【Summary : Haechan tidak habis pikir bagaimana bisa dia memiliki seorang bos otoriter yang sangat datar dan dingin, terlebih lagi bos nya itu sangat mesum.

A MarkHyuck Fanfiction

by

BaeKiyudh26

.

.

.

Warning!

[Boy x Boy /Boys Love Area. Yaoi.]

[Tolong tinggalkan cerita ini apabila Anda tidak berkenan!]

.

.

.

"Apa?! T-tapi, T-tapi besok malam adalah ulang tahun-..."

"Tidak ada penolakan Haechan! Aku tidak mau tau, intinya, aku 'harus' melihat proposal itu selesai lengkap dengan tanda tangan dari setiap seksi, besok tepat di atas meja ku!"

"Bos... Bukankah beberapa hari lalu kau telah menyetujui jika besok aku ijin untuk pulang lebih ce-"

"Aku akan memotong 50% gaji -"

"SIAP! PROPOSAL ITU AKAN ADA DI ATAS MEJA MU LENGKAP DENGAN TANDA TANGAN DARI SETIAP KETUA SEKSI."

.

.

.

Sejujurnya Haechan tidak menyukai pekerjaan yang tengah dilakoni nya selama 5 bulan ini.

Sungguh, Haechan tidak pernah punya cita-cita menjadi seorang karyawan kantoran.

Apalagi apabila sosok 'bos' di kantor tersebut adalah orang yang benar-benar menyebalkan. Sangat-sangat menyebalkan.

Jika bukan karena keinginan orang tua nya, Haechan tidak akan sudi melewati proses interview dan segala macam test demi menjadi seorang pegawai di sebuah cabang perusahaan salah satu merk handphone buatan Korea.

Haechan itu adalah orang berjiwa seni. Apalagi tentang musik. Ugh! Haechan sangat menyukai itu dan dia juga berbakat dalam hal itu.

Wajahnya tampan -sebenarnya lebih ke manis. Suaranya merdu, tentu saja menjadi nilai plus bukan?

Tapi sang orang tua menentang keinginannya menjadi seorang penyanyi. Dengan alasan katanya itu kurang menjanjikan untuk hari tua. Orang tua nya berpikiran jika pekerjaan kantoran akan lebih menjamin sampai hari tua, setiap bulan juga rutin mendapat gaji, tidak seperti penyanyi yang apabila tidak ada jadwal tampil ya tidak mendapat uang.

Toh sebenarnya meskipun tidak ada jadwal tampil, setidaknya bisa menjadi MC atau bahkan kemungkinan besarnya ikut andil peran dalam sebuahdrama tidaklah buruk bukan?

Dengan berat hati, Haechan menuruti keinginan kedua orang tua nya. Yah ... setidaknya kedua orang tua nya masih memperbolehkan untuk bekerja paruh waktu sebagai penyanyi di salah satu cafè sederhana milik sahabat nya.

.

.

.

"Jeno... sungguh, maafkan hyung karena tidak bisa ikut merayakan ulang tahun mu besok malam." Haechan memeluk Jeno dari samping sambil menatap sendu kedua bola mata caramel milik si adik.

"Astaga, tidak masalah hyung. Sungguh, kau tetap akan mendapat bagian kue, hahahaha!" Jeno mengusak pelan lengan kakak nya, berusaha untuk meredam rasa sedih yang dialami kakak nya.

"Kau tau?! Dia sangat menyebalkan! babi! brengsek!@#!;!;\@_$. Setiap bertemu aku, dia selalu mengoceh tidak tentu arah seperti orang gila, bahkan terkadang dia mengoceh dengan bahasa Inggris Kau tau kan Jeno jika hyung sangat buruk dalam bahasa Inggris?! Aku memaklumi bule kesasar itu, tapi tolonglah, dia suka seenaknya sendiri memberi tugas ini itu kepada para karyawannya!" Haechan menceritakan unek-unek nya sambil beberapa kali mengumpati si bos menjengkalkan yang menyebabkan Haechan tidak bisa menghadiri pesta ulang tahun adiknya besok malam.

"Sebegitu menjengkelkannya kah dia? Boleh aku tau seperti apa orang nya? Apa kau menyimpan foto nya hyung?"

"Apa kau gila? Aku bahkan tidak sudi menyimpan foto nya. Buat apa -ah iya aku rasa aku punya kontak line nya. Mungkin dia menggunakan foto nya sebagai Display Picture." Haechan mengatakan itu sambil merogoh saku celana nya dan mengambil handphone nya.

"Ah ini dia!" Lalu Haechan menyerahkan handphone nya kepada Jeno setelah mencari kontak line si 'bos'.

"Hm... ia tampan. Eh tapi wajahnya mesum." Kata Jeno menanggapi.

"TAMPAN?!TAMPAN?! SUNGGUH WAJAH MU LEBIH TAMPAN ADIKKU DARIPADA DIA!" Haechan kembali berteriak heboh ketika mendengar Jeno mengucap kata 'tampan' sebagai tanggapan atas foto profile bos nya.

"Astaga Jeno,Haechan, cepatlah kembali ke kamar kalian masing-masing. Ini sudah larut dan kalian membuat keributan?! Heol, Jeno besok pagi kau harus berangkat sekolah dan Haechan besok kau harus berangkat pagi ke kantor!"

Sontak saja, Jeno dan Haechan langsung beranjak dari sofa ruang tengah ketika melihat eomma keluar kamar dengan sederet lirik rap yang memekakan telinga.

.

.

.

Pagi ini Haechan sangat mengantuk, ia berkali-kali menguap dengan mata berair karena kurang istirahat -terlalu asyik mencurahkan segala keluh kesah nya kepada Jeno semalam.

Kalau boleh jujur, Haechan itu pribadi yang menyukai kebebasan, bukan tunduk di bawah perintah seseorang seperti menjadi karyawan kantor yang mematuhi semua kata bos nya seperti ini.

"Bagaimana perkembangan proposal nya?"

Astaga.

Demi gingsul Renjun.

Bos nya yang super menyebalkan itu sekarang berada tepat di depan nya.

Padahal hampir saja Haechan tertidur dengan bantal setumpuk kertas dokumen.

"Astaga pemalas sekali kau! Apa seperti ini kinerja karyawan yang ku gaji setara dengan karyawan lain yang bahkan pandai berbahasa Inggris?!" Pria yang menyandang status bos itu menggebrak meja Haechan berkali-kali sampai Haechan benar-benar sadar dari rasa kantuk nya.

"Iya bos." Haechan menjawab seadanya karena sungguh hari ini dia muak ketika mengingat dirinya tidak bisa mengahdiri sweet seventeen Jeno hanya karena harus menyelesaikan proposal sampah itu secepatnya.

"Cepat selesaikan itu! Aku tidak mau tau, hari ini kau harus meletakkan nya di atas meja kerja ku sebelum jam pulang!" Setelah mengucapkan itu, pria yang sangat menyebalkan di mata Haechan tersebut meninggalkan Haechan dengan sebuah bantingan pintu.

"Bagaimana bisa aku mempunyai bos seperti dia Ya Tuhan... pria tanpa selera humor seperti itu." Haechan menggumam sambil menggeleng-nggelengkan kepala, meratapi nasib nya.

.

.

.

"Gomawo Tuan Lucas"

Ini adalah ketua seksi terakhir yang Haechan minta tanda tangan nya di atas materai pada proposal idaman bos nya.

"Tunggu dulu!" Pria bernama Lucas tersebut menahan tangan Haechan yang hendak memegang kenop pintu untuk keluar dari ruangannya.

"Ne? Ada apa Tuan? " Haechan memasang ekspresi bingung dengan alis bertaut yang sungguh terlihat cute . Haechan segera ingin mengakhiri ini semua dan meletakkan- lebih tepat nya membanting proposal di tangan kiri nya ini ke atas meja kerja bos nya.

"Apa kau ada acara malam ini?" Spontanitas luar biasa Lucas lontarkan kepada Haechan.

"Eh? Memangnya kenapa Tuan?" Haechan memandang pria yang lebih tinggi beberapa centi di depannya ini dengan wajah heran.

"Sekedar tawaran minum bersama mungkin... apa kau mau? Ah, astaga maksudku bukan hanya kita berdua, ketua seksi lain beserta beberapa karyawan juga akan ikut."

Lucas mengucapkan itu dengan salah satu tangan yang mengusap tengkuk nya.

Haechan terlihat menimang-nimang tawaran itu, Haechan tau jika ia adalah peminum yang buruk, tapi toh percuma juga jika dia pulang pasti acara ulang tahun Jeno sudah selesai mengingat jam pulang nya adalah pukul 10 lebih 30 menit malam.

Dengan keputusan bulat nya, Haechan mengangguk mantap, "Baiklah Tuan, Saya rasa saya bisa menghadiri tawaran itu. Gomawo. "

Lucas tersenyum lebar, lalu melepas cekalan tangan nya pada pergelangan kanan Haechan.

"Mau berangkat bersama?" Lucas bertanya dengan hati-hati.

"Yeah... itu bukan tawaran yang buruk Tuan." Setelah itu Haechan membungkuk hormat dan meninggalkan ruangan Lucas.

"Yeah itu benar-benar bukan sebuah tawaran buruk darling."

.

.

.

"Ini sempurna, kau boleh pulang sekarang Haechan."

Heol? Apa itu tadi? 'Kau boleh pulang sekarang' .Itu justru terdengar seperti sebuah usiran. Sudah tidak mengucapkan terimakasih, malah main usir saja.

Masa bodoh, Haechan melenggang pergi ,sebelum mencapai kenop pintu ruangan bos nya, dia menyempatkan diri memberi sebuah tendangan pada tong sampah di samping pintu sebagai pelampiasan kekesalannya. Lalu dia benar-benar meninggalkan ruangan bos nya, tidak mempedulikan teriakan emosi bos nya karena perilaku tidak sopan tadi.

Lelah sekali hari ini, tidak hanya menguras tenaga tapi juga menguras kesabaran. Menghadapi seorang bos blasteran Canada dengan selera humor rendah yang suka mengomel tidak jelas adalah hal memuakkan.

Haechan ingin segera pulang ke rumah lalu berbaring di atas kasur empuk kesayangannya, hah... itu pasti sangat lega.

Tapi Haechan harus mengurungkan niat itu ketika ia bertemu dengan Lucas di dalam sebuah lift.

"Haechan? Apa kau sudah selesai dengan segala pekerjaan mu hari ini? Kebetulan sekali, tadinya aku akan menjemputmu di ruang kerja mu." Lucas terlihat sebagai pihak yang paling bersemangat di sini.

Sedangkan Haechan, dia menghela nafas pasrah saat mengingat bahwa dia telah membuat janji dengan pria kelebihan kalsium di depannya ini.

"Iya Tuan, terimakasih, ah... pasti aku sangat merepotkan, aku bisa berangkat sendi-

"Tidak-tidak! ,kau akan tetap berangkat bersama ku, janji harus ditepati, right? " Lucas memasang wajah super sumringah nya sambil merangkul bahu Haechan dan sesekali mengacak surai hitam milik Haechan.

Haechan memaksakan senyumnya, tau begini lelah nya seharusnya tadi dia menolak ajakan minum dari Lucas dan lebih memilih memakan potongan kue ulang tahun Jeno di rumah.

.

.

.

Haechan sadar jika dia benar-benar buruk jika menyangkut alkohol. Buruk, sangat.

Seperti saat ini.

Padahal hanya satu gelas tegukan.

Tapi kepala nya sudah terasa pening dengan penglihatan yang berkunang-kunang.

"Tuan? Apa kau baik-baik saja?" Salah seorang bartender mengguncang tubuh Haechan sambil menatap khawatir.

"Dia baik-baik saja, dia hanya butuh tambahan beberapa teguk gelas lagi. Beri beberapa botol lagi kemari." Lucas yang berada di samping Haechan hanya memandang Haechan tanpa berniat membantu Haechan untuk pulang atau sekedar membawa Haechan pergi dari bar itu.

"Hey apa kau gila? Maaf, tapi teman kantor mu ini terlihat sudah mabuk berat!" Bartender ber-name tag Jungwoo tersebut menyalak dengan lantang.

"Kau dipekerjakan di sini untuk melayani para pelanggan, bukan untuk menjadi pahlawan kesiangan yang berusaha menasehati pelanggan, seolah kau berkata 'Hey, tinggalkan tempat laknat ini. Bar adalah tempat penuh dusta.' Jadi cepat bawakan beberapa botol lagi untuk bocah ini." Sarkas Lucas dengan sorot mata mengejek yang sangat ketara.

Bartender itu terlihat mengepalkan tangan mendengar ucapan Lucas yang seolah merendahkan dirinya. Lantas ia mengambil beberapa botol lagi seperti perintah Lucas lalu meletakkan botol itu dengan kasar ke atas meja.

»»»»»»»»»»