Hinata sebenarnya benci berada di lingkungan seperti ini. Di mana kupingnya tuli dan asap mengandung nikotin berterbangan di udara.
Yang lebih merisaukannya bukanlah soal dimana ia berada, di sebuah klab malam ternama yang sedang mengundang DJ yang populer. Tidak. Hinata tidak anti kepada dunia malam seperti itu. Sebab ia juga pernah merasakan menjadi muda dan berkeliaran di sana.
Tapi sekarang ia sudah dua puluh empat tahun dan baru saja bertunangan. Nah, demi jagad raya, apa kata calon suaminya-si Neji yang menjunjung tinggi tingkah polah ala bangsawan, ketika ia melihat Hinata masih berkeliaran di klab malam jam sebelas?
Ia mengerang ketika ia mengingat kejadian siang tadi. Bagaimana ia secara dramatis berhasil naik jabatan. Ia pernah berjanji pada keempat teman ceweknya akan mentraktir mereka di Red Lotus. Dan dengan pongah akan membayari apapun yang mereka pesan karena ia dipastikan sebagai Assisten CEO.
Well, dalam jenjang kariernya, itu berarti bagus. Sialnya, atasannya adalah si Madara Uchiha.
Iya, Madara si fourty something jomblo yang punya lidah tajam. Sok perfectsionis, bujang lapuk yang Hinata yakin udah menyebar benih kemana-mana.
Cih. Hinata mual membayangkan ketampanan si Uchiha. Si Madara itu adalah bajingan tua yang beruntung. Sebutlah dalam bahasa keren perfect lucky bastrad.
Luar biasa tampan sekaligus luar biasa menjengkelkan. Dalam sebulan dia sudah berganti enam assisten. Rekor super untuk perusahaan itu.
Jadi ketika jam tujuh malam Ino datang menjemputnya, ia begitu antusias dan memilih sebuah mini dress blink-blink warna silver yang mencolok.
Oh, tentu saja, aura keberhasilan harus dipamerkan bukan?
.
.
TOXIC*
.
An original story by: Poochan
Naruto * MK
Toxic-by Britney Spears
MadaHina
Standart warning applied
M
Drama/Romance
.
.
(Dedicated to my beloved twins ffn* D'Mbik, untuk partisipasi dalam dunia biru. Selamat hari jadi kita yang ke 2. Yang walau telat banget. Serta Isna Chan yang demen banget ama om-om pedo. Of course si Ookami Nyan- karena menyebarkan virus cinta Madara)
.
.
Enjoy (^_^)v
.
Kesalahan pertama Hinata adalah memilih Red Lotus pada hari itu.
Kenapa mesti jum'at malam?
Sehingga pengunjung membludak karena diundangnya Sasuke Uchiha, DJ yang namanya begitu melejit akhir-akhir ini. Itu artinya ada banyak kemungkinan ia bertemu dengan bos ganteng tapi berengsek.
Bos yang tadi pagi menatapnya lapar dan mengintip belahan dadanya dengan berpura-pura menjatuhkan pulpen dan meminta Hinata untuk mengambilnya.
Lucunya Hinata memang suka mengerjai si berengsek Madara. Termasuk mengenakan blus sutra berwarna putih dan memakai rok pensil hitam di atas lutut.
Rasanya puas bisa mengerjai si tua bangka itu setelah apa yang terjadi beberapa waktu yang lalu.
Tentu saja Hinata tidak akan melupakan tangan nakal Madara yang bergentayangan ke paha dalamnya ketika ia berada di lift yang sama. Dan Hinata benci setengah mati pada bujang lapuk itu karena berhasil memperdayanya dan mencuri ciuman panas dalam waktu enam detik yang menyiksa.
Oh sialan!
Lelaki itu berhasil merubah mainsetnya. Membuat matanya terbuka lebar. Dulu ia kira, akan aman berada dalam bayangan Madara karena pria itu terlihat dingin, tak mudah terprovokasi, profesional, cekatan, praktis dan tak mungkin mempunyai kelainan seksual berupa pedofilia.
Demi jagad raya!
Mereka terpaut delapan belas tahun. Pria tua itu berumur empat puluh dua dan dia baru saja dua puluh empat. Bayangkan perbandingannya. Ketika Hinata lahir ke dunia, Madara mungkin saja sudah menjelajahi lekuk-lekuk tubuh wanita pada jamannya. Bahkan sudah mencetak anak yang mungkin seumuran Hinata.
Berita buruknya. Madara sama sekali tidak terlihat seperti lelaki berumur empat puluh tahun lebih. Selera eksentriknya berhasil mengelabui semua mata, dan mengasumsikan bahwa umurnya hanya lebih tua sedikit dari Itachi. Sekilas pandang, lelaki yang semua otot bisepnya bagus dengan tonjolan delapan kotak di perut serta rambut panjang seperti seorang rocker itu seperti lelaki yang berumur awal tiga puluhan. Nyatanya semua penampilan bisa menipu kan.
Hinata goyah.
Tentu saja. Pesona matang Madara merayunya. Bukannya Neji tidak bagus. Tapi kematangan Madara dan juga pengalamannya membuat Hinata seolah terhipnotis. Madara itu pria bukan cowok. Yang tahu prioritas, mengintimidasi dan tipe alfa-posesif-aktif.
Jika saja otaknya seperti Ino, Hinata jelas sudah berakhir di ranjang pria itu. Dan mengabaikan perjuangannya demi napsu. Sialan!
Hinata punya passion terhadap pekerjaannya. Dan ia punya ambisi dalam karier. Ia tak ingin berakhir sebagai 'ibu direktur' dalam kata harfiah. Di mana ia hanyalah istri direktur. Tidak!
Ia ingin memimpin dan itu akan sulit jika ia berada dalam pesona memabukkan si Madara itu. Madara adalah racun. Dalam perjalanan profesionalismenya. Dan Hinata benci harus mengakui jika ia begitu mabuk dan ingin di sentuh oleh orang yang ia benci.
Bersikap tsundere uh-?
Persetan!
***Toxic***Poochan***
Truth or dare.
Berawal dari sanalah semua bermula.
...
..
Hinata mencecap sedikit cairan bening berwarna kehijauan dengan perasan lemon yang menyegarkan. Lalu memandang temannya malas ketika ujung botol yang diputar justru menunjuk ke arahnya.
Jujur saja ia malas meladeni ulah konyol Sakura, Tenten dan juga Ino yang kali ini begitu mengejeknya dengan membawa teman kencan masing-masing. Sakura dengan si Blonde yang biasanya. Ino yang kali ini membawa teman instagramnya Sai si animator. Dan Tenten yang mengajak bocah riang si Rock Lee.
"Truth or dare, darling?"
Hinata menggigit bibir. Truth hanya permainan untuk seorang pengecut. Tapi dare bisa berakibat fatal jika diucapkan oleh orang yang tidak tepat. Berhubung Inolah yang pertama memutar botolnya, bisa diasumsikan sebagai bencana jika permintaannya aneh-aneh.
"Truth." Hinata memandang Ino yang tersenyum culas.
"Oke, darling. Berapa kali kau make love dengan tunanganmu?"
.
.
(*Hinata Pov)
Sudah kuduga akan jadi begini. Haruskah kujawab jika aku masih perawan? Hello! Aku bukan seorang nerd yang berada di perpustakaan sepanjang hari. Dan kurasa aku cukup populer di sekolahku. Sayangngnya aku memang dibesarkan dalam lingkungan asrama wanita. Hingga aku akhirnya bisa masuk universitas bergengsi dengan gender yang tercampur. Itupun aku sudah ditunangkan dengan Neji. Jawaban apa yang harus kuucapkan? Jika Neji begitu menjunjung norma?!
Kepalaku menggeleng.
"Kalau begitu kau harus terima dare-nya."
Aku menarik napas, mengumpulkan keberanian.
"Cium siapapun lelaki yang duduk di meja ketiga di depan meja bartender."
"Kalau kosong?" Aku tersenyum culas. Berharap Ino akan memberiku tantangan lain seperti mengajak seseorang berdansa sexy.
"Tunggu hingga terisi." Ino tak ingin kukelabui dan dengan sabar melihat penderitaanku dengan senyum culas yang terlihat menjengkelkan.
...
..
.
Jika otakku tidak sewaras sekarang. Mungkin aku sudah melayangkan granat aktif ke sekumpulan pria-pria berengsek yang memandangku seperti kalkun panggang di perayaan thanks giving.
Ketika aku berjalan dengan tenang menuju konter bartender aku mengumpat-ngumpat dalam hati. Karena aku paling benci mata tajam seperti samurai yang diam-diam memburuku seperti elang. Terutama pria dengan tuxedo yang begitu pas ditubuhnya.
Aku heran apakah ia selalu sesempurna itu. Bahkan jas hitamnya tak mampu menyembunyikan tegapnya dadanya. Dan aku membayangkan bulu-bulu halus yang mungkin bisa kupegang dan berada di balik kemeja putihnya yang begitu rapi.
Ah, coktail sialan.
Belum apa-apa aku sudah terbuai dengan imajinasi fiktif.
Uchiha Madara melambaikan tangan ke arah DJ Sasuke yang saat ini ternyata berulang tahun. Oh betapa idiotnya aku. Sasuke dan Madara adalah keluarga. Dan Red Lotus adalah klab pribadi Uchiha.
Sial-Sial-Sial..!
Madara tampak begitu seduktif dengan tuxedonya. Dan celana yang menggantung indah di pinggulnya. Demi Neptunus yang merajai lautan. Aku menepuk pipiku demi mengumpulkan kesadaranku agar tidak terbuai oleh jerat si keparat Madara.
Dia berjalan begitu dekat dengan tempatku berdiri. Dan aku menelan ludahku susah payah karena hormon sialan dan coktail rasa mangga yang membuat efek blur pada mataku. Dan sialnya Madara berkali-kali lipat lebih bajingan dan hot.
Dia berjalan penuh percaya diri dan dengan senyum ala setan yang begitu angkuh sekaligus menggoda. Dan ketika ia melewatiku tangannya yang bebas dengan nakal menepuk bokongku.
Damn! Sialan kau Madara.
Dia terkekeh pelan dan menampakkan gigi gingsul yang membuat napasku tercekat.
Sensasi perih dan panas yang berasal dari telapak tangannya yang menepuk keras bokongku membuatku meringis. Apakah ia selalu seperti itu terhadap wanita? Bermain kasar-uh?!
Dan semua kegilaan ini semakin menjadi saat ia kemudian duduk di kursi ketiga.
Apakah Tuhan baru saja mempermainkanku? Dari semua kursi kenapa pria itu suka angka ganjil? Aku menggigit pipi bagian dalam. Menganalisa kemungkinan ia mendengar tantangan Ino. Namun semua kemungkinan itu patah ketika si keparat itu tidak dalam radius sepuluh meter dari tempat kami duduk. Apalagi dengan kondisi bahwa bar ini sangat berisik. Sangat kecil ia mendengar permainan kami.
Aku menggertakkan gigi sekaligus menghentakkan kaki. Merasa kesal terhadap semua kebetulan yang tampak menguntungkan untuk si perfect lucky bastard. Sial.!
.
.
.
*normal pov
.
Musik berubah, dari techno ke -oup beat techno. Lagu toxic dari Btithney Spears membahana. Tangan terampil Uchiha Sasuke meramu lagu itu dengan sangat ciamik.
Hinata menggeram pelan saat ia melihat Madara yang duduk dengan posisi menantang sambil mengangkat gelasnya yang berisi cairan bening ke depan mulutnya sebagai undangan ke arah asisten barunya.
Hinata mendengus, dengan gerakan anggun berjalan ke arah si bos yang menyunggingkan seringai menggoda yang menyengat egonya.
Orang-orang mulai menggila di lantai dansa. Dan Hinata benci berada dalam pesona si bujang lapuk.
.
(A guy like you should wear a warning)
Pria sepertimu seharusnya mengenakan papan peringatan
(It's dangerous)
Kau berbahaya.
.
Hinata nyaris tertawa karena lagu yang harusnya menaikkan gairah itu justru terdengar seperti sindiran yang tajam untuknya. Nyatanya Madara memang luar biasa berbahaya. Dia type lelaki yang tak bisa ditolak. Baginya hanya ada dua opsi. Musuh atau sekutu. Tidak ada zona abu-abu. He's a shark. Jenis lelaki yang akan memakan seluruh musuhnya dengan sadis. Tanpa meninggalkan bagian yang tersisa. Berurusan dengannya adalah sebuah resiko.
Berita buruknya. Dia adalah lelaki yang pandai menggunakan segala aset yang ia miliki. Termasuk kekuasaan serta tubuhnya. Hinata memutar mata jengah seperti sekarang, karena merasa dunia sedang mengoloknya.
.
.
I'm falling
Dan aku terjatuh
There's no escape
Tak bisa melarikan diri
.
.
Sudah terlambat untuk lari. Saat Ino mengacungkan gelas bertungkai panjang yang terisi dengan sampange buah persik.
Jelas saja, brand ambassador untuk iklan produk kecantikan dari Uchiha's Beauty itu tidak akan membiarkan Hinata lolos dan mangkir dari peraturan mainnya.
Baiklah..
Hinata menarik napas dan meneguhkan hati. Memandang Madara dengan dagu terangkat tinggi-tinggi.
.
Berjalan dengan tenang mendekati sang Hiu. Lalu dengan adegan seduktif mengerling manja, menarik kerah tuxedonya dan melumat dengan ganas nos besar yang senang sekali membuatnya menderita. Terutama fakta bagaimana pria itu membuat Hinata mendambanya dalam diam yang benar-benar menyebalkan.
.
(With the taste of your lips I'm on ride)
Dengan rasa bibirmu aku melayang
(You're toxic)
Kau beracun,
(I'm slippin' under)
Aku dibawah pengaruhnya
(I'm addicted to you)
Aku mencandu dirimu.
(Don't you know that you're toxic)
Tak tahukah bahwa dirimu beracun?
.
.
Sial.
Hinata mengumpat dalam hati ketika dengan ia benci ciuman panas mereka harus berhenti.
Jujur saja, si bajingan itu good damn kisser. Bahkan Neji saja lewat. Bagaimana sebuah ciuman bisa mengakibatkan ia terbakar. Hinata ingin lebih dan bahkan membayangkan yang iya-iya.
Sial. Keparat. Bangsat.
Bahkan semua makian itu tidak pernah cukup untuk memaki Madara yang mendapatkan siulan dari rekan-rekannya.
"Euuuiiihhh- You two must get a room." Si bartender berambut perak melempar sebuah kunci khusus bergagang emas.
Dan Madara meraih pergelangan Hinata dan dengan sekali sentakan membuat Hinata merangsek ke depan, bibir merahnya meninggalkan jejak di kemeja putihnya yang berbau kayu manis.
Hinata memekik ketika dengan gaya arogannya tubuh Hinata terangkat. Perutnya yang bergejolak ketika Madara dengan tenang menggendongnya seperti kuli. Menyebabkan Hinata hilang keseimbangan karena terus bergerak.
"Plak!"
Dan kebiasaan Madara menampar bokongnya masih berlanjut. "Berhenti bergerak, gadis nakal," kekehnya menyebalkan.
Dan pria itu melangkah bak dewa Zeus saat semua menyingkir memberikan jalan. Dan bahkan sempat sempatnya melambaikan tangan dan berkata denagn nada serak, "Sorry, we're newlyed-"
Damn!
***Coffee Break***
A/n:
Hai..
Poo datang lagi :)
Maaf ya update yang ini dulu (*) ojigi.
Bukannya poo mau mangkir nih. Tapi apa boleh dikata. Selain masalah teknis dan juga non teknis, saya lagi malas mikir yang berat-berat uy..
.
.
Apalagi mood saya jatuh bangun begini. Jujur publish ni aja saya lagi banyak problem. Kerjaan juga sih- but nothing so personal. Cuman ya gitu, saya- benar-benar marah- istilah monsternya sih destroyed mode. Udah nggak angry mode lagi.
Seorang anak magang yang saya acc tiba-tiba bikin kacau. Dan yang bermasalah ama dia sih bukan satu dua orang. Setengah populasi tempat kerja saya. Bayangkan aja ituh. Berapa banyak masalah yang harus saya bereskan.
Kalau saja dia cowok. Sekali bogem selesai, nah ni cewek braaayyy-
Mulutnya ama kelakuannya nggak sinkron. Ngadu domba setengah populasi, membuat desas-desus yang jelek nama perusahaan ke publik. Bahkan pacarnya si nona magang ini berulah pula di tempat kerja.
Dan saya HARUS membereskan pekerjaan yang menyangkut dirinya. That's was stressful, emosional, and tired!
Tapi setelah perjuangan itu. Berakhir damai sejahtera setelah saya mengeluarkan bom yang ada di dalam otak. I never mad like this before. Poochan mode destroyed itu mengerikan.
Saya nggak akan marah-marah. No. This is not me. Saya cukup bilang. "Selalu ada catatan dalam ingatan saya. Mulutmu harimaumu. Pencemaran nama baik itu paling ringan 3bln penjara. Perbuatan tidak menyenangkan juga 3 bln penjara."
Trus saya kasih smirk (*kata cowok saya-'sanyum loe tuh songong, kliatan ngremehin banget')
Iya emang.
Trus saya bilang ke cowoknya, "Jadi orang gak usah SOTOY. Gak tahu masalahnya jangan koar-koar trus ngluarkan asumsi sendiri. Kamu nggak kerja di sini. Tapi kamu bikin ulah dengan menyebarkan fitnah di luaran sana."
"Saya nggak suka ngurusin hal remeh temeh begini. Masalah ini harus selesai hari ini juga. Saya gak mau ngurusi urusan remah-remah rengginang (*sebutan masalah kecil yang terlalu dibesar-besarkan)"
And then saya panggil anak-anak yang punya masalah sama tu anak. Biar mereka ketemu smua. Si cewek magang, pacarnya yang sok hero tapi nggak tahu diri. Dan keduanya terlibat drama picisan yang bikin saya mual.
Yang jelas they out. Saya nggak suka menampung masalah.
Okey. Abaikan curhatan gaje saya.
Hanya sedikit intermezo saja. Jika kalian berada di tempat yang baru, biasakan diri untuk menerima budaya yang ada di tempat itu. Bertanya bila tidak tahu. Dan jangan menjadi musang berbulu ayam (*di depan muji di belakang nggosipin).
Just be your self. Yang paling penting itu, jujur.
Sekian.
Eh, ada lagi ding-
Boleh dong saya minta riviewww~ (*kedipin mata)
Sincerly;
Poochan.
