Title: Breast Treatment
Author: applecocoa
Rating: M
Pairing: Kaisoo
Genre: GS, Smut
Warning: Genderswitch/GS, kebanyakan dirty talk, abal, gaje, typos, dibuat sama author yg belum berpengalaman -_-
Disclaimer: I just own the story :)
Summary: Kyungsoo pergi ke gym untuk memperbesar ukuran dadanya. Sejak saat itu, dia harus menerima 'terapi hormon' dari Jongin, instrukturnya / "Aku bisa membuatnya jadi ukuran DD dalam waktu 3 bulan." / "Sepertinya itu hanya akal-akalanmu saja Tuan Hitam." / "Ini cukup mudah. Diam dan jangan menolak." / KAISOO FIC. GENDERSWITCH
Author Notes: Ide ini tiba-tiba dateng waktu dicurhatin temenku yang enggak pede karena 'itu'-nya kecil. Dan jangan salahin saya karena Kaisoo couple bikin nafsu. wkwk
"Ehm… eonni," Kyungsoo menepuk pelan lengan seorang wanita dengan tampilan sporty. Dia membaca nametag yang di baju perempuan itu. Byun Baekhyun.
"Iya ada apa adik kecil? Gym untuk anak-anak ada di dekat kolam renang," ujarnya sambil tersenyum.
Kyungsoo merengut. "Aku bukan anak-anak. Umurku sudah 17 tahun!" protesnya kesal.
Baekhyun melongo. Dia memandangi Kyungsoo dari atas hingga bawah, mencari bukti bahwa perempuan didepannya benar-benar seorang remaja.
Kets biru muda, okelah. Kets universal untuk segala usia.
Kaos kaki putih… oke – oh tidak coraknya pororo. Dia pasti masih 12 tahun.
Hot pants baby blue… hmm kalau dia 12 tahun orangtuanya tidak akan memperbolehkannya memakai ini. Dia pasti sudah 15 tahunan.
Kaos putih… bergambar pororo lagi? Yah! Dia sebenarnya usia berapa sih?
Jaket tipis baby blue… baiklah, ini juga universal.
"Begini, aku tidak bisa memastikan umurmu karena penampilanmu sangat meragukan," ujar Baekhyun.
Kalau ini lapangan, Kyungsoo pasti sudah menjerit-jerit seperti orang gila. Mau sampai kapan dia dikira anak kecil? Memang semengerikan apa sih tubuhnya ini?
Dia segera menunjukkan benda yang selalu dibawanya kemana-mana, kartu pelajar. Ini adalah senjata ampuh untuk mengantisipasi orang-orang yang tidak percaya bahwa dia sudah remaja. Dia mengetuk-ngetuk bagian tanggal lahir dengan telunjuknya.
"Eh uh, jadi kau benar-benar sudah besar ya," gumam Baekhyun.
"Baekhyun-ssi, aku ingin berolahraga di gym ini. Dan aku ingin …" Kyungsoo memandang kiri dan kanan, kemudian berbisik pelan, "menambah ukuran payudaraku."
Baekhyun melebarkan kedua matanya. Tapi tidak aneh juga sih jika melihat keadaan Kyungsoo sekarang.
"Baekhyun-ssi bisa melatihku, 'kan? Targetku dalam 4 bulan cup bra-ku menjadi B," bisik Kyungsoo malu-malu.
"Maaf Kyungsoo, aku bukan instruktur. Tapi aku punya teman instruktur yang terpercaya."
.
.
.
"La… laki-laki?" bisik Kyungsoo tidak yakin. "Tapi aku malu, Baekhyun-ssi."
Kyungsoo memandang dua orang instruktur yang sedang memberikan arahan kepada dua orang pria dewasa. Dari nametag mereka, Kyungsoo bisa mengetahui bahwa instruktur yang tinggi bernama Chanyeol, sedangkan yang berkulit agak hitam bernama Jongin.
Baekhyun bilang, Jongin yang akan melatih Kyungsoo. Jongin hanya setahun lebih muda darinya, jadi dia pasti lebih mengerti masalah anak SMA jaman sekarang.
Setelah dua orang dewasa itu selesai berlatih, Jongin mendekati Baekhyun dan Kyungsoo. Awalnya Kyungsoo kira Baekhyun yang akan mengatakan semuanya pada Jongin, tapi ternyata tidak. Wanita itu langsung pergi ketika Chanyeol memanggilnya. Dia terpaku begitu saja ketika Jongin lewat di depannya. Harus bagaimana dia mengatakan pada pemuda ini?
"Hey, pintu keluar ada disana," ujar Jongin sambil mengelap keringat. Dia menunjuk sebuah pintu dengan dagunya.
Hah? Aku diusir?
"Hey Tuan Hitam, aku kesini untuk olahraga," Kyungsoo berkacak pinggang kesal.
"Hah?" Jongin memandang perempuan didepannya lekat-lekat. "Aku benar-benar tidak mengerti apa yang perempuan inginkan. Badan kecil begitu masih saja ingin dikecilkan."
"Yah! Siapa bilang aku ingin mengecilkan badan!?" ujar Kyungsoo tersinggung. Iya, dia tahu kok badannya kelewat kurus. Tiap malam saja dia berdoa agar makanan yang dia makan lari ke perut, bukan cuma ke pipi saja.
"Oh jadi kau tidak ingin mengecilkan badan. Lalu apa yang kau inginkan? Melihatku?" goda Jongin.
"Percaya diri sekali kau, Tuan Hitam," Kyungsoo mencibir. "Aku kesini untuk… hmm." Jongin menunggu jawaban Kyungsoo sambil meneguk air minumnya. Gadis didepannya bungkam sambil meremas-remas ujung jaketnya.
"Meninggikan badan?" tebak Jongin.
Kyungsoo tersentak. Badannya memang kecil. Dia juga sering berharap agar badannya bisa melar 5 cm, tapi sepertinya dia memang ditakdirkan untuk pendek. Dengan cepat dia menggeleng. Bukan itu tujuannya kesini.
"Mengecilkan paha?" tebak Jongin lagi.
Pahaku sudah kecil. Kyungsoo kembali menggeleng.
"Meningkatkan kemampuan kaki?"
Memangnya aku atlet? Jongin kembali melihat gelengan Kyungsoo.
"Lalu apa? Aku malas menebak. Kalau kau tidak ingin mengatakannya ya sudah, aku mau pergi sekarang," Jongin mengemasi barang-barangnya, lalu memanggul ranselnya dengan satu tangan. Sepertinya dia langsung pergi ke gym setelah pulang sekolah. Bisa dilihat dari seragam yang menyembul dari dalam ransel ketika dia sedang menutup tasnya.
Kyungsoo meraih ujung baju Jongin ketika pemuda itu akan keluar ruangan.
"Apalagi?" ucap Jongin kesal. Kalau Kyungsoo bukan perempuan, mungkin dia sudah tersangkut dengan sukses di ring basket. Ini adalah kali pertama Jongin bisa pulang awal, tapi perempuan ini membuat keberuntungannya tersendat begitu saja.
Dengan malu-malu, Kyungsoo mengarahkan telunjuk ke dadanya. Dia menegadah, memandang reaksi Jongin. Pemuda itu masih masih SMA dan dia instruktur gym, harusnya dia tahu. Semoga saja dia tidak salah menerjemahkan. "Aku mau… ini…"
Hening.
"Minta sana ke ibumu," ujar Jongin.
Kyungsoo mengerutkan dahi. Hah? Minta? Ke ibunya?
"Pororo 'kan?" tanya Jongin.
"AAAARRRGHHH KENAPA KAU TIDAK MENGERTI HAH!? INI SULIT DIJELASKAAAAAAN," jerit Kyungsoo.
.
.
.
"Aku benar-benar tidak tahu jalan pikir perempuan," Jongin menggaruk-garuk kepalanya, sedangkan Kyungsoo sendiri sedang merengut sambil melakukan pemanasan.
"Buka tanganmu lebih lebar, Payudara Kecil," ujar Jongin terang-terangan.
Kyungsoo melotot, begitu juga dengan orang-orang yang sedang berolahraga didekatnya. Kyungsoo melepas sebelah sepatunya dan meleparnya ke wajah Jongin.
BUK!
"ARGH!"
"Tuan Hitam, mati saja kau."
Sepanjang latihan, lelaki itu terus saja mengejek tubuhnya. Ingin rasanya Kyungsoo menyumpal laki-laki itu dengan sepatu yang tersisa di kakinya. Ada saja yang dikomentarinya. Dari dadanya yang seperti papan, pinggulnya yang seperti milik nenek-nenek rematik, pipinya yang sebesar perut balita, hingga…
"Sepertinya satu-satunya bagian tubuhmu yang bagus hanyalah bokong," ujarnya tanpa dosa.
"Jongin-ssi, bisa pelan sedikit? Daritadi kau membuatku risih. Kau tidak tahu orang-orang melihat ke arah kita? Kau tidak tahu mereka mengira aku akan diperkosa?" Kyungsoo berdumal.
"Well Kyungsoo, ini sebenarnya bagian dari latihan," ujar Jongin.
"Melihat senyum mesummu, sepertinya itu hanya akal-akalanmu saja Tuan Hitam."
Jongin memandang gadis kecil di depannya. Sepertinya gadis ini menarik. Perempuan lain yang digoda olehnya akan bertingkah seperti orang gila hanya karena senyum kecilnya. Tapi perempuan ini berbeda. Dirty talk yang dia keluarkan pun tidak bisa membuat pipinya memerah. Dia hanya akan berteriak, protes besar-besaran seperti orang demo, atau menendang bokong Jongin. Perempuan yang unik... dan berani.
"Tentu saja tidak, aku melakukannya sesuai prosedur," Jongin berkilah. "Kau pasti belum mendengar tentang terapi hormon. Dengarkan aku Kyungsoo-ah, salah satu penyebab seseorang bisa berubah bentuk tubuh saat remaja adalah karena hormon," Jongin memulai. Kyungsoo terlihat tidak memperhatikan, tapi Jongin tahu dengan jelas bahwa dia mendengarkan. Dia hanya sedang merajuk. Dia kesal karena terus-terusan diganggu olehnya. "Hormon juga mempengaruhi bentuk tubuhmu. Jika hormonmu tinggi, payudara dan bagian-bagian tubuhmu yang lain akan semakin terbentuk. Lalu..."
"Jangan betele-tele, Jongin," ujar Kyungsoo. Jongin menyeringai mesum. Benar bukan kalau dia mendengarkan? "Dan apa tadi? 'Kyungsoo-ah'? Aku setahun lebih tua darimu!"
Jongin ingin tertawa rasanya ketika dia melihat wajah polos itu sedang marah. Dia seperti anak kecil yang sedang mengintimidasi orangtuanya dengan laba-laba mainan. Matanya yang melebar, bibir tebalnya yang mengerucut lucu, alisnya yang bertaut... reaksinya sangat mengundang untuk dimangsa.
"Sebenarnya aku bisa mempercepat pembesaran payudaramu, Kyung," goda Jongin. "Dengan terapi hormon yang lain, yang lebih ampuh daripada sekedar terapi mental," dia menaik-turunkan alisnya.
"Bukan mental? Berarti… fisik? Tidak, terimakasih," Kyungsoo kembali mengerucutkan bibirnya.
"Ini tidak sakit kok. Dan sebenarnya sih, menyenangkan. Gundukanmu bisa berukuran B dalam waktu sebulan, bahkan aku bisa membuatnya jadi ukuran DD dalam waktu 3 bulan,"
Jongin tersenyum manis ketika Kyungsoo menatapnya. Sepertinya promosinya berhasil. Bocah kecil itu kelihatannya mulai tertarik. Apa kata-katanya di awal '..sepertinya itu hanya akal-akalanmu saja Tuan Hitam' sudah dia lupakan? Padahal kata-kata itu sepenuhnya benar.
"Kau tertarik, Kyungsoo?" Jongin memiringkan kepalanya.
Kyungsoo berhenti menjalankan butterfly press-nya. Keheningan menyelimuti mereka. "Apa itu... benar-benar bisa berhasil dengan cepat?"
"Kau meragukan instrukturmu?"
.
.
.
"Kau tinggal sendirian?" tanya Jongin ketika mereka berdua memasuki kamar Kyungsoo. Dari gerbang hingga memasuki kamar Kyungsoo di lantai dua, dia tidak melihat tanda-tanda adanya orang lain.
"Nanti malam mereka baru pulang," jawab Kyungsoo. Dia duduk di meja belajarnya. "Jadi apa yang harus kulakukan pertamakali?"
"Buka bajumu," ujar Jongin enteng. Sebuah bantal mendarat di kepalanya. "Kenapa? Aku harus mengukur payudaramu!" Kali ini sebuah kamus menghantam kepalanya. "Baiklah, mungkin langsung remas saja."
"KIM JONGIIIIIIINNNNN!" teriak Kyungsoo. Perempuan itu berlari mendekati pemuda tan itu, kemudian menghujaninya dengan cubitan dan pukulan. "Bisa - tidak - kau - berhenti - berkata - mesum!?" Kyungsoo memukul lengan Jongin keras-keras di setiap jeda.
Jongin hanya tertawa pada awalnya, tapi kemudian dia menjatuhkan Kyungsoo ke kasur dengan cepat. Tangannya mengunci tangan Kyungsoo, begitupun dengan kakinya. Kali ini dia tersenyum puas. Wajahnya berhadapan langsung dengan dada Kyungsoo, sehingga sang pemilik harus memalingkan muka jika tidak ingin wajah merahnya ketahuan.
Oh jadi selain menanyakan tujuanya ke gym, seperti ini caranya membuat dia malu?
"J-jongin apa yang...?" Kyungsoo gelagapan ketika tangan pemuda itu mulai menyentuh kaos dan jaketnya.
Kyungsoo tidak bisa berkutik ketika jaketnya dilempar ke sofa kamar oleh Jongin. Dia memandang ngeri kaosnya yang terlah tersingkap. Perut mulusnya terekspos begitu saja, begitu pula sebagian bra-nya.
"Wah sepertinya kau punya sesuatu untuk dibanggakan, Kyung. Bukan hanya bokongmu saja," Jongin mengecup sekilas perut Kyungsoo.
"Yah! Kim Jongin! Kau kesini untuk memberiku training cara memperbesar dada, bukan untuk mencium perutku!" protes Kyungsoo.
Wanita bermata besar itu meronta dibawah tubuh Jongin. Melihat tubuh kecil itu bergeliat-geliat tidak nyaman, Jongin hanya dapat menelan ludahnya. Apa anak ini sedang menggodanya?
"Jangan bergerak berlebihan, atau aku akan benar-benar memperkosamu."
Kyungsoo langsung berhenti ketika mendengar kata terakhir Jongin. Dia segera mengalihkan pandangan ketika kaosnya dibuang ke sembarang arah oleh Jongin. Badannya merinding ketika jari-jari Jongin mulai menyelinap ke bagian punggungnya. Tangan besar itu membelai lembut punggungnya sebelum melepas kaitan bra-nya. Kyungsoo tidak berani membuka mata ketika kain tipis itu sudah terlepas sempurna.
Laki-laki tan itu memandang dua gundukan kecil dibawah badannya. Dia memposisikan telapak tangan di bawah ketiak Kyungsoo. Bisa dia rasakan hangat tubuh dan kencangnya gundukan itu. Dia menggerakkan tangan ke bagian bawah payudara Kyungsoo, mengukurnya. Tangannya kemudian mengukur bagian tengah gundukan itu. Tidak sengaja dia menyentuh puncak nipple Kyungsoo. Dia bisa mendengar suara nafas Kyungsoo yang memburu dan gerakannya yang tidak nyaman di bawah sana.
"31 inchi, cup AA," ujar Jongin. Kyungsoo masih belum berani membuka matanya. "Cup-mu bahkan lebih kecil dari cup A. Ya sudah, ayo kita mulai."
"J-jongin sebentar," Kyungsoo memberanikan diri untuk membuka mata, tapi dia belum punya nyali untuk memandang mata Jongin. "J-jangan buat ukuran bra-ku jadi DD. C… C saja cukup."
Kyungsoo tak bisa membayangkan semerah apa mukanya sekarang. Dia juga tidak bisa membayangkan seperti apa wajah mesum Jongin ketika melihatnya.
"As your wish," ujar Jongin sambil menahan tawa. "Pelajaran pertama cukup mudah, mainkan payudaramu."
"Apa maksudmu?"
"Seperti ini. Lihat gerakanku, jangan tutup matamu lagi."
Dengan ragu-ragu Kyungsoo memandang tangan besar Jongin yang menangkup kedua nipple mungilnya.
"Wow, santai Kyung," ujar Jongin ketika tiba-tiba saja payudara Kyungsoo mengeras. Pipi Kyungsoo memerah, menyadari seberapa terangsangnya dia.
Jantung Kyungsoo berdetak kencang ketika dua tangan besar itu membelai buah dadanya perlahan. Jari-jari Jongin menari indah disana, membentuk sebuah lingkaran, menekan-nekannya lembut, hingga kemudian dia mencubiti bukit kembar itu. Keringat Kyungsoo hampir menetes ketika jari Jongin berada tepat di ujung nipplenya. Tinggal beberapa senti lagi hingga…
"Uhhhhhh…" mata Jongin melebar ketika melihat Kyungsoo tidak sengaja mendesah. Ternyata disini titik sensitifnya. Menarik sekali, dia tidak terlalu terangsang di bagian nipple, tapi jika ujungnya sudah disentuh, dia tidak dapat berkutik lagi. Pantas saja nafas Kyungsoo agak berbeda ketika dia mengukur bagian tengah payudaranya tadi.
Jongin bersikap seakan tidak tahu. Dia memainkan ujung nipple Kyungsoo, memelintirnya berkali-kali hingga Kyungsoo hilang kendali. Wajah Kyungsoo yang tak berdaya memberi sensasi tersendiri bagi Jongin. Ada kepuasan lain ketika melihat perempuan kuat yang tadi sempat menendangnya berulang kali hampir lumpuh.
"Lalu seperti ini," Jongin meremas-remas payudara Kyungsoo hingga perempuan itu memekik tertahan. Tak ada satu jengkal pun yang Jongin lewatkan. Dia sengaja memperbanyak dan memperkuat remasan di ujung nipplenya, agar perempuan itu bisa semakin lemas dibawahnya.
Baru disentuh dada saja dia sudah hampir gila. Bagaimana jika seluruh badan?
"Baiklah, lakukan sendiri," ujar Jongin sambil menghentikan remasannya. Kyungsoo mengehembuskan nafas lega ketika tangan besar itu beralih dari badannya. Rasanya dia sudah tidak tahan jika Jongin melakukan lebih lama dari itu. Bisa-bisa dia ketahuan orgasme.
Melihat Kyungsoo yang ragu-ragu, pemuda itu memilih mengambil inisiatif. Dia menempatkan kedua tangan Kyungsoo ke dadanya, lalu menuntunnya untuk membelai, meremas, mencubit, dan tentu saja, bermain ekstra dengan puncak nipple itu.
Ah sial, celanaku!
Jongin melirik celananya yang terasa semakin sempit.
Sial Kyung, aku masih ingin membuatmu mendesah tapi kau berhasil membuatku terangsang.
Jongin meremas puncak bukit Kyungsoo lebih kuat agar dia bisa mendengar pertahanan Kyungsoo yang runtuh dan desahan indah dari mulutnya. Setelah mendengar apa yang dia mau, dia segera beranjak dari kasur itu.
"Sore yang indah Kyung, tapi sepertinya aku harus pulang sekarang. Jangan lupa untuk sering-sering menyentuh payudaramu, oke?" ujar Jongin. "Dan lebih baik jika kau mendesahkan namaku," bisiknya seduktif sambil mencium puncak nipple Kyungsoo, menyisakan seorang wanita yang frustasi karena payudaranya semakin bereaksi.
"Sampai jumpa besok, Kyung. Salam untuk nipplemu yang imut itu."
