Kneelx Present

Chanyeol dan Seolhyun


Yo yoo.. jangan hina cecan ini.

Baca ae dulu yekaaan..

REVIEWWW JUSEYOO..


Urban Zakapa - I Don't Love You

EXO - Sweet Lies


I DON'T LOVE YOU

~,~

Namaku Chanyeol, Park Chanyeol. Umur? Belum menyentuh kepala 3 dan pastinya masih -sangat- tampan. Sekarang aku tengah berada di sebuah pusat perbelanjaan terbesar di Seoul.

Kenapa aku disini? Itu karena pacarku, Kim Seolhyun, mengajakku jalan-jalan. Katanya sudah lama kita tidak menghabiskan waktu berdua karena sibuk dengan kegiatan masing-masing, padahal seingatku hanya 24 jam aku tak bertemu dengannya.

Saat ini aku masih menempuh pendidikan lanjutan di Universitas Seoul dengan teknik sipil sebagai jurusan pilihanku. Meskipun statusku masih mahasiswa, tapi ayahku sudah mempercayaiku untuk menempati salah satu jabatan di perusahaannya. Tidak terlalu tinggi, tapi gajinya sangatlah banyak untukku.

Baiklah, cukup sampai disana perkenalan kita. Kulihat Seolhyun berjalan kearahku dengan 3 tentengan yang terdapat tulisan Channel di muka paper bagnya. Menyadari karena uang siapa dia bisa membeli itu membuatku meringis pelan.

"Channiee, sekarang kita makan malam ya. Aku lapar"

"Hm, Ok" sahutku pelan

"Chanyeol!"

"Iya Seolhyun ku, kau mau makan dimana?"

"Eumm.. Enaknya dimana ya?" Seolhyun mengetuk-ngetuk jemari kurus yang dibubuhi kuteks merah pekat pada kukunya itu di dagunya.

"Entahlah, terserah kau saja"

"Chanyeol-ah, cobalah lebih berekspresi sedikit"

Rajuknya karena nada suaraku yang terkesan datar. Sebenarnya, aku juga ingin membalas pertanyaannya dengan sedikit semangat. Tapi aku tak bisa, karena aku tak pernah merasa bersemangat jika berada di sekitarnya.

"Baiklah, akan kucoba"

"Kau selalu mengatakan akan mencobanya tapi tak pernah kau lakukan"

Dia merajuk lagi dan kepalaku semakin pusing mendengar semua ocehannya.

Cup..

"Kubilang akan kucoba. Sekarang kita makan. Tadi kau bilang lapar"

"Ck.. Baiklah, kumaafkan lagi untuk kali ini. Kajja Channie"

Dia mengapit lenganku semangat dan dengan kekehannya dia mengecup pipiku. Aku tak bisa berekspresi lebih dari sekedar senyum, tangankupun terasa berat saat terangkat untuk mengusak rambut lembutnya.

.

.

Kupandangi wajahku yang terpantul di sebuah cermin kamar mandi restaurant yang kudatangi bersama Seolhyun. Gemercik air keran yang tak kunjung kumatikan mengalihkan fokusku. Dengan gerakan pelan kutampung air secukup tangkupan telapak tanganku kemudian mengarahkannya pada bibir tebalku. Ku gosok dengan kasar permukaannya kemudian mengulang hal sebelumnya berkali-kali. Dengan harapan noda ini hilang.

.

.

"Kenapa lama sekali? Kau bahkan belum menyentuh makananmu"

"Kkk.. Maaf. Kan sudah kubilang aku tak lapar. Kau sudah selesai? Mau kemana lagi hm?"

Ibu jariku menghapus saos disekitaran bibirnya dengan lembut. Kulihat Seolhyun tersenyum senang dengan perlakuan seperti ini. Baiklah, aku akan menulisnya lagi di note ku.

"Taman bermain?"

"Jam segini?" tanyaku balik

Sekarang sudah jam 8 malam, apa masih ada orang di taman bermain malam-malam begini? Jangan menyebut aku bodoh, karena jujur aku tak pernah kesana saat malam hari.

"Memangnya kenapa kalau jam segini? Ayo cepaat"

Aku tak menanggapi lebih lanjut dan membiarkan Seolhyun mendorongku ke arah meja kasir.

"Berapa?" dan lagi-lagi aku meringis untuk kesekian kalinya.

Aku tak merasa makan banyak, Kulihat Seolhyun juga tak memesan banyak. Tapi nominal yang kulihat sekarang membuatku tak senang. Bukan aku tak punya uang, aku punya dan mungkin lebih banyak daripada sebagian orang. Hanya saja, ini terlalu boros.

Selesai dengan pembayaran, kini aku dan dia berada didalam mobilku. Kustater pelan, setelah kupastikan mesin menyala dengan baik, kami mulai melaju dengan kecepatan sedang.

Seolhyun mengaktifkan bluetooth tape di mobilku kemudian memutar lagu-lagu ballad yang bukan genreku. Kenapa semua wanita menyukai lagu-lagu bertema patah hati meskipun dia sedang tidak patah hati? Seolhyun dan aku tak pernah mengucap kata putus. Tapi, semua lagu yang diputarnya mengisahkan tentang perpisahan sepasang kekasih.

.

.

"Channie, tak apakan kalau ada temanku yang ikut kita jalan?"

"Ya, tak apa. Siapa?"

"Choa, terus ada Zico juga"

"Ok" setujuku cepat.

Seolhyun menoleh tak suka dan memandangiku tajam "Kau tak merasa cemburu sama sekali? Bukankah kau juga tau kalau Zico suka denganku?"

"Aku tau"

"Lalu?"

"Lalu apa?"

"Kau tak cemburu?"

"Seolhyun-ah"

"Ok cukup. Aku sudah tau jawabannya"

Seolhyun memalingkan wajahnya ke arah jendela. Kuhela nafasku berat, suasana di dalam mobil sekarang sangatlah suram menurutku.

"Dia hanya menyukaimu, tapi aku mencintaimu. Dan kuyakin kau juga akan lebih memilihku daripada Zico"

Sweet Lies. Aku tak mengingat pernah memakan atau mengecap sesuatu yang pahit. Tapi sekarang, rasa pahit itu menyebar memenuhi seluruh ruang di mulutku hingga membuatku mual. Ditengah mualku akan rasa pahit ini, Seolhyun mengecup pipiku kemudian menyenderkan kepalanya di bahu kananku.

"Makasih" bisiknya lembut.

Aku menganggukkan kepalaku dan balas mengucap "Sama-sama" dengan berbisik juga.

.

.

Kebersamaanku dengan Seolhyun bukanlah kehendakku. Saat aku tengah disibukkan dengan ujian kenaikan semester, ibuku memaksaku untuk duduk disampingnya kemudian menjelaskan tentang sesuatu yang hingga kini tak bisa kuterima. Perjodohan.

Aku mengenal Seolhyun karena pernah berpapasan dengannya saat acara ulang tahun kampus. Ya, hanya sebatas papasan. Aku tahu namanya karena teman-temanku tak henti mengucap namanya dan memuji betapa cantiknya gadis jurusan desainer itu.

Saat pertemuan kami yang pertama, dia meminta maaf padaku karena menggunakan kuasa ayahnya yang bekerja di pemerintahan untuk menjodohkan diriku dengannya. Mendengar hal itu aku sangat marah. Apa hanya karena ayahnya seorang terpandang, dia bisa mendapatkan apa yang dia mau?

Akupun memutuskan untuk berjalan keluar restautant hingga dia menggenggam lenganku erat dan membuat sebuah perjanjian.

"Kumohon Chanyeol-ssi. Aku tau kau tak bisa menerima hal ini. Tapi tak bisakah kau hanya berpura-pura?"

"Berpura-pura?" alisku terangkat bingung

Seolhyun menangguk cepat "Ya, hanya berpura-pura bahwa kau mencintaiku seperti aku yang mencintaimu. Jika sampai tanggal pertunangan kita nanti kau tak kunjung mencintaiku atau jika kau menemukan seseorang yang kau cintai. Aku akan bicara pada ayahku untuk membatalkan hal yang kau anggap konyol ini"

"Bagaimana? Aku akan melakukan sebisaku untuk membuatmu balik mencintaiku" ucapnya lagi karena aku yang tak kunjung menanggapi kalimat panjangnya.

"Kapan tanggal pertunangannya?"

"Bulan depan tanggal 20"

Aku mendecih pelan. "Bahkan tanggalnya sudah diputuskan tanpa bertanya padaku"

"Maaf, aku yang memutuskannya"

Kuhela lagi nafasku "Baiklah"

Seolhyun tersenyum lebar. "Benarkah?"

"Ya" jawabku dan kembali mengambil posisi duduk di hadapannya

"Kalau begitu tanggal ini adalah tanggal kita resmi berpacaran" putusnya semangat

"Terserah kau saja Seolhyun-ssi"

"Eits.. Panggil aku Seolhyun-ah. Kita sudah berpacaran, jadi jangan formal begitu"

"Ya, Seolhyun-ah" ulangku

.

.

Hari demi hari, selalu ku lewatkan bersama Seolhyun. Bagaimana tidak, sering kali dia ke fakultasku yang penuh dengan kaum adam hingga memaksa mata mereka jelalatan menelisik tubuh Seolhyun dari bawah ke atas namun terkadang berhenti di bagian dadanya.

Aku yang saat itu tengah melakukan praktikum beton terpaksa harus menjedanya untuk kesana. Setibanya aku dikantin dimana Seolhyun menunggu aku langsung melepas PDH organisasi dan menutupi roknya yang sangat kekurangan bahan.

"Lain kali gunakan yang lebih tertutup. Kau tau disini sarangnya para lelaki" ocehku pelan

Mendengar ocehanku, Seolhyun tertawa senang "Aku sengaja memakai ini agar kau melakukan hal-hal seperti ini"

"Jangan memakai pakaian seperti ini lagi"

"Kenapa? Kau cemburu bila ada yang melihatku seperti ini?" Seolhyun merapatkan tubuhnya padaku dan menggusel-gusel dagunya di pundakku.

"Orang-orang melihat kita" kudorong tubuhnya pelan

"Memangnya kenapa kalau mereka melihat kita? Kau kan pacarku" nadanya meninggi sedikit membuat beberapa mahasiswi memandang Seolhyun tak suka

"Hhh, kenapa kau kesini?"

"Tak ada, hanya ingin melihatmu. Dosen ku tak masuk" jawabnya kemudian memberikanku sebotol air minum

Kuterima botol itu lalu meneguk isinya sebentar "Kau sudah melihatku, sekarang pulanglah. Aku harus kembali praktikum"

Samar, aku melihat sebuah senyum miris tertarik di bibir tipisnya "Heum.. Ok. Nanti jemput di fakultasku yaa. Kutunggu"

"Ya, nanti kujemput. Aku pergi dulu" tubuhku berbalik hendak pergi, namun sudut mataku menangkap Seolhyun yang tak kunjung bergerak.

Setelah beberapa langkah aku kembali ke hadapan Seolhyun. Mengecup keningnya singkat.

"Pergilah" suruhku lembut.

Seolhyun mengangguk dengan senyum lebar diwajahnya "Bubyee calon suamiku" teriaknya keras lalu berlari kecil menjauh menuju parkiran.

Kuakui Seolhyun sangatlah manis sebagai seorang wanita. Namun aku tak pernah mendapati debaran menggebu di dalam dadaku. Aku juga ingin mencintai Seolhyun seperti dia mencintaiku. Tapi, aku tidak bisa mencintainya. Seberapapun kerasnya aku mencoba.

.

.

Setelah membeli tiket masuk dan melakukan beberapa permainan. Kemudian dilanjutkan dengan menonton sebuah pertunjukkan yang diakhiri oleh pesta kembang api yang meriah.

Kini aku dan Seolhyun sedang menunggu giliran untuk naik bianglala. Antriannya sangat panjang dan membuatku bosan. Di belakang kami ada dua teman Seolhyun yaitu Zico dan Choa. Mungkin hanya perasaanku saja, tapi apitan lengan Seolhyun dilenganku terasa semakin kuat. Kutolehkan wajahku kesamping dan bertanya "Ada apa?"

Seolhyun menggeleng dan tersenyum manis. "Tidak ada"

Giliran kami pun datang, aku dan Seolhyun memasuki bianglala bernomor 6 sementara Zico dan Choa nomor 7.

Tak seperti biasanya dimana Seolhyun akan duduk disampingku, kali ini dia duduk di kursi sebelah. Aku tak masalah, aku malah lebih senang seperti ini. Dan sudah setengah putaran berlalu, tapi Seolhyun yang biasanya cerewet tak kunjung memulai percakapan.

"Chanyeol-ah"

"Hm?"

"Park Chanyeol!"

Irisku yang sedari tadi sibuk memandang keluar jendela kini menatap lurus ke arah Seolhyun. "Kenapa Hyun?"

"Kau tak lupa minggu depan ada acara apa kan?"

Pupilku bergerak ke arah kanan, mencoba mengingat acara minggu yang akan datang. Sebuah bohlam imajiner tiba-tiba berpijar di atas kepalaku "Pertunangan?"

"Ya. Dan bagaimana denganmu?"

"Ada apa denganku? Bukankah perjanjiannya kau akan berbicara dengan ayahmu jika aku masih tidak mencintaimu?"

"Aku tak bisa"

Aku tersentak tak suka, apa-apaan dia. "Apa?!"

"Aku tak bisa Chanyeol-ah! Kau sudah masuk semakin dalam di hatiku. Tak bisakah kau berpura-pura lebih lama lagi?"

Kupijit pelipisku pelan. "Perjanjian tetaplah perjanjian. Kuharap kau menepati janjimu Hyun-ah"

"Aku tidak mau" dia menggeleng kepalanya kuat-kuat

"Kim Seolhyun!"

"Kumohon Channie" pintanya melas

"Aku capek.." ucapku pelan "..berpura-pura seperti ini membuatku lelah. Aku ingin berhenti"

Mataku terpejam saat isakan Seolhyun mulai terdengar. Aku paling tak suka bagian ini, aku tak merasa bersalah karena dari awal dialah yang memaksaku. Namun terjebak dalam keadaan seperti ini membuatku mau tak mau merasa seperti seorang lelaki brengsek.

"Apa selama ini semuanya hanyalah pura-pura? Kau bahkan menciumku tadi" dengan suara paraunya, Seolhyun kembali berbicara.

"Kau benar. Semuanya hanya pura-pura. Seperti yang kau ingin aku lakukan"

"Bahkan sedikitpun? Tak adakah rasa itu untukku sedikitpun?"

"Maaf"

"Kenapa?! Di sebelah mana dan bagian mana yang bisa kuperbaiki atau kutambah agar aku bisa mendapatkan hatimu?"

"Tak ada. Kau wanita yang baik Hyun"

"Terus kenapa? Kenapa Chan?"

"Aku tidak mencintaimu. Kau sendiri tau itu dari awal Seolhyun-ah. Kau ingin bertanya lagi kenapa aku tak mencintaimu? Tak ada alasan apapun, aku hanya tidak mencintaimu. Sekeras apapun aku mencobanya, aku tetap tidak bisa mencintaimu. Itulah faktanya, aku sudah berkata jujur"

"Aku tidak perduli. Aku akan berhenti jika kau sudah mencintai orang lain"

"Aku sudah.." Seolhyun menatapku memohon, berharap aku tak mengatakan hal yang mungkin kini berada di fikirannya "..mencintai seseorang"

"Bohong!"

"Aku serius"

"Kau hanya mengatakan itu agar perjodohan ini batal kan? Kau tak pernah dekat dengan siapapun selama 1 bulan lebih karena kau selalu bersamaku. Bagaimana mungkin kau bisa mencintai orang lain?"

"Jadi seperti ini sifat aslimu?" perubahan Seolhyun yang selalu lemah lembut dan manis dihadapanku kini berubah. Dia terlihat berbeda

"Jangan mengalihkan pembicaraan. Kapan kau mencintai orang itu?"

"Tadi, saat pesta kembang api" jawabku santai

"Siapa dia?"

"Yang penting kau tau kalau aku sudah mencintai seseorang. Jadi jangan lupa untuk bicara dengan ayahmu"

Tepat setelah kalimatku selesai, bianglala ini berhenti berputar. Aku keluar terlebih dahulu kemudian menarik Seolhyun ikut keluar juga. Saat Zico dan Choa juga keluar, aku menarik lengan Zico dan berbisik sesuatu padanya. Kutepuk pundaknya pelan, kemudian melangkah pergi menjauh dari mereka.

.

.

-Saat Parade-

Energiku sudah terkuras habis karena Seolhyun yang menarikku kesana kemari dari tadi. Ingin rasanya aku mencari tempat duduk untuk istirahat, namun lagi-lagi Seolhyun menarikku ke pusat taman bermain dimana sedang ada acara pertunjukkan seperti sebuah parade. Aku baru tau ada parade saat jam-jam segini.

Saat acara dimulai, orang-orang yang telah didandani dengan pakaian-pakaian glamour penuh dengan pernak pernik lampu sebagai hiasan berjalan sambil melambaikan tangannya dengan senyum yang lebar.

"Aku selalu ingin menonton parade ini dari kemarin" Seolhyun terpukau melihat orang-orang ini bersolek dari tadi

"Aku ingin duduk Hyun"

"Ishh, tunggulah sebentar. Lihat, kita akan sampai diakhir jalannya"

"Bagaimana kau tau?"

"Dibrosur kemarin, tertulis bahwa acara parade akan ditutup dekat sungai buatan yang sekaligus diresmikan hari ini"

Aku manggut-manggut mengerti "Pantas saja ada parade begini"

Atraksi terakhirpun dimulai, kulihat seorang lelaki memasukkan semacam cairan ke dalam mulut dengan tangan kanannya yang memegang obor lalu dia menyemburkan cairan dari mulutnya itu ke arah obor yang berada lebih sedikit di atas wajahnya, mengakibatkan semburan api layaknya seekor naga yang menyemburkan nafas apinya.

"Wuaa" Seolhyun bertepuk tangan girang sementara aku hanya bertepuk tangan sewajarnya saja

DUAR DUAAR DUAAR

Sialan.

Ok maaf. Aku tak bisa mendengar suara ledakan tiba-tiba seperti itu. Seolhyun yang disebelahku tertawa melihat aku yang masih saja merasa kaget.

"Jangan tertawa Hyun" ucapku sambil mengelus-ngelus dada bagian kiriku

Puluhan, mungkin ratusan kembang api terus menerus melambung dan meledak diangkasa. Hiasan bunga khas kembang api tercipta membuat langit berwarna-warni. Lelah mendongak, akupun menurunkan kepalaku dan tanpa sengaja pantulan cahaya kembang api tersebut mengenai sebuah wajah lelaki manis, imut juga cantik yang terlihat sangat bersinar dimataku.

Fokusku tertuju padanya, seolah duniaku berputar disekitarnya. Kulihat dia tertawa lebar dan tanpa sadar akupun tersenyum. Dia tiba-tiba menoleh dan bertemu pandang denganku, kukirimkan sebuah senyum untuknya dan dengan teramat cantik dia membalasnya lalu kembali menikmati keindahan kembang api.

Tanganku terangkat tuk meremas dada kiriku yang berdebar tak karuan, perutku terasa tergelitik dengan sensasi yang menyenangkan.

Ditengah tatapanku yang tak ingin lepas dari wajahnya, aku memberitahu diriku sendiri bahwa..

"Aku menemukannya"

.

.

END