganku langsung menatap keseluruh penjuru ruangan. Untuk mencari sosok dari seseorang yang diam-diam kuharapkan keberadaannya. Namun, sampai sekarang ia tidak juga menunjukkan batang hidungnya, malah kini aku sibuk memerhatikan sosok ibu yang sedang terduduk di dekat jendela. Sedang fokus akan pekerjaannya yang sedang merangkai bunga.
"Ibu" setelah panggilan itu, pandangan ibu pun mengarah ke arahku yang berdiri tak jauh dari tempat duduknya. Menyadari sosok yang memanggilnya membuat Ibu membulatkan matanya terkejut.
"Baekhyun-ah. Kenapa kau kemari?" ibu pun menaruh rangkaian bunganya di atas meja, lalu berjalan tergopoh menghampiriku. Tatapannya terlihat sangat panik dan cemas, tatapan yang biasa kudapati ketika aku keluar seorang diri tanpa sepengetahuannya.
"Aku datang ke sini hanya untuk memastikan ibu bahwa aku baik-baik saja. Lagipula, sudah lama aku tidak berkunjung kemari" ucapku sembari tersenyum kecil. Walaupun sudah melihatku dalam keadaan selamat, namun tatapan cemas itu tetap ada bersarang di manik matanya.
"Tidak perlu sampai datang kemari" ucap ibu sembari mengelus surai brunetteku, sentuhannya terasa lembut namun terasa dipaksakan. Terkadang ibu bisa menjadi aneh di saat-saat tertentu. Entah karena apa, aku juga belum menemukan alasannya.
Tangan ibu yang sedang mengelus-ngelus suraiku pun kini beralih menyentuh dahiku dengan punggung tangannya, itu adalah sebuah kebiasaan untuk memeriksa kadar suhu dengan cara yang praktis dan singkat. Tanpa berlama-lama, ibu pun menyimpulkan semuanya dengan cepat "Baekhyun-ah, tubuhmu sedikit demam"
Ah. Benarkah?
Aku pun memegang dahiku sendiri, dan memang benar. Suhu tubuhku hangat. Mungkin ini adalah efek dari kelelahan, dan juga dari rasa dingin yang luar biasa menerpa tubuhku yang sedikit ringkih dan lemah.
"Baekhyun-ah, Lebih baik kau kembali dan beristirahat saja di kastil" Ibu pun mengelus pipiku dengan lembut, namun sentuhannya itu tak selaras dengan tatapannya yang terlihat menuntut.
"Cyan Haejin, biarlah Baekhyun mampir sebentar. Ia juga sudah lama tidak datang kemari. Tidak ada yang salah akan hal itu" ucap bibi Heo sembari merapihkan gaun-gaun yang tersampir indah di lemari pakaian. Ibu pun mengehentikan sentuhan lembutnya di brunetteku, lalu beralih menatap bibi Heo dengan tatapan tajamnya.
"Aku tidak akan membiarkan anakku yang sedang demam tidak terbaring di atas ranjangnya, ia harus segera kembali ke kastil kami"
Tapi bu, aku baru saja sampai di kastil paman Jae dan bibi Heo..
"Tapi bu-" belum sempat mengelak, tau-tau ibu sudah menatapku dengan tajam dan penuh perintah. Ibu tidak suka anak yang membangkang, dan ibu tidak suka jika aku tidak menuruti kemauannya. Di saat seperti ini, mau tak mau aku harus menuruti kemauannya.
"Tao, tolong temani Baekhyun pulang. Pastikan ia beristirahat dengan baik begitu kalian sampai di kastil" Tao pun mengangguk patuh atas perintah Ibu. Dengan kuat, Tao menyeretku keluar dari ruangan pengantin. Aku hanya pasrah mengikuti arus berjalan Tao yang terkesan cepat dan terburu-buru. Sedangkan bibi Heo, ia menggeleng-gelengkan kepalanya melihat sifat adiknya yang kelewat protektif. Kerabat kami tau akan sifat protektif ibuku, dan tentu saja aku sudah memakluminya sejak lama.
Semenjak kejadian itu, ibu menjadi sangat protektif kepadaku. sedari kecil aku tidak datang ke akademi, ibulah yang akan menyewakan pengajar khusus untuk datang ke kastil setiap hari. Ibu juga melarangku untuk pergi bermain, dan juga membatasi pertemananku dengan Elvish yang lain. Namun seiring dengan bertumbuhnya usiaku, larangan itu semakin meringan dan perlahan ibu sudah mulai membebaskanku.
Kini aku sudah mulai diperbolehkan untuk bermain di taman, hutan dan dimanapun asalkan Kyungsoo ikut menyertaiku, ibu sangat mempercayaiku kepada Kyungsoo. Ialah satu-satunya teman dekat yang kumiliki. Jika saja Ibu tau apa yang baru saja terjadi sebelumnya kepadaku saat aku tengah berada di hutan, ibu akan menyekapku selamanya di dalam kastil dan tak akan memberiku kesempatan untuk keluar lagi.
Akan tetapi, sejenuh apapun diriku yang terus saja berada di dalam belenggunya. Aku tetap harus memaklumi apapun alasan di balik semua perbuatan ibu.
Namun, terkadang di saat tertentu. Ibu bisa saja menjadi sosok yang sangat menyebalkan.
"Sudah-sudah tidak usah sampai menyeretku seperti ini!" aku pun melepas cengkraman Tao di lenganku dengan kasar. "Memangnya kau dibayar apa oleh ibuku, sampai-sampai kau patuh begitu?"
"Aku hanya menjalankan peranku sebagai keponakan dengan baik. Kau saja yang menjadi anak yang pembangkang"
"Kau tidak akan mengatakan hal itu jika kau tau bagaimana rasanya menjadi diriku"
"Aku memang tidak tau, tapi setidaknya aku mengerti" Tatapan yang sedari tadi ia arahkan pada jalan setapak yang kami lewati pun kini beralih menatap mataku dengan sorotan matanya yang khas dan tajam "Apapun alasan dibalik semua perbuatannya kepadamu, aku yakin itu adalah sesuatu yang baik."
"Huh, ucap seseorang yang bahkan tidak berani mandi seorang diri" cibirku menanggapi ucapannya.
"Hey, aku serius asal kau tahu!"
"Ya, aku tahu" aku pun menundukkan kepalaku, memainkan bebatuan kerikil itu dengan menendang-nendangnya pelan tak karuan. "Tapi, apakah terdengar ganjil jika ibu akan marah jika aku menyinggung masalah Thread?"
Tao pun mengehentikan langkahnya, membuat langkah beriringan kami terhenti di tengah perjalanan. Arah badannya pun ia putar sepenuhnya untuk menghadapku yang tengah berdiri di sampingnya "Thread? Untuk apa bibi Hae marah akan hal itu?" kentara sekali rasa penasaran yang timbul di dalam nada ucapannya.
"Entahlah" aku pun mengangkat bahuku acuh, ini tidak dibuat-buat. Aku benar-benar tidak tahu menahu atas hal itu "Ia akan marah tanpa alasan, dan akan memintaku untuk tidak mencari tahu lebih"
"Untuk masalah itu, aku akui itu memang terdengar sedikit ganjil" Tao pun mengerutkan keningnya dan memasang wajah penuh keheranan "Maksudku, oh ayolah Thread adalah komponen terpenting di bumi arda. Jika kami menyalahi komponen itu, bumi arda akan dilanda bencana besar"
Aku pun membulatkan mataku sebagai respon dari ucapannya. Yang kutahu Tao adalah tipikal Elvish yang suka melebih-lebihkan omongan, aku perlu memastikannya dua kali sebelum mempercayainya "Jangan berlebihan Tao, aku tidak yakin Thread mempunyai pengaruh sebesar itu"
"Kau serius tidak mengetahuinya?" Tao pun menepuk dahinya pelan "Bibi Hae pasti benar-benar melarangmu untuk mencari tahu lebih"
"Aku bukanlah dirimu yang suka melebih-lebihkan omongan" sindirku
"Serius Baek, kali ini aku tidak melebih-lebihkan apapun" ucap Tao berusaha untuk meyakinkan diriku. Tapi, entahlah aku sulit untuk mempercayai omongannya. Kyungsoo dan Tao terlihat sama saja.
"Lagipula, jika dewa memang adil. Seharusnya semua Elvish dapat merasakan ikatan Thread" aku benar-benar penasaran untuk hal ini, kenapa hanya Elvish terpilih saja yang dapat merasakan ikatan itu? Aku ingin merasakannya juga, ini semua terasa tidak adil.
"Dewa mempunyai alasan khusus atas hal itu. Kita tak mempunyai kuasa untuk mengaturnya" Tao pun menatap langit selepas hujan, awan hitam masih bergumul memenuhi seluruh langit arda. "Sepertinya hujan akan turun kembali, ayo cepat pulang kembali ke kastil!"
Tao pun mengambil lenganku dengan cepat, mengaitkan lengannya di lenganku seperti biasa dan menyeretku untuk mengikuti langkahnya yang cepat dan tergesa-gesa. Sampai-sampai tubuhku hampir ambruk dan sempoyongan dibuatnya "Suhu tubuhmu semakin menghangat, ketika sudah sampai nanti aku akan belikan makanan untukmu dan membuatkanmu secangkir susu hangat. Semoga suhu tubuhmu akan merendah, dan tidak berefek kepanjangan"
Semenyebalkan apapun Tao, ia tetap dapat menjalankan perannya sebagai kerabat yang hangat dan pengertian. Walaupun terkadang ia bisa menjadi Elvish dengan kepribadian yang sangat kekanakan, ia tetap dapat melindungiku dan merawatku dengan baik saat aku kesusahan.
Dan.. ya semoga saja suhu tubuhku menurun, dan tidak berefek kepanjangan.
Ya.. semoga saja.
BETWEEN ASTRA, ESTELLE, AND THREADED
Tubuhku kini tengah menangis, berbaring di atas kasur sembari meratapi langit. Sarang burung merpati perlahan terbentuk agar pantas untuk di singgahi, menandakan sudah hampir seminggu energiku terkuras habis. Harapanku hanyalah sebatas angan, suhu tubuhku terus saja meninggi .Yeri dan ibu sudah banyak membantu, namun hasilnya nihil. Tubuhku terus saja menangis, tiada henti.
Gejolak yang terasa di tubuhku terus memaki, bulir-bulir tangisan tiada hentinya mengaliri tubuhku di sepanjang gelapnya malam. Mimpi buruk itu terus datang bergilir, menakutkan batinku hingga harus terjaga di sepanjang malam. terjaga dengan perasaan bahwa api selalu berada di sekeliling tubuhku, seolah membakar dagingku hingga mengasap.
"Oppa hanya butuh istirahat..." ucap yeri menenangkanku, mengusap dahiku dengan kain yang ia rendam dalam wadah air hangat.
Butuh waktu berapa lama lagi untuk beristirahat? Bahkan punggungku terasa begitu kaku untuk di gerakkan. Aku ingin keluar, sudah lama sejak terakhir kalinya aku menghirup udara segar.
Ibu selalu berlebihan jika aku sudah jatuh sakit. Bisa saja ia menyekap diriku di dalam kamar selama 3 bulan berturut-turut demi beralasan agar aku bisa sembuh total. Nyatanya berlama-lama di dalam kamar membuat perutku terasa mual. Aku benci berada di dalam ruangan yang terkunci, kutebak itu adalah phobia yang mengerikan.
"Oppa harus makan, kalau tidak ibu akan marah" ucap Yeri memperingati, namun hal itu tidak begitu mempengaruhiku. Kutepis suapannya berkali-kali hingga membuat adik semata wayangku itu berdecak kesal, aku turut bersyukur ia tidak menumpahkan air rebusan rempah itu ke wajahku. aku tidak ingin menebak bagaimana rasanya, mungkin akan terasa gatal-gatal di kulit. Yerim terlihat putus asa karena diriku yang tak kunjung mau menyesap ramuan obat buatan ibu. Ia menaruh mangkuknya di meja nakas yang berada tak jauh dari ranjang tempatku berbaring.
"Aku tidak ingin memakannya, ramuan itu terlihat seperti air rebusan katak!" tubuhku terus berkeringat, seperti kucuran tangisan karena suhu tubuhku yang terus saja meninggi. Ketika ibu sedang pergi bekerja, maka Yerim lah yang akan merawatku dengan penuh kesabaran. Ibu harus memenuhi kebutuhan finansial keluarga kami dengan merangkap sebagai seorang tabib, terlebih kini ayah sudah tiada. Ibu harus melakukan semuanya seorang diri
"Sutranya sudah basah, Oppa harus menggantinya dengan sutra yang baru" Yerim pun mengambil sutra bersih dari lemari pakaianku, lalu menaruhnya di atas meja yang terletak tak jauh dari tempatku berbaring.
"Nanti saja.."
"Oppa, nanti kau bisa masuk angin. Luka bakar yang ada di punggungmu kemungkinan dapat kambuh karena sutramu yang sudah basah kuyup" ucap Yerim sembari berkacak pinggang, kesal karena diriku yang sedari tadi selalu mengelak
"Ya.. baiklah cerewet" mendengar itu, yerim pun tersenyum puas dan berjalan keluar dari dalam kamarku. Kubuka sutra yang melapisi tubuhku satu persatu. Walaupun dengan pergerakan yang halus, tetap saja rasa nyeri itu datang hampir secara tiba-tiba. Ah, sial kenapa luka bakar ini masih saja terasa sakit? Padahal sudah hampir 2 abad sejak aku mendapatkannya, namun rasanya tetap sakit sama seperti pertama kali.
Setelah melilitkan sutra itu di tubuhku, Aku pun membaringkan tubuhku dan menatap langit kamarku kembali, sembari menghitung waktu yang akan segera terjadi.
Di keesokan hari, Thread akan terjadi. Aku tidak ingin mengingatnya dari jauh-jauh hari, namun keadaan lah yang memaksakan diriku untuk mengingatnya kembali. Semakin mengingat hal itu, semakin dalam terasa nyeri di dadaku. Tak kusangka rasa sakit hati itu ternyata memberi pengaruh pula pada luka bakar yang sudah bersarang begitu lama di belakang punggungku. Aku tidak tau alasan yang menjadikan dua hal itu saling beketerkaitan. Lebih tepatnya aku hanya mengada-ngadanya aja karena kedua hal tersebut timbul dalam waktu yang bersamaan.
Kegiatanku hanya berputar pada satu poros yang sama dari waktu ke waktu, tak ada yang kulakukan selain merenung dan pergi untuk tidur. Hingga malam sudah tiba, ibu kembali pulang dari pekerjaannya. Ia akan menyempatkan dirinya untuk masuk ke kamarku, memeriksa keadaanku yang sedang dilanda demam yang tak kunjung mereda.
"Ibu, kenapa aku tak kunjung sembuh?" Tanyaku dengan nada penuh keputus asaan. Ibu hanya dapat merespon pertanyaanku dengan senyuman tipisnya, sembari mengelus surai brunette milikku yang sudah lepek dan basah karena keringat
"Kau hanya perlu beristirahat dengan cukup Baekhyunnie, kau akan sembuh nantinya" Ibu selalu menjawab pertanyaanku dengan jawaban yang sama. Aku tidak puas! aku ingin jawaban yang lain darinya!
"Tapi, aku sudah menghabiskan sepanjang hariku untuk berbaring diatas kasur" ucapku sedikit berteriak, tidak terima atas ucapan ibu "Sampai-sampai aku muak karena harus merasakan mimpi-mimpi itu" tubuhku menjadi bergetar hebat ketika mengatakan itu, aku dapat merasakan semuanya dengan jelas, mimpi-mimpi buruk itu.
Aku sudah muak karena harus merasakan mimpi buruk. Mimpi yang mengingatkanku pada trauma masa kecilku, sebuah tragedi dimana aku mendapatkan luka bakar ini di punggungku. Sebuah tragedi yang menjadi asal mula sifat protektif ibu kepadaku. Aku tidak dapat mengingat semuanya, namun satu hal yang selalu aku ingat adalah hawa panas itu. Hawa panas yang selalu mendera tubuhku bahkan ketika aku sudah terbangun dari mimpi. Aku selalu merasa api itu berada di sekitarku, mengejekku seolah ingin membakarku hidup-hidup.
Apakah aku sudah diguna-guna oleh roh jahat? Tidak, memikirkannya saja sudah membuat bulu kudukku bergidik ngeri.
Ibu menatapku dengan penuh simpati, seakan tau perasaan sakit yang sudah kuderita akhir-akhir ini. Perlahan ibu membawaku ke dalam pelukan hangatnya, memelukku erat-erat sampai dadaku terasa sesak "Baekhyun, kau tidak akan membenci ibu kan?"
"Heum? Tentu saja tidak"
"Benarkah? Walau dalam keadaan apapun?" Aku pun melepas pelukan ibu, mendongak untuk menatap wajahnya yang menatapku sendu
"Kenapa ibu menanyakan hal itu?" ucapku tidak mengerti
"Tidurlah sayang" ucapnya mengalihkan pembicaraan, jika sudah seperti ini maka itu adalah pertanda bahwa ibu tidak ingin membawa topik ini kembali, walaupun sudah dibuat penasaran oleh perkataannya yang terkesn rancu dan ambigu namun aku harus tetap menuruti kemauan ibu.
"Bayangkanlah hal-hal yang baik ketika kau ingin tertidur" ucap ibu sembari menaikkan selimutku sampai sebatas dada.
"Ibu, aku bukanlah anak kecil lagi" Aku merenggut tak terima akan ucapannya
"Kau tetaplah bayi untuk ibu, Baekhyun-ah" Ibu pun terkikik geli mendengar renggutanku "Selamat malam sayang" dan setelah mengucapkan ucapan malam yang manis, ibu pun menutup pintu kamarku rapat-rapat.
Kembali aku termenung, merenungi rasa takut yang terus menghantuiku ketika malam sudah datang menjelang. Apakah aku harus kembali terlelap untuk merasakan mimpi-mimpi itu? atau tetap terjaga sampai matahari kembali terbit dari sebelah timur. tapi mataku sudah terasa lelah untuk terjaga dalam waktu selama itu.
Dewa tolonglah aku untuk sekali ini saja. Biarkan aku tidur dengan nyenyak. Tanpa dibayangi mimpi buruk, dan hawa panas yang seakan mengelilingiku.
Kumohon, kali ini saja. Dewa dapat mengabulkan permintaanku. Sudah cukup aku merasakan kesialan sejak kecil. Aku ingin merasakan kebahagiaan sekali-kali.
Seakan menjawab doaku, rasa kantuk kini sudah mendominasi kesadaranku. Mataku terasa semakin lelah dan mengantuk, aku ingin tertidur. Lagipula aku harus menyimpan banyak energi untuk mendatangi ritual Thread yang dilaksanakan oleh sepupuku di esok hari. kata bibi Heo, sulli sangat mengharapkan kedatanganku, tentu aku tidak ingin mengecewakannya.
Biarkanlah aku menuruti keinginannya untuk terakhir kalinya.
Mataku sudah tertutup sempurna, bahuku melemas seiring dengan terantarnya kesadaranku ke alam mimpi.
Aku harus mendesah lega.
Karena pada malam itu, aku tidak bermimpi buruk apapun.
OoOoOo
Hari itu sudah tiba. Dalam beberapa jam lagi, Thread akan kembali terjadi di bumi arda.
Aku terus menatap pantulan diriku di depan cermin. Menyaksikan betapa menawannya diriku hari ini, walaupun lapisan sutra yang kupakai hari ini lebih banyak dari biasanya. Aku tetap terlihat tampan dan karismatik. Bahkan kini rambut brunetteku sudah tertata dengan rapih. Ya, aku sudah siap untuk mendatangi aracelli, dengan ibu dan Yerim yang terlihat tak kalah mempesona akan kecantikannya. Yerim mengepang rambutnya dan menggulung kepangan itu kedalam sedangkan Ibu hanya mengikat sanggul rambut hitamnya dengan model yang sederhana, namun tetap keduanya terlihat cantik dan menawan.
"Sudah siap?" Tanya ibu dengan senyuman kecilnya "Baekhyun, apa kau serius untuk datang? Kau belum pulih sepenuhnya"
Aku pun menganggukan kepalaku dengan pelan "Ya, ibu. Aku serius untuk datang"
"Baiklah" Ibu pun menampilkan senyuman kecilnya kembali, namun aku tidak menangkap kegembiraan yang tersirat dari senyumannya. Senyuman itu terasa hampa, dan tidak mempunyai arti khusus di dalamnya.
"Ayo kita berangkat!" Ucap Yerim sembari menyampir lenganku dengan semangat. Saking bersemangatnya Ibu sampai harus memperingati adik kecilku itu sesekali untuk tidak menyeretku keras-keras.
Kami datang ke lokasi dengan menggunakan Hippalectryon sebagai tunggangan. Tak memakan waktu lama kami pun sampai di kawasan aracelli yang kini sudah ramai dan padat dikunjungi Elvish yang lainnya. Aku pun mengikat Hippalectryon milikku di pagar pembatas arena aracelli lalu berjalan memasuki kawasannya.
Pandanganku menatap kesekitar kawasan aracelli yang dipenuhi oleh bunga aster dan daisy, di sebelah sana terdapat aliran sungai susu dewi hera yang di tepiannya terdapat banyak waterfairies yang sedang menyanyikan lagu serta menciptakan syair dan puisi bersama. Aku sangat menyukai kawasan aracelli ini karena pemandangannya yang indah dan juga asri.
Setelah beberapa menit menunggu, suara terompet yang bersahutan terdengar begitu kontras akan suasana aracelli yang tenang dan damai. tiupan terompet itu sebagai pertanda bahwa ritual akan segera dilaksanakan. Aku pun mengikuti ibu dan Yerim yang sedang berjalan menuju barisan pertama karena kami adalah kerabat terdekat dari sang Estelle. Di sampingku, terlihat Tao sedang berdiri dengan penampilan rambut klimisnya.
"Tao, apakah kau tau apa itu yang berada di tengah-tengah aracelli. Itu terlihat seperti wadah batu yang sudah diasah menjadi keramik" tanyaku sembari menunjuk objek yang kumaksud, aku tidak pernah menemui wadah itu ketika mengunjungi aracelli. Apakah itu baru di letakkan saat keberlangsungan Thread?
"Ah itu, adalah wadah Thread. Wadah itu berisi air murni"
"Air murni?"
"Ya, Astra dan Estelle harus meneteskan masing-masing darah mereka ke dalam wadah itu. Thread dinilai akan berhasil jika air murni itu tetap berwarna bening walaupun sudah ditetesi darah dari sang Astra dan Estelle, sepanjang sejarah tidak ada pemalsuan dari ikatan thread" ucap Tao sembari melompat-lompat kecil karena merasa senang "Dewa lah yang langsung meresmikan ikatan ini secara resmi. Aku semakin tidak sabar dibuatnya! Aku menjadi iri, aku juga ingin merasakan hal itu"
Ya.. aku pun juga merasa iri. Kepada seseorang yang akan terikat sehidup semati dengan orang yang kusukai.
Firebrick Chanyeol, si keparat pemilik ekor burung neraka.
Ritual pun dimulai. Suasana pun berubah menjadi hening dan penuh khidmat. Jantungku rasanya hampir berhenti berdetak begitu mendapati Sulli sudah mulai memasuki kawasan aracelli dari arah pintu barat. Gaun berwarna putih gadingnya terlihat sangat sempurna membaluti tubuhnya yang molek dan indah, rambutnya di tata rapih dengan riasan yang sederhana namun terlihat cantik dan mempesona.
Sulli pun menaiki kawasan aracelli dan berdiri tepat di depan wadah Thread. Wajahnya terlihat sangat berseri yang mana membuat penampilannya begitu menawan bak dewi. Ini adalah hari bahagianya, dan aku merasa hina karena tidak ikut serta merasakan kebahagiaan yang meliputi lara hatinya.
Tak lama, dari arah pintu timur. sosok lain berambut kemerahan mulai memasuki kawasan aracelli, dan entah kenapa jantungku berdetak lebih keras tanpa kuperintahi. Chanyeol dengan rambut merah kontrasnya menyita banyak perhatian Elvish yang datang dari beberapa pelosok negri. Termasuk diriku saat ini. Berat ku akui, ia memang terlihat tampan dengan balutan sutra keemasannya. Jika harus disanding, mereka terlihat sempurna jika bersama.
Sulli menyambut kedatangan Chanyeol dengan pandangan yang sangat berseri. Aku sampai memalingkan wajahku karena tidak sanggup untuk melihatnya, terlebih Chanyeol terlihat sama berserinya ketika melihat pasangannya tengah berdiri menunggunya di atas sana. Melihatnya seperti itu membuatku marah tanpa alasan.
Ketika Chanyeol sudah berdiri tepat di samping Sulli. Petuah pun mulai membacakan kalimat-kalimat suci, sejenis perafalan doa dan ucapan nikmat dan syukur kepada dewa atas apa yang sudah diberikannya. Semua orang menundukkan kepala dan menutup matanya, meresapi doa itu kedalam masing-masing jiwa dan raga.
Setelah membacakan kalimat-kalimat suci, petuah pun mempersilahkan masing-masing dari mereka untuk membuat goresan kecil dari pisau kaca yang sudah di sediakan di samping wadah. Chanyeol terlihat santai ketika menggores telapak tangannya dengan pisau itu berbanding balik dengan Sulli yang sedikit terlonjak ketika pisau kaca itu menggores telapak tangannya. Setelah darah mengalir dari sana, mereka pun mengarahkan tangan mereka bersamaan ke atas wadah itu. dan membiarkan darah mereka menetes masuk ke dalamnya.
Entah, aku merasa ada yang aneh di dalam diriku. Sulli memang terlihat sangat menawan hari ini. namun pandanganku tidak bisa lepas dari pasangannya. Susah sekali untuk memalingkan wajahku darinya.
Setelah sekian detik kemudian, air murni itu tetap bercampur dengan warna merah dari tetesan darah mereka. Semua pendatang menunggu moment dimana air murni itu berubah menjadi tak berwarna dan bening, tak disangka hal itu ternyata menunggu waktu lebih lama.
Ibu yang tengah berdiri tepat di sampingku segera menyampir tanganku untuk digenggamnya, aku sedikit terkejut ketika mendapati genggaman ibu yang cukup erat. Apa yang sedang ibu pikirkan? Apa ada sesuatu yang menganggu pikirannya?
Setelah sekian lama menunggu air murni itu berubah warna, seisi kawasan aracelli menjadi ramai begitu air murni itu akhirnya merubah warnanya juga. Namun ke arah yang berbeda. Bukannya berubah menjadi tak berwarna dan bening, air murni itu malah berubah warna menjadi warna hitam yang pekat. Seluruh Elvish yang hadir terkejut ketika mendapati hasil yang sangat tidak terduga
"K-kenapa ini?" ucap Sulli dengan bibir bergetar, ia memutar kepalanya ke arah sang Astra dan menatapnya dengan penuh tanda tanya. Sedangkan sosok yang ditatap sama-sama tidak tahu menahu akan hal itu.
"Ini tidak mungkin..." ucap sang petuah "Warna hijau tua adalah pertanda bahwa di antara keduanya hanya Estelle yang mempunyai sifat murni, warna hitam pekat pertanda bahwa di antara keduanya hanya Astra yang mempunyai sifat murni sedangkan tak berwarna adalah tanda kemurnian dari keduanya, jadi..." sang petuah itupun menatap sulli dengan geram
"K-Kau... kau bukanlah Estelle murninya!" tuding sang petuah ke arah Sulli yang kini sudah bergetar hebat dan ketakutan. Raut wajahnya yang sebelumnya terlihat berseri kini berganti dengan warna pucat pasi. Mendengar pernyataan langsung dari sang petuah suasana halaman aracelli yang sebelumnya berjalan khidmat kini berubah menjadi ricuh dan kacau balau. Terdengar suara lengkingan para Elvish yang panik dan marah. Melihat reaksi itu, Sulli kehilangan kesadarannya dan segera di tangkap oleh Chanyeol ke dalam pelukannya
"Bumi arda akan segera dilanda bencana!" ucap salah satu Elvish di belakangku.
"Bagaimana bisa Estelle murni bisa dipalsukan, ini sungguh gila!"
Di tengah kekalutan yang mendera. Kini, aku tengah berdiri mematung menatap kearahnya. Jantungku berpacu dengan cepat ketika tatapanku bersibobrok dengan sorotan mata yang dalam. Aku tidak pernah merasakan ini sebelumnya, namun harus kuakui ini terasa sangat menyenangkan dan aku merasa nyaman untuk merasakannya.
Entah apa ini, aku tidak dapat mendeskripsikannya. Semuanya terjadi begitu saja dengan cepat. Aku tau, ia kini tengah membawa Sulli yang berbaring dalam pelukannya. Namun pandangannya itu tetap tak bisa lepas untuk memandang manik mataku yang juga membalas tatapannya. Entah.. aku merasa tatapan itu sama seperti tatapan yang ia berikan kepada Sulli saat ia pertama kali menaiki aracelli. Pandangan yang dalam dan tak kalah berbinar.
"Baekhyun-ah kita harus pulang" tiba-tiba ibu menarik lenganku untuk meninggalkan kawasan, membuat pandangan kami mau tak mau terputus karena tarikan itu. Apapun alasannya, aku merasa sedih ketika ibu memutuskan pandangan kami.
Sesekali aku pun menengok ke belakang untuk kembali menatapnya yang masih mematung di atas aracelli, anehnya debaran asing itu tetap ada.
Dewa, apa lagi yang kau coba lakukan kepadaku?
.
.
.
.
To Be Continued
Catatan author:
HELLO FELLAS~~I AM BACK
11k words untuk kalian semua, semoga kalian suka!
big loves,
Hapkidotwink
