.
.
OoooO
.
UNIDENTIFIED
Chapter 1
.
OoooO
.
.
CHAN-BAEK
.
.
.
Cantik adalah impian.
Sedang baik hati, lemah lembut, pintar dan berasal dari keluarga terpandang kaya raya adalah idaman.
Dan Byun Baekhyun memiliki semuanya.
Dia cantik. Dia baik hati, tutur katanya halus dan lemah lembut, di usianya yang sudah menginjak angka 24 ia telah mampu menyandang gelar master di belakang nama. Ia pun berasal dari keluarga kaya dan terpandang seolah memperlengkap kesempurnaan dirinya.
Tak sedikit orang mengaguminya bahkan beberapa remaja putri menjadikannya sebagai seorang tauladan dan berkeinginan menjadi seorang Byun Baekhyun.
Jika kata sempurna memiliki diksi lain di atas sempurna, Baekhyun akan menyandangnya pula pada hari ini.
Cermin besar meja rias pada sudut kamar memantulkan parasnya yang ayu. Rambut sehalus sutera berwarna cokelat sepinggang yang tertata rapi berhias pita apik. Kalung emas putih tipis melingkari leher jenjang seolah tak tampak—bersandar pada kulit putihnya, dengan ruby hijau berbentuk clover mungil yang begitu berkilau dan elegan.
Tubuh langsing proposionalnya yang menjadi dambaan, terbalut dress warna toska pastel yang begitu lembut melambai di setiap ia bergerak, sedang heels 5 cm mengalasi kaki jenjangnya yang menawan. Byun Baekhyun adalah jelmaan dewi yang sempurna.
Senyum ia sunggingkan di bibir tipis tanpa kerut berpoles liptint merah muda, memperlengkap aksen elok di paras cantik miliknya.
Baekhyun mematut dirinya lama disana. Memperhatikan refleksi dirinya selektif, menata juntaian rambut panjang kemudian mengoleskan kembali setitik liptint di atas bibir.
Telunjuk lentiknya menepuk bibir dengan lembut. Senyum lagi terkembang akan puas dari penampilannya. Baekhyun merasa siap, siap untuk jenjang untuk kehidupan baru miliknya yang akan ia tanjaki.
Baekhyun merasa siap, walau disela resah dalam diri menghampiri. Beberapa hal random memenuhi batin, menyusup ke dalam isi pikiran sedang jemari terasa mendingin kini membayangkan apa yang akan ia lakukan kelak jika tetap mengikuti jalan tuntutan sang ayah.
Senyuman tanpa Baekhyun sadari perlahan menghilang. Redup memenuhi, menggantikan sinar dari bulan sabit miliknya. Baekhyun melihat disana, pada refleksi dirinya sendiri... perlahan masuk ke dalam dunianya sendiri.
Baekhyun menyadari jika ini bukanlah hal yang benar untuk ia lakukan. Seharusnya tidak boleh terjadi, seharusnya juga Baekhyun mampu menahan setiap pengendalian dari sekitarnya.
"Sayang?"
Baekhyun berkedip sekali kala sapaan itu terdengar. Pemilik suara lembut yang telah melahirkan hingga membesarkannya menjadi sosok putri cantik bak di negeri dongeng itu membuyarkan dunia pikirnya. Sang ibu terlihat pada bibir pintu, menutup kenop dan berjalan menghampiri dirinya yang masih tetap berada di depan cermin.
Baekhyun berbalik badan, memaksa senyum dan menyambut kedatangan orangtua kandungnya. Kang Jihyun.
"Kau cantik sekali sayang." Wanita setengah baya itu menatapnya takjub. Mata tuanya memperhatikan lekat tiap inci Baekhyun, pada puncak kepala dan berakhir pada heels yang membalut mempesona kakinya.
Meskipun Baekhyun sering mendengar pujian itu, namun tetap saja sensasi yang dihasilkan selalu berbeda. Baekhyun tersipu malu sedang rona merah muda memerangkapi belah pipinya.
Ibu menatapnya lembut, memperhatikan lekuk wajah cantik Baekhyun dengan buncahan kebahagiaan dalam dirinya.
"Ibu tak percaya kau sudah sebesar ini, sudah sedewasa ini." Katanya. Satu tangannya mengusap pipi Baekhyun, "Gadis kecilku."
"Ibu," Baekhyun merengek. Ia tak mampu menahan dirinya untuk sebuah pelukan kepada wanita yang telah melahirkannya itu. Memeluknya erat, merasakan dengan baik bagaimana hangat itu memerangkapi.
"Apakah semuanya akan baik-baik saja?" Baekhyun bertanya. Lirih suaranya menekan bagaimana risau dalam diri menguasai. "Bagaimana jika dia tidak menyukaiku? Bagaimana jika dia tau aku yang sebenarnya? Bagaimana jika dia marah padaku? Lalu dia membenciku dan membatalkan perjodohan ini lalu ayah tahu yang sebenarnya?" Runtutan keluh kesah yang sedari tadi ia pendam telah ia keluarkan. Raut resah begitu melingkupi parasnya.
Jihyun melepas pelukan mereka pertama kali. Turunan iris sama akan milik Baekhyun tertaut disana. Resah Baekhyun menjalari dirinya. Jihyun tak ingin berbohong bagaimana itu ikut mempengaruhinya pula. Jihyun menatapnya lama sedang belah bibirnya menarik senyum lembut menenangkan.
"Dia sangat menyukaimu. Ibu sudah bertemu dengannya dan dia sangat bersemangat akan dirimu, sayang. Dia pasti akan menerimamu. Ibu yakin itu." Kalimat yang terucap belum tentu sejalan dengan apa yang ada dalam pikirannya. Sebagai seorang ibu, Jihyun hanya berusaha menenangkan anak satu-satunya itu.
Satu hal yang pasti, ia akan tetap melindungi Baekhyun walau suaminya menolak bahkan jika dunia pun sama seperti itu. Bagaimanapun Baekhyun tetaplah prioritas utama hidupnya.
"Apakah ibu yakin dengan itu?" Baekhyun bertanya dalam sisa ragu.
Satu tangan Jihyun meraih bibir Baekhyun yang berkerut, mengusap ujungnya lalu menarik sebuah lengkungan cantik dari belahan tipis itu. "Ibu yakin itu, sayang. Kalian pasti sangat serasi jika bersama. Memangnya ada pria yang menolak anak ibu yang sempurna ini?" Jihyun menaik-turunkan alisnya jenaka, lagi menggoda Baekhyun.
"Aku tidak sesempurna, Bu." Baekhyun melirih, kepalanya tertunduk menyembunyikan rona merah samar pada tulang pipinya. Jika orang lain memuji betapa sempurna dirinya, Baekhyun akan mengucapkan terima kasih kemudian menganggap lalu pujian itu. Namun berbeda dengan ibunya yang berucap, wanita itu tahu semua tentang dirinya, bahkan tanpa terkecuali sekalipun.
Jihyun tak bodoh untuk menyadari kemana arah pembicaraan itu. Wanita setengah baya itu tanpa sadar menggigit bibirnya—menahan denyutan dalam rongga dadanya yang menggorogoti tiba-tiba. Apa yang terjadi kini merupakan kesalahannya. Sebuah kesalahan dari keinginan kecilnya agar tak turut dalam perselisihan pewaris Byun.
Jihyun bahkan tak benar memikirkan apa yang akan terjadi di kemudian hari. Apa yang akan terjadi di masa depan, bahkan dengan Baekhyun yang tumbuh semakin dewasa juga segala yang turut di alami oleh anak semata wayangnya itu.
Namun disinilah ia berada sekarang. Inilah dunia yang Baekhyun hinggapi sekarang. Jihyun bahkan tak memiliki apapun untuk menahan apapun yang terjadi. Maka satu-satunya hal ialah tetap menjalani seperti apa adanya. Benar.
"Ayolah, sayang. Jangan patah semangat seperti ini. Chanyeol itu sangat tampan, kau tau? Kau pasti akan langsung jatuh cinta padanya hanya dalam pandangan pertama. Ayo. Ayah sudah menunggu dibawah," Jihyun berusaha mengalihkan pembicaraan.
"Aku jadi semakin gugup, bagaimana ini?" Baekhyun merengek. Bibir tipis kembali mengerucut dan menggoyangkan lengan Jihyun lagaknya bocah.
Jihyun tersenyum melihat bagaimana anaknya kembali bertingkah manja. Hanya kepadanya. "Kalau begitu?" Jihyun menaikkan alisnya menggoda Baekhyun.
"Baiklah, Ibu. Ayo kita berangkat." Baekhyun menghela napasnya. Berdoa dalam hati agar semua berjalan selancar apa yang dia inginkan.
Semoga...
.
OoooO
.
To Be Continue
.
OoooO
.
A/N
FF ini duet aku sama Brida Wu, tapi hanya sampai 3 chapter
Awalnya ini di publish Brida di FFn (sudah dihapus) dan di akun wattpad aku, namun sekarang aku publish ulang ke akun FFnku sendiri^^
Meski telat, aku tidak akan update bertumpuk. Aku update seminggu sekali dan setelahnya mengikuti alur di wattpad
Mohon dukungannya^^
Terima kasih~
