Mistake or Miracle?

DISCLAMER : MASASHI KISHIMOTO

STORY BY AZALEA RYUZAKI

PAIR: SASUFEMNARU

RATED : T

WARNING: AU, CHARA DIPASTIKAN OOC, fic ini terinspirasi dari film barat yang lea lupa judulnya apa ^^

.

.

.

Chapter 1

Love at the first sight?

.

.

Sasuke POV

.

.

Naruko Namikaze adalah bencana paling mengerikan bagi orang-orang yang butuh ketenangn seperti Sasuke.

Oke, itu pernyataan yang terlalu menghakimi. Jadi mari kita recap ulang ke saat-saat mencemaskan dalam hidup seorang Sasuke Uchiha. Ke saat-saat paling awal. Dimana semua kesialan dan ketidak-beruntungan datang padanya berkat seorang gadis tengil bermarga Namikaze.

Semua ini bermula dari keluarganya yang menginginkan perubahan.

Tampaknya tak ada yang menyadari bahwa Sasuke benci perubahan. Padahal ini fakta penting yang selalu diabaikan orang lain. Camkan ini: Ia benci beradaptasi. Ia benci semua hal baru. Dan pindah rumah merupakan perubahan yang amat besar terbesar. Dan ia sangat benci itu.

Usianya 6 tahun ketika itu terjadi. Seminggu setelah ibunya mengatakan mereka akan punya rumah baru, barang-barangnya mulai masuk dalam kardus. Sedikit demi sedikit hingga tak tersisa satupun. Truk pengangkut yang sangat besar datang pagi-pagi sekali dan memasukkan semua barang itu. Banyak tapak sepatu yang tercetak dilantai, tapi ibunya tampak tidak peduli. Padahal dulu saat ia lupa melepas sepatu karena kebelet pipis, ibunya sampai mengomel sejam penuh.

Dan di pagi yang berisik itu, Sasuke menyadari bahwa ibunya kelihatan sibuk, ayahnya sibuk dan kakak lelakinya pura-pura sibuk. Hanya Sasuke yang berdiam dikamarnya sendirian. Duduk dibawah jendela yang tertutup. Ia ingin membuka jendela itu, udara kamar terasa pengap dengan orang-orang yang sibuk mondar-mandir dalam rumah. Sayangnya, ibunya memutuskan memaku semua bingkai jendela dan mengembok semua pintu agar tak ada pencuri yang menjarah rumah tak berpenghuni ini. Setidaknya sampai pembeli baru datang.

Dipertengahan hari, Sasuke mendengar namanya dipanggil. Ia menyadari ini saatnya makan siang, perutnya sudah keroncongan. Tapi rumah sudah kosong. Kardus-kardus yang menumpuk sudah lenyap, perabotan rumah sudah tak terlihat, dan kompor didapur juga tidak ada. Rumah kesayangannya kini benar-benar dikosongkan.

Sayup-sayup, ia kembali mendengar ibunya memanggil namanya. Langkah kakinya dengan enggan menghampiri asal suara itu. ternyata ibunya ada di pintu depan sementara ayah dan kakaknya sudah anteng duduk dalam mobil. Sambil menuntun lengannya, Sasuke menyadari ibunya mengocehkan sesuatu. Tapi ia tak bisa lepas memandang rumah yang akan segera mereka tinggalkan. Sasuke suka rumah yang lama. Bahkan ada cap tangannya di pagar, tersembunyi oleh rimbunnya semak yang ditanam ibunya.

Dengan sedih, Sasuke masuk ke dalam mobil, duduk disamping kakaknya dan menerima kotak bento yang disodorkan ibunya. Ia makan dengan tak nyaman. Mau bagaimana lagi? Makan siang dalam mobil tak ada apa-apanya dibanding makan dirumah sendiri. Dengan kursi kokoh yang tidak berguncang setiap beberapa menit sekali, piring yang tertata apik diatas meja dan hidangan yang sesungguhnya. Baru beberapa menit, dan ia sudah merindukan si rumah lama.

Perutnya sedikit mual. Kepalanya pusing. Ia teringat belum minum obat anti mabuk rasa jeruk tadi. Tapi dengan keras kepala Sasuke terus memandang keluar jendela sepanjang perjalanan. Enggan mengeluh pada sang bunda. Sempat tertidur sebentar, lalu kembali terdiam memandang pemandangan diluar dengan wajah tanpa ekspresi, kemudian tertidur lagi. Dan dijalanan yang padat, dengan klakson yang terus berbunyi, ia muntah dengan gembira ke pangkuan sang kakak lalu kembali tidur dengan damai.

Sasuke membuka mata dengan malas saat merasakan guncangan lembut pada bahu kirinya.

"Sasu-chan, ayo bangun. Kita sudah sampai" Suara ibunya yang menenangkan baru tercerna sepenuhnya beberapa detik kemudian. Dengan malas, Sasuke menggosok matanya yang masih terasa berat. Setelah beberapa saat, ia keluar dari mobil. Matanya memandang sekeliling tanpa minat.

Rumah barunya tak sebagus rumah lama.

Halaman diisi rumput hijau yang dipangkas pendek seperti lapangan golf. Pagar yang membatasi rumahnya dengan rumah tetangga pendek sekali, kalau begini pencuri bisa mudah masuk. Dan rumahnya…ia tak yakin itu rumah. Bangunan itu sangat sederhana. Terdiri dari dua lantai, mempunyai jendela yang sangat besar dan tanpa warna. Semua sudut diwarnai cat putih. membosankan.

Perhatiannya teralih pada suara sang ayah yang rebut memberi perintah ini itu pada petugas yang membantu kami pindahan. Truk besar yang ia lihat kini bertengger tenang didepan rumah baru. Kardus-kardus berbagai ukuran mulai diturunkan. dipilah sesuai tulisan diatasnya baru kemudian dimasukan ke rumah baru.

Tak punya pekerjaan lain, ia menghampiri sang ayah dan mengamati bagian dalam truk. Kardus-kardus masih banyak yang tertumpuk didalamnya, menunggu dikeluarkan. Para perkerja yang berjumkah 4 orang sibuk kesana-kemari. Saling membahu mengangkat kardus terbesar sebelum beralih ke kardus yang lebih kecil.

Saat tengah sibuk memperhatikan, sebuah sapaan terdengar dari balik punggungnya. Sasuke sedikit kaget dan tak suka saat melihat gadis kecil, berambut pirang, dikuncir dua, dan pendek tengah tersenyum sok akrab padanya.

"Hai, aku Naruko. Kau penghuni baru rumah ini?" tanyanya penuh semangat dan masih dengan wajah ceria yang sama, ia melanjutkan, "Rumahku yang sana itu, ayahku sedang kerja dan nii-chan ku kurung dikamar mandi. Dia nakal."

Sasuke terdiam. Ia tidak tahu harus berkata apa. Hatinya ingin bicara jujur. Tapi ibunya bilang, jangan pernah jujur pada perempuan jika kejujuran itu menyakitkan. Dan anak ini, meskipun kecil, juga perempuan, kan? Tapi jika bohong, ayahnya akan menceramahinya saat makan malam. itu tidak menyenangkan sama sekali.

Jadi Sasuke memilih diam meskipun telinganya sakit mendengar suara cempreng tak bermelodi itu. Untungnya, si kecil yang kelebihan adrenalin tampak tak keberatan dan terus mengoceh kesana-kemari sampai akhirnya ia menunjuk kardus di belakang punggung Sasuke.

"Aku sedang senggang, kubantu kau pindahan." ucapnya tak tahu diri. Tapi sebelum Sasuke sempat bereaksi, gadis itu sudah meraih kardus terdekat dan akan mengangkatnya jika Fugaku tidak mencegah.

"Aku ingin membantu." jerit gadis itu kesal. Fugaku yang paling tidak suka diganggu menatap Sasuke, "bukankah kau akan membantu ibumu?"

Sasuke yang menduga ayahnya akan memarahinya terrtegun sejenak sebelum mengangguk dengan suka cita. "benar, aku akan membantu okaa-san."

Dan dengan santai ia berjalan menuju rumah, terbebas dari sang monyet kecil. Sayangnya, gadis itu justru mengejarnya dan meraih bahu Sasuke. Dengan refleks, ia menyingkirkan tangan gadis itu namun sialnya bukan terlepas, jemari mereka justru saling bersentuhan.

Inilah awal dari semua kesialan.

Harusnya ia segera pergi, masuk ke rumah baru dan bersembunyi disana seharian, tapi ia malah berdiri di tengah pekarangan. menggenggam tangan seorang gadis yang baru ditemuinya. Dan ia merasa waktu terhenti saat melihat bola mata biru terang yang menatap langsung ke matanya. seakan ingin mencuri jiwanya.

.

.

.

Naruko POV

.

.

Naruko Namikaze, 6 tahun, mengelap peluh didahinya dengan bangga. Kakak kembarnya, Naruto, terus menggedor pintu toilet dengan gaduh. Tapi ia sama sekali tidak peduli. Menghabiskan jatah ramennya merupakan kejahatan terberat. Dan orang jahat harus dihukum! Itu pelajaran nomor satu dari sang ayah, dan Naruko cukup senang bisa mengingatnya sampai saat ini.

Ditengah moment kemenangannya, ia mendengar bunyi klakson yang sangat nyaring. Penasaran, Naruko berlari kepintu depan, mengintip dari celah jendela. Disana ada truk terbesar yang pernah ia lihat. Dan banyak sekali orang berlalu-lalang disekitar rumah yang sudah lama kosong. Samar-samar ia kembali mengingat percakapan sang ayah dengan nenek genit tadi pagi. Ia ingat nenek itu berkata rumah yang sudah hampir setahun tak berpenghuni itu sudah terjual. Tapi ia sama sekali tak ingat nenek itu berkata para penghuninya akan pindah hari ini.

Jadi dengan semangat bergelora, ia keluar dari rumah dan menuju truk yang sejak awal menarik perhatiannya. Disana, diantara para pria tinggi yang terus bergerak kesana kemari, ada seorang anak seumuran dengannya. Ia berdiri dengan canggung didekat pria jangkung yang terus mennjuk kearah tumpukan kardus.

Entah mendapat firasat apa, Naruko merasa anak itu terlihat sangat kesepian. Tanpa pikir panjang, ia menghampiri anak itu dan mengajaknya berkenalan.

"Hai, aku Naruko. Kau penghuni baru rumah ini?" tanyanya penuh semangat. Tak mendapat tanggapan, kembali Naruko berkata; "Rumahku yang disana itu, ayahku sedang kerja dan nii-chan ku kurung dikamar mandi. Dia nakal."

Masih tak ada tanggapan. Mungkin dia pemalu. Ibunya pernah mengatakan sesuatu tentang anak pemalu tapi Naruko lupa apa tepatnya yang dibicarakan. Ibunya terlalu banyak bicara sih. Jadi, wajar Naruko tidak ingat.

"Aku sedang senggang, kubantu kau pindahan."

Naruko tidak tahu kenapa ia menawarkan diri semudah itu, padahal kalau ibunya menyuruh mandi, ia malas luar biasa. Tapi melihat anak ini, ia tak tahan kalau terus berdiam diri. Jadi Naruko memutuskan, untuk hari ini, ia akan bersikap dermawan seperti putri-putri dalam cerita.

Dengan anggun ia meraih satu kardus yang nampanya terbengkalai dan mungkin akan tersenggol orang yang tak hati-hati. tapi niatnya terhenti saat lelaki berwajah seram menahan kardus ditangannya.

"Aku mau bantu!" Teriak Naruko, mencoba sabar. Ia akan kembali menjerit namun lelaki itu justru menyuruh anak di dekat naruko untuk pergi.

Kesal, ia kemudian mengejar anak lelaki itu.

Naruko mungkin tidak terlalu sensitive, tapi ia tahu anak itu tidak ingin pergi. Dan diusir seperti itu pasti membuatnya sakit hati. Ia dan ibunya suka nonton drama di sore hari, jadi ia sangat paham perasaan anak itu. Naruko hanya berharap ia tak lupa membawa sapu tangan disakunya.

"Hei, tunggu!"

Tangannya berhasil menyentuh bahu anak itu, tapi ternyata dia jauh lebih tangkas. Dan entah bagaimana jemarinya kini berada dalam genggaman anak itu.

'ah~ apakah ini seperti di drama-drama itu? Jika benar, sebentar lagi anak ini akan menciumnya!' batinnya menjerit gundah sembari mengingat adegan dimana tokoh utama pria menggenggam tangan tokoh utama wanita. mereka berjalan ditepi pantai saat senja. dan berciuman. dan menikah. dan punya anak. Hidup bahagia selamanya.

Namun moment manis naruko runtuh seketika saat seorang wanita menghampiri mereka. mungkin ibu dari anak ini, karena ia langsung berlari kearah wanita itu.

Ah, dasar pemalu~

.

.

terimakasih sudah membaca ^^