Detective Conan/Case Closed by Aoyama Gosho

.

Rated : T

Genre : Drama, Romance, (maybe) Fluff

Warning : OOC, Typo(s), dll.

...

..

.

Amuro dan Sera saling duduk berhadapan satu sama lain. Masing-masing dari mereka menatap lawan bicaranya.

"Jadi, pertanyaan apakah yang ingin kau ajukan padaku?" tanya Amuro setengah meremehkan. Ia sangat yakin bisa menyelesaikan apa pun pertanyaan yang akan diajukan gadis tomboy di depannya.

Sera menurunkan kedua tangannya yang tadi menyangga dagu dan mengganti posisinya menjadi saling menautkan jari-jarinya. Sama sekali tidak ada ekspresi menantang di wajahnya.

"Kenapa perempuan bisa menyukai laki-laki?"

"Hah?"

Amuro tidak salah dengar bukan. Kenapa malah pertanyaan absurd seperti itu yang keluar dari mulut Sera? Dan lagi ia sudah menyiapkan telinga untuk mendengar rentetan kasus yang bisa mereka diskusikan jalan keluarnya dengan kening berkerut. Bukannya malah pertanyaan sederhana yang bukan dia ahlinya untuk bisa menjawab.

Tapi Amuro tidak akan merendahkan harga dirinya dengan menggeleng tidak tahu sambil memasang wajah bodoh.

"Well, mungkin karena... cinta," jawabnya setengah tidak yakin.

Sera menjentikkan jarinya di udara. "Nah! Apa itu cinta? Seperti apa rasanya? Dan bagaimana penyelesainnya jika kau terlibat masalah dengannya?"

Amuro menelengkan kepalanya. "Pertanyaanmu aneh. Aku tidak bisa menjawabnya."

"Meski kau lebih senior dibanding aku?"

Amuro berkedut kesal. "Kau menyebutku tua?"

Sera hanya meringis.

"Maaf saja, tapi aku tidak akan bisa menyelesaikan masalahmu." Jawab Amuro yang kontradiksi dengan keyakinannya di awal. "Dan kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti ini? Jika kau dalam masalah cinta, kau bertanya pada orang yang salah."

Srooot! Srooot! Srooot!

Sera menyedot habis lemon tea miliknya yang sudah tidak lagi manis karena bercampur dengan lelehan air es batu. Gadis itu menyingkirkan gelasnya ke samping tanpa takut akan jatuh, tapi Amuro langsung memindahkannya ke meja lain karena ia lebih mengkhawatirkan kelangsungan fungsi guna gelas kaca itu. Ia tidak perlu cemas ada pelanggan yang datang karena cafenya sudah tutup. Tapi terpaksa harus terbuka khusus hanya untuk gadis SMA yang tiba-tiba mendatanginya dengan pertanyaan aneh yang diajukannya tadi.

"Aku tidak memiliki masalah seperti itu, karena aku memang tidak tertarik dengan urusan asmara," ujar Sera.

"Lalu? Kenapa kau bertanya itu padaku? Kau tahu, hasilnya percuma."

"Ran dan Sonoko sedang dalam masalah itu, begitu juga teman mereka yang dari Osaka, Kazuha. Mereka menjadi murung dan kadang marah tanpa alasan yang jelas."

Amuro menyeringai. "Jadi kau merasa tidak berguna dan datang memohon bantuanku, begitu?"

Sera tidak mau mengakuinya tapi ia tidak bisa mengelak. "Karena itulah, kupikir karena kau cukup populer kau bisa membantuku."

"Sudah kubilang itu sia-sia. Karena aku juga tidak memiliki pengalaman cinta seperti itu," jawab Amuro dengan memalingkan wajah.

"Eh?"

"Apa-apaan dengan ekspresi terkejut bercampur iba di wajahmu itu? Jangan mengejekku."

"Ups. Aku hanya tidak menyangka saja, seseorang sepertimu yang serba bisa dan cukup popoler tidak memiliki..."

"Kau. Kenapa kau juga tidak memilikinya? Sebenarnya kau gadis yang cukup manis dan kuat meski kelakuanmu tidak bisa disebut seperti gadis serta dadamu juga rata."

Ganti Sera yang berkedut kesal. "Kau memuji atau menghina?"

"Keduanya," balas Amuro dengan tanpa rasa bersalah.

"Padahal aku punya harapan besar dari seorang pelayan cafe yang serba bisa sepertimu," keluh Sera.

Melihat raut murung itu Amuro jadi merasa sedikit bersalah. "Karena kita sama-sama tidak tahu, bagaimana jika kita menguraikannya bersama?" tawarnya memberi harapan.

"Bukan ide buruk. Jadi, menurutmu cinta itu perasaan seperti apa?"

Amuro hanya diam selama beberapa detik. Dan ia berpikir keras. "Perasaan tidak ingin kehilangan? Selalu ingin bersamanya dan tidak ingin ada hal buruk yang menimpanya."

Sera mengangguk. "Aku juga berpikir sama sepertimu. Tapi aku tetap tidak mengerti bagaimana perasaan itu meski aku tahu definisinya."

"Aa."

Amuro kehabisan kata-kata. Ia mengerti yang dirasakan gadis itu, karena sebanyak apa pun ia bicara Amuro juga tidak akan bisa memahami perasaan seperti itu tanpa merasakannya sendiri.

Mereka berdua hanya termenung. Saling diam sambil memikirkan sebuah topik yang mungkin terdengar konyol di telinga mereka jika dibandingkan dengan kasus pembunuhan di dalam ruangan yang mustahil dilakukan.

"Trial and error..."

Amuro dan Sera mengatakannya secara bersamaan dan langsung tatap satu sama lain. Sedetik kemudian mereka tertawa riuh dengan kata yang keluar dari mulut mereka.

"Kita pasti bodoh jika mengatakan ingin mencoba cara itu untuk mengetahui apa itu cinta," ujar Sera di sela tawanya.

"Itu tidak mungkin. Mustahil."

Mereka melanjutkan tawa mereka yang lalu menjadi surut. Sera dan Amuro berhenti, kemudian saling tatap. Mereka diam dan baru menyadari kalau ternyata tidak ada yang salah dari cara trial and error itu.

Dan tak tahu mengapa, hanya lewat kontak mata itu mereka berdua bisa di dalam satu pemikiran.

Amuro memandang gadis di depannya dengan serius. "Jadi, bagaimana? Mau mencoba trial and error ini?"

Sera menelengkan kepalanya. "Ya. Mungkin patut dicoba."

"Aku dan kau. Mau mencobanya bersama? Denganku?"

"Oke."

"Jadi, mulai saat ini kita adalah sepasang kekasih?" Amuro memastikan hal yang tidak perlu.

"Ya. Dalam masa trial and error."

.

.

.

"U-uuh..."

Masumi Sera meregangkan seluruh badannya. Ia menggeliat saat akan bangun dari tidurnya. Sera mengucek matanya sebelum meraih ponselnya yang terus bergetar—hal yang membuatnya terbangun.

Selamat pagi dear. Apa kau mimpi indah semalam?

Jangan terlambat bangun atau kau bisa terlambat.

Hei, bisakah kau mampir sepulang sekolah? Aku akan membuatkanmu menu spesial.

Selamat menjalani hari sebagi kekasihku mulai hari ini, Masumi-chan.

Sera mengerutkan dahi. Kenapa ada pesan sampah yang masuk di ponselnya pagi-pagi begini? Dan lagi, itu cukup banyak.

Ia baru akan mengutuki si pengirim pesan tapi ia baru saja teringat sesuatu.

"Jadi, mulai saat ini kita adalah sepasang kekasih?"

Ah, benar juga. Amuro adalah kekasihnya sekarang. Tidak heran jika laki-laki itu mengiriminya pesan. Ia memainkan perannya dengan baik.

Drrrrt. Drrrrt.

Sera kembali mendapat pesan dari Amuro. Ia tersenyum membaca pesan yang hanya berisi gambar hati itu. Sera mengetikkan balasannya cepat dan beranjak ke kamar mandi.

Selamat pagi juga. Aku akan mampir sore nanti. Sampai nanti.

Sera juga tidak lupa menambahkan gambar hati di akhir pesannya.

"Mulai tadi malam aku pacarnya Tooru-kun ya?"

...

..

.

Finishied