The Miracle Of Love
Disclaimer : Naruto © Mashashi Kishimoto
Author : Namikaze Fansboy
Rated : T - M (Not Complicated)
Genre: Hurt-Comfort/ Romance/ Other
Pair : [Naruto X Sakura]
.
.
.
Summary : Ia harus memilih satu dan tidak dapat memiih kedua-duanya dan keajaiban datang yang dapat membuatnya memilih apa yang menurut hatinya benar, namun sebuah peristiwa besar sudah menunggu didepannya karena itu sudah menjadi ramalah bagi dirinya namun satu yang ia tahu ia tidak sendiri lagi karena bersama kedua buah hatinya ia akan berjuang. NaruSaku Hurt-Comfort/ Romance.
~XXX~ Chapter 1 : The Starting of all ~XXX~
Disebuah rumah kecil didaerah yang cukup ganjil mengingat warna langit yang berwarna-warni tak lupa dengan warna awan yang tak hanya putih namun ada juga yang berwarna pink, namun disinilah tempat yang menyimpan kekuatan dimana para Gamma Sennin tinggal. Nampak seorang pria tengah baya sedang berbincang dengan seekor katak hijau kecil tua.
"Bagaimana Naruto-boy?" Tanya sang katak pada pria tampan dengan surai pirang dengan jambang panjang.
"Apa yang kau maksud bagaimana Fukasaku-sama?" Tanya balik pria bernama Naruto.
"Jangan seolah kau tidak tahu kemana arah aku bertanya Naruto-boy" Ucapnya retoris pada Naruto.
"Seperti jawabanku sebelumnya Fukasaku-sama bahwa aku masih belum siap untuk kembali" Balas Naruto.
"Lalu kapan semua ini akan berakhir?" Tanyanya lagi.
"Entahlah, mungkin selamanya" Ucap Naruto seraya tersenyun teduh.
"Tadaima" Terdengar suara dua orang berbeda gender yang memutuskan pembicaraan antara Naruto dan Fukasaku.
"Hai jagoan-jagoan Tousan bagaimana hari kalian?" Tanya Naruto setelah melihat bahwa kedua anaknya sudah kembali.
"Shina-nii benar-benar baka, sudah berapa kali kubilang jangan berlatih Hiraishin tanpa pengawasan Tousan dan ini hasilnya" Ucap gadis berusia sekitar 16 tahun berambut soft pink sepunggung dengan iris blue saphire seraya menunjuk bahu sang kakak.
"Sudah berapa kali jangan mengataiku baka! Hanami" Protes Shina pada sang adik yang nyatanya adalah adik kembarnya.
"Kedua anakmu sudah kembali Naruto-boy maka aku pamit pulang juga dan ingat akan ramalan itu dan satu lagi bahwa Shina dan Hanami perlu tahu siapa ibunya." Ucapnya kemudian mulai berjalan menjauh dari Naruto.
"Aku mengerti" Gumam Naruto.
"Fukasaku-jiji mau pulang?" Tanya Shina.
"Tentu saja"
"Kapan jiji akan mengajari senjutsu padaku lagi?" Tanya Shina yang nampak bersemangat karena memang sedari kecil ia diajari Senjutsu dan sampai sekarang ia tidak merasa bosan.
"Untuk apa? Senjutsumu sudah sempurna seperti ayahmu jadi tinggal kau sendiri yang mangaplikasikan sendiri dengan jutsu-jutsumu" Balas Fukasaku pada Shina.
"Yah Jiji tidak asik" Gerutu Shina.
"Hey sudahlah biarkan Fukasaku-jiji kembali nanti Tousan yang akan mengajari selanjutnya" Sela Naruto yang membuat Shina berbinar.
"Ck... Guru, Ayah, anak bahkan cucu tidak ada bedanya" Gumam Fukasaku seraya berjalan menjauhi kediaman Naruto.
Sedangkan didalam rumah masih tampak ramai dengan teriakan kakak adik ini, namun itu semua selesai saat sang ayah menyuruh keduanya mandi dan kemudian menuju meja makan.
"Andai kau disini pasti suasana rumah ini semakin ramai dan akan semakin lengkap" Gumam Naruto yang selalu memimpikan seseorang hadir diantara mereka.
~XXX~ The Miracle Of Love ~XXX~
Tak lama bagi Naruto menunggu kedua buah hatinya selesai mandi setelah tadi seharian berlatih dan kini tiba waktunya bagi keduanya berbagi kisah yang mereka alami hari ini pada sang ayah.
"Bagaimana hari kalian? apakah menyenangkan?" Tanya Naruto pada kedua anaknya.
"Cukup baik walau berakhir buruk, aku masih belum bisa memyinkronkan Hiraishinku yang membuat harus merasakan sakitnya terjerembab" Jawab Shina sembari menunjukkan beberapa luka memar ditangan dan kakinya.
"Besok Tousan akan menemanimu berlatih, sedangkan kau sendiri bagaimana harimu Hanami?" Tanyanya pada sang putri tak mengindahkan tawa senang dari putranya.
"Hari ini tidak ada yang menyenangkan, aku hanya memperhatikan dan mengobati Shina-nii" Jawabnya dengan raut muka yang terlihat mendung membuat kedua laki-laki pirang itu saling bertatapan.
"Ada apa Hanami kenapa kau terlihat sedih?" Tanya Naruto cemas.
"Hari ini aku melamun sembari membayangkan kehadiran Kaasan disini, tapi itu bukan aku kurang kasih sayang dari Tousan karena bagiku Tousan adalah Ibu juga, tapi aku yakin keluarga kita akan semakin sempurna dengan kehadiran Kaasan" Ucap Hanami yang kini sudah menitikan likuid bening dari pelupuk matanya.
"Maafkan Tousan Hanami! tapi jika waktunya tepat aku akan mempertemukan kalian dengan Kaasan" Ucap Naruto menghihur sang putri.
"Apa Tousan bersungguh-sungguh?" Tanya Hanami antusias.
"Tentu! kalau begitu kalian tidurlah" Perintah Naruto dan Hanami langsung bergegas menuju kamar berbeda dengan Shina yang masih duduk dihadapan Naruto.
"Tousan" Panggil Shina yang membuat sang ayah mendongak.
"Apa Tousan bersungguh-sungguh atau hanya untuk menghibur Hanami? jika ini hanya untuk menghibur Hanami itu tidak lucu karena Hanami sudah memberikan harapan besar pada Tousan dan sebagai saudara kembar aku ikut merasakannya. Dan aku tidak bisa membayangkan bagaimana kecewanya Hanami jika ini hanya omong kosong" Pungkas Shina.
"Tousan pasti akan menepatinya" Sahut Naruto.
"Walaupun aku membenci Kaasan tapi aku tidak pernah menyuruh Hanami membenci Kaasan justru is sangat menyayanginya dan aku harap aku dapat memegang ucapan Tousan karena aku sayang pada Hanami" Ucap Shina yang langsung menyusul Hanami yang sudah terlebih dahulu kekamar meninggalkan sang ayah yang masih termenung di ruang depan.
"Kau lihat akibat dari keputusanmu Sakura-chan? apa kau sudah puas dengan keputusanmu dulu Sakura-chan? Jujur aku tidak kuat melihat harapan besar dimata Hanami dan kebencian Shina padamu" Ucapnya dengan suara pelan sembari mengingat kenangan 16 tahun lalu dimana awal mula semua ini berawal.
[Flashback]
Sang surya kini sudah muncul dari ufuk timur menuju peraduannya tapi nampak disebuah ruang kamar tampak kepala milik gadis berambut soft pinl menyumbul dari balik selimut dan langsung mendapat tatapan lembut dari pemuda didepannya.
"Ohayou Sakura-chan" Ucapnya seraya mengecup sekilas bibir ranum gadis bernama Sakura.
"Ohayou Naruto" Balasnya yang juga memberikan kecupan namun didahi.
"Hanya didahi?" Rajuknya pada Sakura.
"Ayolah Naruto ini sudah hampir siang! dan apa kau masih belum puas semalam?" Tanya Sakura dengan raut muka yang sudah merah merona mengingat bergumulan liar mereka semalam.
"Bercinta denganmu tidak akan pernah membuatku puas" Ucap Naruto menggoda sang kekasih.
"Apa kau tidak ingin lagi? mungkin satu ronde?" Tanya Naruto menggoda dengan kedua tangannya meraba punggung polos Sakura.
"Aku mau tapi aku harus kerumah sakit karena aku tidak ingin membuat Ino kesetanan" Ucap Sakura yang langsung berlari menuju kamar mandi dengan keadaan polos dan mengunci pintunya agar Naruto tidak dapat masuk.
"Kau mimilih tempat yang salah Sakura-chan" Gumam Naruto yang langsung membuat hand seal yang seketika itu juga Naruto menghilang.
"Kyaaaaa..." Pekikan keras terdengar dari kamar mandi dan rupanya Naruto tadi berpindah kekamar mandi untuk mandi bersama dan tentu saja bukan hanya mandi yang mereka lakukan.
~XXX~ The Miracle Of Love ~XXX~
Sesampainya dirumah sakit seperti yang ia perkirakan sebelumnya bahwa Ino pasti akan mengomel dengan keras soal keterlambatannya ini akibat Naruto menyerangnya dikamar mandi tadi.
"Sebenarnya apa yang terjadi Forehead hingga kau datang sangat terlambat? dan aku tahu ini bukan kau sekali?" Tanya Ino pada Sakura dengan nada dan tatapan penuh menyelidik.
"Aku kelelahan" Jawab Sakura cengengesan.
"Kelelahan? bukankah kau kemarin pulang aw-... tunggu dulu!" Sakura tentu saja bingung dengan Ino yang tiba-tiba memperhatikan dirinya dengan Intens.
"Ada apa?" Tanya Sakura gugup.
"Astaga siapa yang melakukan ini padamu Forehead? aku tidak menyangka kau sud-..." Ucapan Ino tak selesai karena Sakura dengan cepat membungkam mulut Ino.
"Jangan bicara keras-keras nanti ada yang dengar" Ucap Sakura sepelan mungkin.
"Bagaimana aku tidak berteriak jika melihat Kissmark dilehermu dan jawab siapa yang melakukan ini padamu?" Tanya Ino penuh selidik seraya menunjuk tanda merah dileher Sakura.
"Dasar Naruto no baka" Gumam Sakura kesal dengan kelakuan kekasihnya ini dan ternyata gumaman Sakura dapat didengar oleh Ino.
"Jadi Naruto yang melakukan itu padamu? tak kusangka dia berhasil meluluhkan hatimu yang sudah sekeras batu itu" Ucap Ino yang tampak senang.
"Apa maksudmu?"
"Sudah lupakan saja. Dan kenapa kau tidak memberitahuku soal hubungan kalian berdua dan sejak kapan?" Tanya Ino dengan selidik.
"Sesaat sebelum kepergian Naruto menyelamatkan Hinata dibulan dan untuk apa memberitahumu sedangkan kau sendiri tidak memberitahukan hubungan antara dirimu dan Sai" Balas Sakura dengan nada sebal.
"Ehmmmm... rasanya aku tahu apa yang membuatmu terlambat hari ini pasti Naruto" Ucap Ino tersenyum jahil pada Sakura yang sekarang memerah sempurna.
"Huh sudahlah lupakan, apa kau tahu tentang berita Kakashi-sensei yang sebentar lagi akan mundur dari jabatannya?" Tanya Ino.
"Hah? kau tidak bercanda kan?" Tanya balik Sakura.
"Untuk apa bercanda lagipula jika ini bercanda maka tidaklah lucu. Dan menurut berita beredar Narutolah yang akan menjadi Nanadaime Hokage" Ucap Ino menjelaskan.
"Tapi Naruto tidak berkata apapun tentang hal ini" Ucap Sakura yang masih nampak terkejut.
"Entahlah aku tidak tahu! tapi mungkin dia ingin membuat kejutan untukmu" Sakura hanya mengangguk menyetujui perkataan dari sahabatnya itu.
"Tapi entah mengapa aku merasa sesuatu yang tidak enak dengan berita ini Ino" Ucap Sakura yang nampak gelisah.
"Sudahlah Forehead itu hanya perasaanmu saja, semuanya akan berjalan seperti semestinya" Hibur Ino.
"Aku harap juga seperti itu Ino" Balasnya.
Kemudian Sakura dan Inopun mengerjakan tugas mereka dengan mengecek beberapa pasien yang berada di bawah penanganan mereka. Sedangkan di ruang Hokage nampak dua orang laki-laki berbeda surai nampak sedang berbincang dan tampak pembicaraan mereka ini cukup penting.
"Ada apa denganmu Naruto? Seharusnya kau senang karena sebentar lagi kau menjadi Hokage bukan gelisah seperti ini" Ucap sang pria paruh baya berambut perak pada Naruto.
"Entahlah Sensei aku hanya merasa gelisah dan bimbang" Balas Naruto pada Kakashi.
"Apa yang membuatmu gelisah?" Tanya Kakasi heran.
"Entah mengapa aku merasakan sesuatu hal yang buruk akan terjadi dan firasatku berkata ini ada hubungannya dengan syarat utama untukku menjadi Hokage" Jawab Naruto pada Kakashi.
"Jangan berpikir buruk terlebih dahulu bisa saja ini tidak seperti yang kau pikirkan" Pungkas Kakashi menenangkan Naruto.
"Sensei benar, apa dulu Sensei pernah mengalami ini?" Tanya Naruto pada Kakashi.
"Tentu saja"
"Lalu apa syarat utama untuk Sensei?" Tanya Naruto pada Kakashi.
"Aku tidak tahu apakah sama atau tidak tapi para tetua menyuruhku untuk mencari pasangan hidup" Jawab Kakashi yang membuat Naruto terbelalak.
"Jadi karena ini Sensei menikah dengan Kurenai-sensei?" Tanya Naruto yang mendapat anggukan dari Kakashi.
"Namun terlebih dari itu semua karena aku mencintainya, sosok kedua yang mampu menggantikan Rin dihatiku yang kosong dulu." Jelas Kakashi yang dengan posisi awalnya dengan membaca buku bersampul orange.
"Huh... Sensei memang tidak bosan apa membaca buku itu? aku yakin isi buku Novel itu Sensei sudah ingat betul. Apa Kurenai-sensei tidak memarahimu?" Tanya Naruto mengalihkan pembicaraan.
"Dia bahkan pernah melempar spatula padaku karena mendapatiku sedang membaca buku dan aku tidak menyadari Asuma junior duduk disampingku dan ikut membaca" Jawab Kakashi yang sontak membuat Naruto tertawa pingkal.
"Lalu bagaimana hubungan dirimu dengan Sakura?" Tanya Kakashi yang membuyarkan tawa Naruto.
"Seperti yang Otousan katakan dulu untuk jangan pernah menyerah dan ini hasilnya" Jawab Naruto tersenyum lembut tidak memberikan cengiranya seperti biasa.
"Jadi kau berhasil mendapatkan Sakura? aku yakin dimana hari pelantikanmu menjadi Hokage disitupula akan diadakan pesta pernikahan" Sontak Naruto langsung tertawa kecil mendengar candaan dari Kakashi.
"Mungkin itu masih lama Sensei, paling cepat saja 1 tahun" Balas Naruto.
"Ya kau memang benar, tapi apa salahnya berharap?" Ucap Kakashi bijak.
"Ya, soal menikah aku jadi teringat akan Sasuke. Dia bilang ingin membangun klan uchiha jadi siapa wanita yang ia pilih" Ucap Naruto sembari mengingat teman seperjuangannya itu.
"Soal itu kurasa kalian akan menjadi keluarga besar" Naruto menautkan alisnya pertanda tidak mengerti.
"Apa maksud Sensei?" Tanya Naruto tak mengerti.
"Maksudku menjadi bagian dari klan Uzumaki karena ia memilih karin sebagai pendamping hidupnya" Jelas Kakashi .
"Pintar juga ia memilih wanita" Sahut Naruto.
"Tidak jauh beda denganmu yang menjatuhkan pilihan ke gadis medic-nin dan memiliki sifat tsundere" Ucap Kakashi yang terdengar ejekan untuk Naruto.
Cklek!
Pembicaraan antara kedua terhenti karena terdengar sebuah pintu terbuka yang kemudian menampilkan dua sosok kakek nenek yang dikenal sebagai tetua desa yaitu Homura dan Koharu.
"Kau sudah lama menunggu Naruto-kun?" Tanya Koharu pada Naruto.
"Cukup tapi tak apa karena ada Kakashi-sensei yang menemaniku berbicara" Jawab Naruto santai.
"Baguslah kalau begitu kita mulai saja" Ucap Homura dengan menunjuk sepasang sofa berhadapan sebagai pertanda agar berbicara sambil duduk.
"Jadi apa yang ingin anda bicarakan?" Tanya Naruto.
"Kami sudah merundingkan ini kemarin dan kami sudah memutuskan syarat utama untukku menjadi Hokage dan kami harap kamu menerimanya" Ucap Koharu menjelaskan.
"Lalu apa syarat utamanya?" Tanya Naruto penasaran.
"Selain kau harus menjalani pendidikan diplomasi selama setahun kami juga sudah merundingkan ini dengan klan Hyuuga bahwa syarat utamamu menjadi Hokage adalah menikah dengan Hyuuga Hinata mengingat lat-..."
Brak!
Ucapan Koharu terhenti karena Naruto dengan keras menggebrak meja dengan tatapan mata penuh amarah nan tajam pertanda bahwa Naruto tidak menerima keputusan ini.
"Aku menolaknya! Keputusan macam apa ini? aku menolak menikah dengan Hinata" Ucap Naruto keras tak habis pikir dengan kedua tetua ini.
"Dengar ini juga demi kebaikanmu" Ucap Miharu.
"Demi kebaikanku? demi kebaikanku apa demi kebaikan kalian?" Tanya Naruto dengan tertawa dingin yang nampak menakutkan karena saat ini amarahnya sudah diubun-ubun setelah dia diminta menikah dengan Hinata.
"Dengar! kalian jangan mengurusi kehidupan pribadiku dengan siapa aku menikah itu nantinya tidak akan ada sangkut pautnya dengan kalian" Ucap Naruto tajan nan dalam terarah pada kedua tetua didepannya, sedangkan Kakashi hanya diam karena merasa ia tidak bisa mendinginkan sang muridnya ini.
"Nar-..."
"Sensei jangan pernah membenarkan putusan ini" Kakashi terdiam karena untuk pertama kalinya Naruto menatapnya dengan aura yang gelap.
"Lalu dengan siapa kau memilih menikah?" Tanya Miharu menantang.
"Dengan gadis yang aku cintai yang kelak akan menjadi ibu dari anak-anakku Haruno Sakura" Jawab Naruto.
"Dengan gadis yatim piatu itu? aku tahu dia memiliki kekuatan yang luar biasa namun tetap saja latar belakangnya tidak setara dengan Hyuuga" Balas Koharu yang nampak merendahkan Sakura yang sontak membuat Naruti terbakar amarah.
Blar!
Naruto langsung menendang meja ditengah mereka hingga hancur manabrak dinding disamping mereka karena saat ini ia sudah sangat marah terlihat dari pupil matanya yang sudah berubah menjadi merah dengan garis hitam vertical.
"Kalian jangan sekali-kali merendahkan Sakura-chan jika kalian masih ingin panjang umur" Ucap Naruto yang langsung meninggalkan ruangan Hokage.
Blar!
Lagi-lagi terdengar suara dentuman yaitu suara pintu yang ditutu tapi seperti dilempar oleh Naruto.
"Sialan" Teriak Naruto yang langsung memukul tembok didepannya hingga tembus berusaha melampiaskan amarahnya.
Sedangkan tidak jauh dari posisi Naruto ada Shikamaru, Ino, dan Chouji yang melihat kejadian dimana Naruto memukul tembok dengan penuh amarah.
"Ada apa dengan Naruto?" Tanya Ino pada Shikamaru.
"Mana aku tahu, lebih baik kita tanyakan saja dasar merepotkan" Ucap Shikamaru yang kemudian berjalan mendekati Naruto.
"Ada apa denganmu Naruto kau terlihat marah sekali?" Tanya Shikamaru pada Naruto.
"Ahhh kalian, tidak ada apa-apa hanya kesal saja" Ucap Naruto dengan tersenyum lima jari setelah menyadari keberadaan teman-temannya namun justru senyumnya kali ini terkesan aneh.
"Kalau begitu aku duluan" Ucap Naruto yang langsung pergi meninggalkan team 8 yang masih termenung.
"Ahhhh... Shikamaru aku tidak ikut melaporkan misi kita kemarin lusa karena aku ada urusan yang baru aku ingat di rumah sakit" Ucap Ino yang langsung bergegas menuju rumah sakit kembali.
"Tsk... dasar merepotkan" Ucap Shikamaru yang melihat kepergian Ino.
~XXX~ The Miracle Of Love ~XXX~
Sakura saat ini sedang mengecek data pasien yang harus ia tangani namun semua buyar karena Ino dengan nafas memburu datang keruangannya dengan menggebrak pintu.
"Ada apa Pig? kenapa kau tetlihat habis berlari? dan jika datang usahakan mengetuk pintu jangan asal dobrak" Ucap Sakura beruntun.
"Gommen, tapi aku kesini membawa berita penting" Ucap Ino dengan nafas yang masih memburu.
"Duduklah dan ceritakan dengan santai" Saran Sakura yang langsung dituruti oleh Ino.
"Tadi saat aku dan team 8 ingin melaporkan misi tempo hari aku secara tidak sengaja berpapasan dengan Naruto dan dari raut mukanya ia terlihat sangat marah bahkan sampai memukul tembok hingga tembus" Ucap Ino yang terang saja membuat Sakura terkejut dengan perkataan Ino.
"Apa kau yakin Ino?" Tanya Sakura memastikan.
"Tentu saja, dan baru kali ini aku melihat wajah Naruto semenakutkan itu, aku merasa ada hal buruk yang sudah terjadi pada Naruto" Balas Ino.
"Kalau begitu aku harus menemui Naruto" Ucap Sakura.
"Ya itu memang dan untuk perkerjaanmu aku bisa handel." Sakura hanya mengangguk kemudia dengan cepat ia menuju suatu tempat dimana kemungkinan besar Naruto berada yaitu diapartemennya.
Sakura dengan cepat menuju keapartemen Naruto guna melihat bagaimana keadaannya, sesampainya diapartemen Sakura mengetuk pintu tapi karena tidak mendapat jawaban dari dalam Sakura masul saja karena kebetulan tidak terkunci.
"Astaga" Ucap Sakura menengok sekitar kamar apartemen yang seperti habis terserang badai.
Kemudian Sakura mengedarkan pandangannya kesekitar apartemen kemudian netranya mendapati sosok pemuda bersurai pirang sedang duduk termenung di balkon dengan tatapan tajam.
"Naruto..." Panggil Sakura yang kini pisisinya tidak jauh dari Naruto.
"Sakura-chan? tumben datang kemari ada apa?" Tanya Naruto dengan berusaha tersenyum untuk menutupi apa yang tadi terjadi.
"Apa salahnya datang keapartemen kekasihnya lagipula ada apa denganmu kau terlihat gelisah dan marah?" Tanya Sakura pada Naruto.
"Marah siapa yang marah? lagipula memang tidak terjadi apa-apa" Sangkal Naruto yang masoh berusaha menutupi keputusan yang dibuat oleh para tetua desa.
"Tidak terjadi apa-apa? kalau begitu jelaskan kenapa kau memukul tembok lorong Hokage dan apa yang terjadi dengan apartemenmu? seingatku aku membersihkannya kemarin" Ucap Sakura yang menuntut jawaban dari Naruto dengan tidak sabar sedangkan Naruto yang mendengarpun terkejut karena Sakura mengetahui tentang kejadian dilorong Hokage.
"Kurasa aku memang tidak bisa berbohong padamu Sakura-chan" Naruto hanya dapat menghela nafas karena memang dirinya tidak akan dapat berbohong pada Sakura.
"Jadi bisa kau ceritakan?" Pinta Sakura pada Naruto.
"..." Naruto hanya diam ia merasa ia tidak sanggup menyeritakannya pada Sakura.
"Naruto?" Panggil Sakura.
"Aku.. Aku tidak ingin menjadi Hokage" Ucap Naruto yang tentu saja membuat Sakura terkejut bukan main karena yang ia tahu Naruto selalu berusaha keras mencapai cita-citanya ini.
"Kenapa? bukankah sedari kecil kau sudah bercita-cita menjadi Hokage bahkan kau sudah berusaha mati-matian dan disaat sekarang impian itu didepan mata kau justru mundur?" Ucap Sakura tak habis pikir.
"Hokage? untuk apa aku menjadi Hokage bila aku harus mengorbankan yang lainnya"
'Mengorbankan impian untuk membangun rumah tangga denganmu' Lanjut Naruto dalam hati.
"Apa maksudmu mengorbankan yang lainnya? apakah itu lebih penting daripada menjadi Hokage?" Tanya Sakura yang nampak masih tak percaya.
"Ya! Karena aku bisa disini karena itu, dan jika aku harus mengorbankannya maka untuk apa aku sampai disini jika aku harus mengorbankannya" Balas Naruto yang kini menatap lekat-lekat netra emerald milik Sakura.
"Apa itu sangat berharga?" Tanya Sakura dengan wajah memerah karena jaraknya dengan Naruto sangatlah dekat.
"Lebih berharga daripada nyawaku sendiri" Jawab Naruto yang kini jaraknya sudah dekat dengan Sakura bahkan kening mereka sudah saling bersentuhan.
"Lalu ap-..." Ucapan Sakura terhenti karena kini bibir Naruto sudah mengunci bibir Sakura.
"Ehmmm" Hanya terdengar erangan bibir saja dari Sakura. Cukup lama mereka berciuman namun terpaksa harus terputus kebutuhan udara, tapi tanpa memberi Sakura ruang untuk bernafas Naruto langsung menggiring Sakura untuk berbaring di ranjangnya.
Bruk!
'Sial' Pikir Sakura karena Naruto dapat mengalihkan pikirannya dan mendorongnya ke ranjang hingga kini Naruto dapat menindih tubuhnya.
"Ahh Naru.." Sakura hanya dapat mendesah kala lidah nakal Naruto menyapu lehernya dan tidak lupa tangan jahilnya yang berada di dada Sakura yang masih memakai jubah rumah sakit.
"Aku ingin menghabiskan malam ini denganmu Sakura-chan" Tanpa memberi jeda ia langsung menggigit leher Sakura yang membuat sang empu mendesah.
"Ahhh Naru.. A-Apa yang ke-kemarin... belum cu-cukup?" Tanya Sakura yang tidak dapat menahan desahannya kala tangan Naruto berhasil masuk kedalam bajunya.
"Sudah kukatakan tadi bahwa bercinta denganmu tidak akan membuatku puas" Tegas Naruto sembari berusaha meloloskan pakaian atas Sakura yang kini hanya tinggal pakaian dalam berwarna putih.
"Jangan ahh.. menggodaku Naruhhh" Desah Sakura saat tangan Naruto membelai dadanya dengan lembut.
Tanpa menghiraukan desahan Sakura, Naruto langsung membongkar isi dibalik lembar terakhir bagian atas Sakura dan tanpa menunggu Sakura mengambil nafas ia langsung melahap isi didalamnya yang membuat sang empu menggelincang seperti cacing kepanasan.
"Ahhh... Aku... sampai... Naruuhhhh" Desah Sakura panjang menandakan ia sudah sampai dengan keringat yang sudah membanjir seluruh tubuhnya.
"Ini akan menjadi malam yang panjang Sakura-chan" Ucap Natuto yang kemudian menyusuri bagian bawah Sakura dan berusaha meloloskan dua lembar terakhir yang melapisi tubuh Sakura.
Setelah dapat melepaskan lembar terakhir Naruto langsung menyerang Sakura hingga desahan tak terkendali keluar dari bibir Sakura yang mengiringi geraman Naruto.
~XXX~ The Miracle Of Love ~XXX~
Sudah seminggu sejak kejadian itu tapi Sakura tidak tahu tentang perubahan diri dari kekasihnya itu bahkan tiap harinya ia terlihat seperti orang yang sedang menanggung beban yang berat, sudah berapa kali ia berkeluh kesah dengan Ino tapi hasilnya tetap saja nihil.
"Kau sudah tidak perlu memikirkan Naruto Forehead, lihat wajahmu terlihat pucat sekarang" Ucap Ino seraya menunjuk wajah Sakura yang memang sedang pucat.
"Aku tidak apa Ino" Balas Sakura bohong karena ia merasa belakangan ini tubuhnya selalu mudah lelas dan ia merasa perutnya seperti dikocok yang membuatnya mual-mual bahkan dimalam hari.
"Tidak apa-apa? lihat wajahmu Sakura kau nampak menyedihkan" Deklikan dari Sakura ia dapat karena mengejek Sakura.
"Sudah kubilang aku tidak apa, lagipula aku ini dokter aku bisa mengecek kondisiku sendiri" Ucap Sakura yang masih tetap kukuh pada pendiriannya.
"Kumohon Sakura kali ini dengarkan aku dan jangan membantah aku yakin jika Naruto melihat kondisimu seperti ini ia pasti tidak akan suka" Buju Ino dan terlihat sekali Sakura sedang bimbang.
"Baiklah" Senyum Ino mengembang kala Sakura mau ia diperiksa.
"Kalau begitu berbaringlah" Ucap Ino yang dituruti oleh Sakura yang kemudian membaringkan tubuhnya ranjang dekat ruang kerjanya.
Cukup lama Ino memeriksa kondisi Sakura tapi saat Ino mengecek kondisi tubuh Sakura semuanya dalam kondisi baik-baik saja dan itu membuat Ino merasa aneh sendiri namun rasa aneh dalam dirinya seketika hilang saat ia memerika perut Sakura yang ternyata ia sedang mengandung yang membuat tubuhnya kehilangan tenaga secara drastis.
"Kurasa kau harus memberitahu Naruto tentang ini Sakura" Ucap Ino yang memasang wajah sedih namun dalam hatinya ia bersorak senang untuk sahabatnya ini.
"Ada apa Ino?" Tanya Sakura yang nampak tidak sabar mengetahui apa yang terjadi pada tubuhnya.
"Tidak terjadi apa-apa dengan dirimu hanya saja sebentar lagi kau akan menjadi seorang Ibu" Ucap Ino dengan wajah sumringah terarah pada Sakura.
"Apa maksudmu?" Tanya Sakura yang sepertinya ia merasa salah dengar.
"Kau sedang mengandung dan diperkirakan ini baru memasuki minggu pertama maka dari itu kau merasa tubuhmu seperti sedang sakit" Jelas Ino.
"Aku akan menjadi seorang Ibu?" Tanya Sakura yang mendapat anggukan yakin dari Ino.
"Apa kau tidak bercanda Ino?" Tanya Sakura yang lagi-lagi mendapat anggukan oleh Ino.
"Kyaaa..." Jerit Sakura yang langsung bangkit dari berbaringnya dan langsung memeluk sahabatnya dengan perasaan senang.
"Aku akan menjadi Ibu Ino" Pekik Sakura girang dalam hati ia tidak sabar memberi kabar gembira ini pada Naruto yang meruapakan ayah dari anak yang ada di kandungannya ini.
"Jaga anak ini baik-baik Sakura, aku akan selalu membantumu" Ucap Ino yang ikut senang melihat sahabatnya ini senang.
Tampa disadari keduanya ada seseorang yang memakai seragam ambu sedang berdiri di depan ruangan itu dan menguping pembicaraan mereka.
"Jadi ayah dari anak didalam kandungan Sakura adalah milik Naruto. Aku harus memberitahukan ini pada Homura-sama dan Koharu-sama" Ucapnnya kemudian menghilang dalam hembusan angin.
Sring!
Sebuah hembusan angin muncul didepan dua orang tua yang sedang menikmati pemandangan Konoha ini dari atas patung Hokage.
"Ada berita apa yang kau bawa Shin?" Tanya Homura pada Shin.
"Saya membawa kabar tentang Haruno Sakura" Jawabnya.
"Kabar apa itu?" Tanya Koharu yang nampak penasaran.
"Saat ini Haruno Sakura sedang mengandung anak dari Uzumaki Naruto" Ucap Shin yang membuat Koharu terbelalak tak percaya dengan apa yang ia dengar.
"Kau boleh pergi" Ucap Homura dibalas anggukan Shin yang kemudian menghilang setelah itu ia memandang Koharu.
"Bagaimana Koharu? jika seperti ini maka pernikahan Naruto dan Hyuuga Hinata bisa gagal jika Naruto mengetahui Sakura mengandung anaknya" Ucap Homura yang nampak khawatir.
"Tenang saja Naruto tidak akan tahu bahwa Sakura sedang mengandung anaknya" Jawab Koharu.
"Bagaimana caranya?" Tanya Homura.
"Biar aku yang mengurus tapi yang terpenting pernikahan antara Naruto dan Hinata tidak boleh gagal" Balas Koharu.
'Tidak ada jalan lagi' Batin Koharu.
~XXX~ The Miracle Of Love ~XXX~
Saku sedang berada dirumahanya sehabis mandi rencana sehabis ini ia akan menemui Naruto untuk memberitahukan kabar gembira ini pada Naruto.
"Aku yakin Naruto akan senang menerima berita gembira ini dariku" Ucap Sakura dengan nada senang tak lupa ia juga mempersiapkan sebuah bento untuk Naruto karena ini hampir jam 1 dan ini waktunya makan siang ia yakin Naruto pasti lapar setelah belajar seharian.
Tok! Tok!
Terdengar sebuah ketukan pintu yang kemudian Sakura menuju arah pintu untuk melihat siapa yang datang siapa tahu adalah Naruto, dan setelah dibukan ternyata adalah Koharu salah satu tetua Konoha.
"Ahhh... ada apa Koharu-sama datang kemari? silahkan masuk dulu" Ucap Sakura yang mempersilahkan Koharu masuk kedalam rumahnya.
"Saya ambilkan minum dulu Koharu-sama" Sakura ingin beranjak tapi Koharu terlebih dahulu menyela Sakura.
"Tidak perlu lagipula aku hanya sebentar saja" Ucap Koharu yang membuat Sakura kembali ke posisi duduknya di sofa.
"Apa yang anda ingin anda bicarakan Koharu-sama?" Tanya Sakura kemudian.
"Aku ingin kau meninggalkan Naruto dan jangan lagi berhubungan dengan dirinya"
~XXX~ Tobe Continued ~XXX~
Yo Kembali bersama Author yang sering jarang nongol ini siapa lagi kalau bukan Namikaze Fansboy... kali ini saya menghadirkan Fanfiction yang bertema baru dan kalian bisa menganggap ini Alternated Version dari Fanfic saya terlebih dahulu yaitu Generation of Uzumaki...
Fic ini murni dari pemikiran saya yah ini juga revisi ide dari Fic terdahulu dan ini hasilnya yang lebih fresh jadi kuharap kalian suka terutama para NS karena aku dedikasikan ini untuk NaruSaku... kuharap spartan Pair lain gak tersinggung karena ini dunia Fiction Author bebas berkreasi semaunya apalagi ini negara INDONESIA :D ... untuk para-para Flamer yang sudah bersedia membuat Flame aku gak masalah tapi jangan pakai nama Guest Cause Is Coward. ...
Oke sudah sampai disini saja bincang-bincangnya sampai jumpa di chapter depan atau di lain fiction... oh ya untuk tanggapan Review di Fic lain untuk Fiction the Destiny of Hearth akan secepatnya di revisi dan untuk The Sfera Power dalam pengerjaan... Jaa Nee...
Dont Forger For
R
E
V
I
E
W
